Jangan Terjebak Politisasi Kedatangan 500 TKA China
Oleh : Edi Jatmiko )*
Rencana pemerintah mendatangkan 500 Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China membuat masyarakat geger. Pemerintah dianggap tidak berempati pada pandemi Covid-19 yang berasal dari Wuhan-China. Padahal kenyataannya Pemerintah telah menyeleksi secara ketat TKA yang masuk dan kedatangan TKA tersebut bukan terjadi saat ini. Masyarakat diimbau untuk tidak terjebak politisasi isu kedatangan 500 TKA
Mendatangkan Tenaga Kerja Asing menjadi polemik di tengah masyarakat. Apalagi jika didatangkan dari China. Mereka meradang, menganggap pemerintah pilih kasih. Padahal tenaga kerja ini tentu bekerja hanya sementara. TKA China dipilih karena hasil kerjanya bagus dan gajinya tidak terlalu tinggi, beda dengan ekspatriat lainnya.
Sebanyak 500 tenaga kerja asing tambahan rencananya akan didatangkan lagi ke Indonesia. Sontak rencana ini membuat banyak orang mendadak kepanasan. Mulai dari politikus hingga Gubernur, mengecamnya dengan pedas. Seakan-akan hal ini akan menggusur kedudukan para buruh di Indonesia. Padahal bukan begitu realitanya. Mereka akan ditempatkan di posisi lain dan tidak akan membuat karyawan asli Indonesia kehilangan pekerjaan.
Abdurrahman Saleh, salah satu anggota fraksi PKS Sulawesi Tenggara akan berdemo langsung di bandara, jika memang TKA benar-benar mendarat di Indonesia. Rencananya ia akan mengajak seluruh anggota fraksi, termasuk yang ada di DPRD Kendari, Konawe, dan Konawe selatan, untuk demonstrasi menolak kedatangan mereka. Gubernur Ali Mazi juga menolak kedatangan 500 tenaga kerja asing asal China. Beliau yang memimpin di Sulawesi Tenggara berpendapat bahwa suasana kebatinan masyarakat di daerah belum ingin menerima kedatangan mereka.
Kedatangan 500 tenaga kerja asing ini sudah dipolitisasi dan beritanya digoreng hingga membuat banyak orang kebakaran jenggot. Apalagi mereka berasal dari China. Masih ada saja orang yang alergi jika berhubungan dengan mereka dan mengidap sinofopia. Padahal bertemu saja belum pernah, kok bisa membenci para pekerja dari negeri tirai bambu?
Selain itu, pandemi Covid-19 juga dimanfaatkan dengan baik oleh para penghasut dan pembuat hoax. Kedatangan 500 TKA bisa membuat banyak orang tertular Corona. Itulah isu yang digaungkan dan membuat masyarakat marah-marah. Padahal hal ini salah besar. Rencana mendatangkan tenaga kerja asing sudah ada sejak dahulu kala, jauh sebelum virus corona menyerang Wuhan dan menyebar ke seluruh dunia.
Para pekerja yang berasal dari China tentu dipastikan kondisi kesehatannya sebelum pergi ke Indonesia. Malah bisa jadi pemeriksaan suhu tubuh dan tes lain untuk meyakinkan mereka tidak membawa virus Covid-19, jauh lebih teliti daripada di Indonesia. Jika suhu tubuh mereka di atas 40 derajat celcius, tentu tidak akan diperbolehkan naik pesawat.
Rencana kedatangan tenaga kerja asing ini juga masih beberapa bulan lagi, paling cepat Juli tahun ini. Proses penerimaan mereka masih panjang, karena masih mengurus surat-surat berupa visa, izin tinggal sementara, dan lain-lain. lagipula, masih banyak penerbangan antar negara yang ditutup. Jadi dipastikan mereka datang ketika situasi pandemi Covid-19 sudah aman dan tidak akan menularkannya ke Indonesia.
Masyarakat tidak usah bingung lalu memaki pemerintah daerah akan kebijakan mendatangkan tenaga kerja asing. Perusahaan tentu sudah mmeiliki pertimbangan tersendiri, mengapa mendatangkan TKA China. Lagipula sudah ada izin dari kementrian tenaga kerja. Jadi hal ini sudah legal dan tidak melanggar peraturan apapun.
Pemimpin perusahaan awalnya sudah mencari karyawan orang Indonesia. Namun sayangnya banyak yang tidak sesuai dengan kualifikasi yang dibutuhkan. Jika pun ada yang kompeten, ia malah menolak mentah-mentah. Mungkin karena lokasi perusahaan pertambangan itu tidak di tengah kota, jadi dianggap kurang strategis.
Kedatangan 500 tenaga kerja asing China tidak usah lagi dipolitisasi. Apalagi dikaitkan dengan virus Covid-19 yang berasal dari Wuhan. Mereka datang dengan izin resmi dari kementerian tenaga kerja.
)* Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini