JMSI Ajak Masyarakat Tingkatkan Disiplin Dengan Protokol Kesehatan
JAKARTA – Plt Ketua Jaringan Media Siber Indonesia (JMSI) Mahmud Marhabah menilai peran media tidak hanya mengabarkan soal berapa jumlah korban positif covid berapa yang meningal. Tetapi juga berperan dalam mengedukasi masyarakat terutama menghadapi tatanan kehidupan baru atau new normal saat ini.
Untuk itu Mahmud mengajak masyarakat untuk tetap menjaga dan menerapkan protokol kesehatan di tengah pandemi. Karena media melihat disiplin yang tidak berjalan secara maksimal ditaati oleh masyarakat.
“Tidak hanya masyarakat, kami sebagai media juga melihat pemerintah mempertontonkan abai terhadap menjaga jarak dengan memaksakan akan digelarnya Pilkada. Media sudah berupaya mensosialisasikan agar masyarakat tetap menjaga jarak tidak boleh berkerumun. Ini memang suatu yang sangat sulit bagi masyarakat karena ini hal yang baru, tetapi ini sesunggunya new normal,” kataMahmud Marhabah dalam webinar online dengan tema ‘New Normal, Tetap Jaga Protokol Kesehatan’ Senin (22/06/2020).
Menurutnya disipilin cukup menentukan bagaimana covid-19 dan bisa kelar dari pandemi bagi Indonesia. Oleh karenanya Mahmud menegaskan disiplin yang tinggi sangat menentukan tapi hal itu tidak ada dalam bayangan masyarakat bahwa ini berbahaya jika mengabaikan disipilin dan abai dengan protokol kesehatan.
“Yang ada dalam benak masyarakat saat ini menganggap bahwa new normal adalah bebas dari pandemi sehingga disiplin sangat rendah. Masyarakat lebih memikirkan soal bagaimana hari ini bisa makan tetapi abai dengan disiplin,” ucapnya.
Masih menurut Mahmud dengan kondisi tersebut sebagai insan media kembali mengajak masyarakat untuk mentaati protokol kesehatan dengan menggunakan masker, menjaga jarak, menghindari berkerumun dan protokol kesehatan lainnya.
Dari sisi ekonomi Pengamat Ekonomi Unika Atma Jaya, Rosdiana Sijabat menegaskan pertumbuhan ekonomi sebesar 2,97 persen di kuartal pertama tahun 2020 masih dinilai positif meskipun kondisi terpuruk akibat dampak pandemi. Sehingga resesi ekonomi diprediksi tidak akan terjadi kecuali keadaan berubah untuk kuartal mendatang.
“Kuartal pertama tidak negatif, tapi turun. Kuartal kedua masih ditunggu. Nanti untuk indikator April, Mei, Juni akan dirilis bulan Juli. Jika di kuartal kedua kembali mengalami penurunan, maka akan terjadi resesi (ekonomi),” kata Rosdiana.
Rosdiana menambahkan, secara angka, tidak terjadi resesi. Namun, akan terdampak pada gangguan daya beli. Saat ini, lanjutnya, daya beli masyarakat cenderung negatif. Hal ini menjadi salah satu pemicu menurunnya ekonomi di quartal pertama.
“Saran saya ke pemerintah, setelah 3-4 pekan sejak PSBB, harusnya segera evaluasi. Karena gelombang kedua pandemi jauh lebih berbahaya. Apalagi, ada masalah dengan daya beli. Pemerintah harus segera mencegahnya jika tidak ingin terjadi resesi,” ungkapnya.
Masyarakat, kata Rosdiana, seharusnya menjadikan pandemi Covid-19 sebagai blessing in disguise. Artinya, mentransformasikan hal yang dianggap buruk (Covid-19) sebagai suatu hal baik atau berkah. Sehingga, memberikan dampak positif dalam kehidupan sosial.
“Tidak semua orang siap berdagang secara online. Tapi, mereka terpaksa belajar singkat soal jual beli online. Ini kan blessing in disguise. Situasi ini, harus jadi momentum bagi pemerintah mengeluarkan kebijakan e-commerce agar lebih user friendly. Baik dari sisi hulu dan hilir terkait ekonomi UMKM,” demikian Rosdiana.