Jokowi dan Analogi Game of Thrones Angkat Budaya Populer di Ajang Internasional
Presiden Joko Widodo kembali mencuri panggung dan mengundang decak kagum dunia internasional. Dalam pidato sambutan pada Pertemuan Tahunan IMF World Bank di Nusa Dua Bali, Jokowi menganalogikan situasi perang dagang saat ini dengan serial film Game Of Throne. Pidato ini tentu saja langsung mengundang tepuk tangan bahkan standing ovation dari delegasi yang hadir saat itu. Mengangkat tema film sebagai analogi dalam pidato yang dibawakan bukanlah kali pertama dilakukan Jokowi. Trik ini pertama kali sukses dilakukan pada pidato di Word Economic Forum on ASEAN di Vietnam September 2018 lalu, Jokowi menganologikan perang dagang dengan film Angevers: Invinity War. Bahkan di semester kedua tahun ini, Jokowi telah beberapa kali mengundang perhatian dunia internasional, yang pertama tentu saja aksi memukau Jokowi dalam upacara pembukaan Asian Games 2018 yang mengantarnya menjadi global trending topic di linimasa Twitter.
Membahas pidato ala Game of Throne Jokowi, pidato dibuka dengan menyinggung krisis finansial global yang terjadi pada tahun 2008. Ia mengucapkan terima kasih bahwa “berkat langkah-langkah kebijakan moneter dan fiskal yang luar biasa, yang membutuhkan keberanian politik yang besar, saudara-saudara para pembuat kebijakan, telah berhasil menyelamatkan dunia dari depresi global yang saat itu sudah berada di depan mata.” Namun, ia lantas mengingatkan: 10 tahun berlalu, perang dagang akhir-akhir ini datang mengguncang. Dari situ, masalah-masalah ekonomi dunia semakin membesar, layaknya bola salju yang terus menggelinding. Depresi global yang berhasil dihindari satu dekade silam bukan tak mungkin akan jadi aral pada masa depan. “Dengan banyaknya masalah perekonomian dunia, sudah cukup bagi kita untuk mengatakan bahwa: Winter is Coming.”
Membahas perang dagang sendiri, Presiden Jokowi menjelaskan penyebabnya: hubungan antara negara-negara ekonomi maju mengalami keretakan, tingkah pola mereka semakin lama terlihat seperti para keluarga yang bertikai dalam serial Game of Thrones.
Seluruh delegasi, tamu negara, dan media yang hadir lantas bertepuk tangan. Namun pujian mereka terhadap pidato Presiden Jokowi belum selesai sampai di situ. Jokowi melanjutkan pidatonya. Setelah Winter is Coming yang jadi slogan keluarga Stark, ia membicarakan hal-hal lainya dalam Game of Thrones yang menurutnya berhubungan dengan keadaan perekonomian dunia saat ini. Mulai dari The Iron Thrones, Great House, juga Evil Winter.
Jokowi menganalogikan negara-negara maju sebagai “great houses” yang sedang berjaya. Sementara itu “houses” lainnya mengalami kesulitan. Ia lantas menyebutkan bahwa di saat para negara maju itu sibuk bertarung untuk memperebutkan kekuasaan, “evil winter” dari utara datang dengan membawa kehancuran. Dalam ajang Pertemuan IMF – Bank Dunia yang bertaraf internasional, para negara peserta tentunya akan mengirim pakar ekonomi sebagai delegasi mewakili negara masing-masing. Sudah tentu topik yang akan dibahas pun akan penuh dengan istilah-istilah dan konsep ekonomi kurang familiar bagi orang awam. Untuk mengatasi kendala tersebut, salah satu caranya adalah dengan membumikan bahasa ekonomi ke dalam budaya populer sebagai penghubung antara ilmu pengetahuan dengan masyarakat umum.
Mengambil sesuatu yang familiar dengan audiens (misalnya superhero, karakter film atau video game) dan menautkannya dengan ilmu pengetahuan atau wacana ilmiah – yang mana hal ini tidak mereka sukai – memungkinkan mereka untuk memasuki dunia ilmiah tanpa harus dihalangi oleh tembok tak kasat mata.
Jokowi menghadirkan pesan inspiratif agar dunia terus bertumbuh melalui optimisme dan berkeadilan. Secara tidak langsung ada makna tentang menghindari untuk merendahkan bangsa lain sekaligus mengangkat harga diri bangsa. Perang dagang yang selama ini masih terjadi saat AS menetapkan tarif pada China, dan terus berlanjut dengan saling balas membalas pada tarif bea masuk barang import yang tinggi China kepada AS.
Konflik perdagangan antara negara lain, yang seperti kita ketahui menjadi imbas secara tidak langsung pada negara lainnya. Presiden Jokowi juga menjelaskan kondisi ekonomi dunia seperti serial film ‘Game of Thrones’. Perang dagang yang terjadi seperti perseteruan antar-Great Houses yang ingin mengambil alih The Iron Throne.
Dan setelah pidato Jokowi selesai, tidak hanya bertepuk tangan, sebagian delegasi, tamu negara, dan media yang hadir dalam acara tersebut melakukan standing ovation. Jim Yong Kim, Presiden Bank Dunia, dan Christine Lagarde, Managing Director IMF, pun tak luput mengangkat topi. “Ini saatnya kita pulang karena kita tak bisa lebih bagus dari itu (pidato Presiden Jokowi),” kata Jim Yong Kim. Sementara itu, Chirtine Lagarde menyebut “Presiden Jokowi luar biasa, sudah meningkatkan standar pidato kita.”
Alasan delegasi, tamu negara, dan media memberikan pujian tentu dapat dimengerti: Pidato Presiden Jokowi tepat sasaran, analoginya tentang Game of Thrones dinilai sesuai dengan kondisi dunia yang sesungguhnya. Penggunaan ikon budaya populer bisa menjadi medium yang sangat baik dan tepat, karena mereka mewakili akses yang tanpa batas untuk kepentingan masyarakat umum.