Jaga Stabiltas Nasional Pulihkan Ekonomi Ditengah Pandemi Corona
Oleh : Raavi Ramadhan )*
Pandemi Covid-19 memukul berbagai sektor di Indonesia, terutama di bidang ekonomi. Bahkan dikhawatirkan terjadi krisis finansial dan resesi, karena pendapatan negara yang jadi menurun drastis. Untuk mencegah hal itu, maka masyarakat diharap untuk ikut menjaga stabilitas nasional. Agar situasi aman dan kondusif untuk bekerja.
Ketika pandemi dimulai, maka pemerintah memperhatikan kesehatan masyarakat untuk mengatasi terjadinya krisis ekonomi. Hal ini sesuai dengan ucapan ekonom Josua Pardede. Lantas apa hubungan antara kesehatan masyarakat dan ekonomi? Ketika banyak orang sehat, tentu mereka bisa bekerja dengan semangat dan menaikkan kondisi finansial negara.
Untuk mengatasi keadaan ekonomi Indonesia agar tidak tercebur dalam resesi atau krisis ekonomi jilid 2, maka masyarakat diharap bekerja sama dengan pemerintah. Caranya dengan menjaga stabilitas nasional, selain dengan menaati protokol kesehatan. Menjaga stabilitas sangat penting saat pandemi ini, karena memiliki banyak keuntungan.
Jika negara stabil maka investor dari luar negeri akan masuk dan keuangan kita jadi membaik. Bayangkan jika rakyat malah marah-marah dan melakukan unjuk rasa setiap hari. Atau malah nekat melakukan penjarahan besar-besaran karena kecewa. Maka akan berpengaruh terhadap pasar modal. Kepercayaan terhadap Indonesia bisa merosot drastis.
Selain itu, ketika kondisi sosial Indonesia tidak stabil, bisa berpengaruh terhadap kurs dollar Amerika. Hal ini terbukti ketika tahun 1998 lampau. Nilai dollar terhadap rupiah sangat meroket, bahkan mencapai 4 kali lipat dari nominal awal, sebagai efek krisis ekonomi dan juga sosial. Kekacauan yang terjadi di mana-mana mempengaruhi kondisi finansial negara.
Untuk menjaga stabilitas nasional sebenarnya tidak terlalu sulit. Pertama-tama, masyarakat harus percaya terhadap pemerintah, karena setiap tindakan presiden tentu sudah dipikirkan masak-masak. Ikuti semua instruksi dari pemerintah seperti dulu saat harus stay at home dan wajib pakai masker. Ketika masyarakat sehat maka negara bisa stabil dan kuat.
Ketika ada bantuan sosial dari pemerintah, maka dibantu disalurkan kepada mereka yang berhak. Jangan malah dikemplang begitu saja. Ketika semua orang jujur, maka ekonomi rakyat akan kembali stabil walau secara perlahan-lahan.
Masyarakat juga bisa menjaga stabilitas nasional dengan membantu pemerintah dan aparat yang berwenang untuk ikut merawat keutuhan bangunan objek wisata, terutama yang punya nilai sejarah. Jangan ada vandalisme yang memalukan. Ketika lockdown sudah berakhir, maka turis asing akan berkunjung ke Indonesia yang tempat wisatanya bersih dan aman.
Selain itu, stabilitas nasional juga bisa diwujudkan dengan tidak mudah termakan berita hoax. Karena saat ini ada oknum yang memanfaatkan momen dan memproduksi berita hoax, agar keutuhan negara jadi tercerai-berai. Jangan mudah menyebarkan berita di media sosial sebelum mengecek kebenarannya, dan menuduh pemerintah salah, padahal kenyataannya benar.
Stabilitas nasional bisa terjadi jika kita ikut menjaga persatuan bangsa. Jangan mudah terpengaruh oleh isu rasisme terhadap 1 suku di Indonesia. Ingatlah bahwa kemerdekaan adalah hasil dari kerja sama banyak pahlawan dari berbagai suku, dan prinsip Bhinneka Tunggal Ika. Jika ada kerusuhan, maka berpengaruh terhadap nilai saham perusahaan di Indonesia.
Untuk menjaga stabilitas nasional juga bisa dengan kampanye hidup damai dan berinternet dengan sehat. Karena masyarakat dunia bisa ‘mengintip’ keadaan Indonesia dari dunia maya. Ketika ditampilkan wajah Indonesia yang ramah, aman, dan damai, maka mereka akan mau berkunjung lagi. Hal ini bisa menghasilkan devisa dalam jumlah yang cukup tinggi.
Tetaplah tenang walau masih berada dalam pandemi Covid-19. Jangan mudah marah dan terpengaruh berita palsu. Stabilitas nasional bisa terwujud ketika masyarakat mau bekerja sama dengan pemerintah pusat dan aparat yang berwajib. Jaga perdamaian di Indonesia agar situasi ekonomi semakin kondusif dan bisa mengundang banyak investor asing.
)* Penulis adalah mahasiswa Universitas Pakuan Bogor