Jokowi : Kerusuhan di Wamena Terjadi Karena Kelompok Kriminal Bersenjata
Oleh : Sabby Kosay )*
Indonesia berduka atas meninggalnya 31 orang akibat kerusuhan di Wamena, Presiden Joko Widodo mengucapkan dukacita atas kejadian tersebut dan mengatakan komitmen aparat keamanan untuk siap melindungi warga.
Jokowi juga meminta agar kerusuhan di Wamena tidak dikaitkan dengan sentimen antar etnis. Jokowi mengatakan kerusuhan disebabkan oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB).
Mantan walikota Surakarta tersebut mengatakan, agar konflik tersebut jangan ada yang menggesernya menjadi sebuah konflik etnis, konflik tersebut disebabkan karena KKB yang turun gunung dan melakukan pembakaran rumah warga, atas kejadian tersebut kepala suku di Wamena ajak warga juga tidak mengungsi ke luar Wamena dan polisi tangkap beberapa tersangka pembakaran dan pembunuhan di Wamena.
Atas kejadian memilukan tersebut, pihak kepolisian telah menetapkan 5 tersangka. Para tersangka mayoritas berasal dari luar Wamena, namun juga berbaur dengan pelaku dari luar Wamena.
Dari ke 31 orang tersebut, 5 diantaranya tercatat meninggal di Rumah Sakit, sedangkan 26 lainnya meninggal sebelum sempat dilarikan ke rumah sakit. Sedangkan 2 korban lainnya memang telah ditemukan meninggal dunia, namun bukan karena kerusuhan, melainkan karena sudah sakit sebelumnya, tutur Menkes Nila Moeloek.
Dari total korban tewas tersebut, salah satu di antaranya merupakan seorang dokter bernama dr. Soeko Marsetiyo. Dimana ia telah mengabdi kurang lebih 15 tahun di Papua. Saat kerusuhan terjadi, Soeko juga membantu perawatan para korban kerusuhan disana.
Selain korban jiwa, kerusuhan Wamena juga mengakibatkan 98 warga lainnya terluka. Dari jumlah tersebut 14 diantaranya masih menjalani perawatan di Wamena, 22 orang sudah dirujuk ke Jayapura, sedangkan 62 warga lainnya telah ditangani dan dipulangkan dengan kondisi selamat.
Kerusuhan yang terjadi juga mengakibatkan ribuan warga mengungsi ke Jayapura. Hingga Senin malam, gelombang pengungsi dari Wamena ke Jayapura melalui pangkalan udara Silas Papare telah mencapai 5.588 orang.
Komandan Lanud Silas Papare Marsma TNI Tri Bowo Budi Santoso mengatakan, pihaknya menggunakan dua pesawat hercules dengan total 7 penerbangan.
Kerusuhan yang terjadi di Wamena berawal dari aksi unjuk rasa yang dilakukan siswa berbagai sekolah sejak 23 September 2019 lalu. Nahasnya, aksi demonstrasi berujung rusuh hingga terjadi pembakaran rumah warga, kantor pemerintah, PLN dan sejumlah kios milik masyarakat.
Selain menimbulkan korban jiwa, kejadian tersebut juga mengakibatkan jatuhnya korban jiwa dan juga kerugian material yang hingga kini jumlahnya belum ditaksir.
Pada peristiwa tersebut juga sempat terjadi kontak senjata antara pihak aparat gabungan TNI – Polri dengan Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB). Kelompok bersenjata tersebut diperkirakan berasal dari Kabupaten Lanny Jaya.
Unjuk rasa dipicu oleh kabar yang menyebar di media sosial, yang menyebutkan adanya ujaran rasial seorang guru pada siswanya. Namun menurut aparat kepolisian, Informasi tersebut merupakan berita bohong atau hoax.
Kapolda Papua Irjen Rudolf A Rodja memastikan bahwa alasan massa melakukan aksi anarkistis di Wamena adalah karena mereka termakan kabar tidak benar (hoaks). Ia juga telah mengonfirmasi isu tersebut dan memastikannya bahwa berita tersebut tidak benar.
Dari hasil investigasi dan analisa intelijen tentang keterangan pihak sekolah, kepala sekolah dan guru yang bersangkutan, tidak ada ujaran rasisme seperti yang diberitakan.
Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri juga tengah mendalami akun penyebar hoaks yang diduga menjadi pemicu kerusuhan.
Meski demikian, aparat keamanan tetap melakukan pendekatan lunak atau soft approach kepada masyarakat.
Aparat bersama dengan pemerintah daerah setempat, tokoh adat, tokoh agama, menghimbau agar masyarakat tidak terprovokasi hoaks. Hal ini akan menjadi pembelajaran sendiri bahwasanya berita yang menyesatkan merupakan sesuatu yang sangat berbahaya.
Untuk menangani permasalahan di Wamena, Kementrian Sosial menyalurkan bantuan senilai Rp 3.89 miliar untuk korban bencana sosial kerusuhan di Wamena, Papua. Adapun korban meninggal dunia, Kemensos memberikan santunan kepada ahli waris senilai Rp 15 juta per jiwa.
Saat ini kita telah mengetahui ancaman nyata yang diakibatkan oleh hoax, nyatanya masih ada sekelompok orang yang ingin memecah rasa persatuan, isu rasialis pun dihembuskan. Kita memiliki andil untuk tidak mudah terprovokasi dan tidak membagikan konten rasial di sosial media.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua, tinggal di yogyakarta