Jangan Merasa Aman dari Corona
Oleh Aditya Akbar)*
Pandemi masih melanda seluruh dunia. Masyarakat diminta untuk jangan terlena dan merasa aman dari corona. Jangan lalai sedikitpun dan mengadakan acara kumpul-kumpul lalu ternyata membuat klaster corona baru. Tetaplah menjaga protokol kesehatan dan meningkatkan imunitas.
Dunia diguncang pandemi covid-19 sejak awal tahun 2020. Setelah lebih dari 12 bulan, masyarakat Indonesia sudah lelah karena bertanya-tanya sampai kapan kondisi ini akan berakhir. Sebagian dari mereka masih kukuh memakai masker saat berada di luar rumah, tetapi sayangnya sebagian yang lain sudah mulai malas-malasan dan melanggar protokol kesehatan.
Padahal pelanggaran protokol kesehatan amat bahaya karena corona bisa mengintai dari mana saja. Presiden Jokowi berpesan pada masyaraka untuk tetap waspada terhadap penularan virus covid-19. Meski sudah ada program vaksinasi nasional dan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM mikro), tetapi kita tidak boleh lengah sedikitpun.
Presiden Jokowi menambahkan, kurva pasien covid memang agak melandai karena jumlah orang yang sembuh meningkat sedangkan pasien corona baru agak menurun. Tetapi masyarakat masih harus berhati-hati. Jangan berpuas diri dan jangan merasa aman karena situasi sudah terkendali. Kita tidak boleh menyepelekan virus covid-19.
Pesan dari Presiden Jokowi adalah bentuk perhatian penuh kepada seluruh WNI. Karena beliau melihat sendiri fakta saat sedang blusukan, masih ada saja yang memakai masker tetapi posisinya melorot, sehingga tidak melindungi hidung. Padahal masker harus dikenakan secara pas agar mulut dan hidung tidak terkena droplet dari OTG.
Selain itu, menurunnya jumlah pasien corona memang sebuah kabar bagus, tetapi jumlahnya masih mengkhawatirkan. Menurut data dari Tim Satgas covid, jumlah pasien corona mencapai 4.115 orang per hari, dan ini data per tanggal 1 mei 2021. Jika jumlah pasien sebanyak ini tentu mengkhawatirkan karena bisa jadi jumlah OTG lebih banyak lagi.
OTG-lah yang patut kita waspadai karena ciri-cirinya tidak terlalu nampak secara fisik. Ketika ia sakit, tahu-tahu drop dan saat dites swab ternyata kena corona. Jika imunitasnya tidak bagus, apalagi punya komorbid, maka ia bisa terancam kena resiko paling tinggi yaitu kematian.
Sebenarnya kita tidak usah terlalu curiga bahwa banyak orang yang jadi OTG karena bisa jadi malah kita sendiri yang jadi orang tanpa gejala. Sebagai bentuk proteksi, maka sebaiknya kita inisiatif dan melakukan tes swab karena hasilnya lebih akurat daripada tes rapid, walau harganya lebih mahal.
Ketika hasilnya negatif covid, maka jangan euforia berlebihan. Protokol kesehatan masih wajib dilakukan dan jangan lupa untuk selalu cuci tangan dengan sabun antiseptik dan membawa hand sanitizer saat bepergian. Usahakan untuk membawa alat makan sendiri dan ketika terpaksa berbuka di luar rumah, carilah restoran yang mematuhi protokol kesehatan dan ada jarak antar pengunjung.
Begitu juga dengan pasca vaksinasi. Jangan mentang-mentang sudah disuntik, lalu malas-malasan pakai masker. Vaksin memang meningkatkan kekebalan tubuh terhadap corona, tetapi herd immunity belum terbentuk, sehingga situasi pandemi belum selesai. Tetaplah pakai masker, baik yang kain atau disposable. Lagipula harganya juga murah dan mudah didapatkan di minimarket sekalipun.
Selain mematuhi protokol kesehatan, jaga pula higienitas tubuh dan lingkungan sekitar dan jika perlu semprotkan disinfektan setelah mengepel rumah. Saat di kantor, semprotkan juga cairan itu ke meja, kursi, dan dinding kubikel agar aman dari segala virus dan bakteri. Saat ini disinfektan makin mudah ditemukan di online shop.
Jangan lelah dalam melawan corona dan tetaplah menjaga protokol kesehatan. Kita tidak boleh lalai dan malas-malasan pakai masker, karena pandemi global belum berakhir. Tetaplah menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan rajin mencuci tangan.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute