IPU ke – 144 TonggakTransisi Energi Fosil ke Energi Terbarukan Dunia
Jakarta – Anggota Badan Kerjasama Antar Parlemen (BKSAP) Dyah Roro Esti, mengatakan isu perubahan iklim dalam IPU ke – 144 di Nusa Dua Bali sangat relvan. Dalam hal itu tentunya perhelatan internasional ini dapat menjadi tonggak transisi energi fosil ke energy terbarukan.
Selain isu perubahan iklim, isu lain yang juga penting untuk dibahas dalam sidang IPU mendatang adalah isu mengenai energi. Dyah mengatakan 30 persen dari total emisi karbon dihasilkan dari sektor energi.
“PR kita banyak sekali, karena ketergantungan Indonesia terhadap energi fosil ini masih tinggi,” ujarnya.
Dyah menambahkan, harus diakui bahwa energi fosil berkontribusi sangat besar terhadap pertumbuhan ekonomi negara Indonesia. Selain itu, energi fosil juga telah menciptakan lapangan pekerjaan yang sangat amat banyak.
Bukan hanya Indonesia yang memiliki ketergantungan terhadap energi fosil, namun negara – negara di seluruh dunia juga masih memiliki ketergantungan yang tinggi terhadap energi fosil termasuk negara – negara Eropa dan Amerika Serikat, pungkas Dyah.
“Maka dengan kita mendorong transisi, kita mengetahui bahwa transisi ini membutuhkan sebuah proses yang cukup panjang, bagaimana kita bertransisi dari yang tadinya mayoritas dari misalnya pembangkit listrik kita berdasarkan energi fosil menjadi momentum tersendiri untuk bisa mendorong utilisasi daripada energi terbarukan,” jelasnya.
“Sementara itu, terkait dengan isu lingkungan hidup yang diangkat dalam agenda utama IPU ke – 144 di Bali sangat amat besar relevansinya terhadap Cop26 terlebihnya negara Indonesia sebagai negara yang telah meratifikasi Paris Agreement di tahun 2016 waktu itu diundang-undangkan melalui undang-undang nomor 16 tahun 2016, kita sudah ratify dengan goal besar untuk mengurangi emisi karbon sebesar 29 persen dan juga 41 persen dengan bantuan internasional,” kata Dyah di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (18/3/2022).
Sebanyak 192 negara telah meratifikasi Paris Agreement. Oleh karena itu, komitmen lintas negara sangat dibutuhkan untuk menekankan ataupun mengurangi emisi karbon secara keseluruhan, kata Dyah.
Politikus muda Partai Golkar itu juga akan berbicara di young parliamentary di IPU. Dalam kesempatan itu dirinya juga akan berbicara soal lingkungan. “Isu lingkungan ini kan bukan hanya energi, tetapi juga bagaimana kita bisa mengurangi kerusakan lingkungan yang tidak jauh terjadi di perhutanan kita, bagaimana kita mengurangi deforestasi dan lain sebagainya ini juga merupakan topik yang patut kita bahas bersama,” ucapnya.
“Mudah mudahan itu juga bisa merupakan momentum tersendiri bagaimana para pemuda di parlemen bisa menyuarakan di negaranya masing-masing, terkait isu-isu yang mendesak, baik itu berkaitan tentang penanganan Covid-19, tetapi juga climate change yang merupakan isu terkini, tetapi juga dampaknya terhadap masa depan para generasi penerus bangsa,” imbuhnya.