Jokowi – Ma’ruf Amin Menang Versi Quick Count, Rupiah Menguat
Oleh : Rifky Hasan*
Nilai tukar rupiah terpantau mengalami penguatan sehari pasca pemilu. Data perdagangan Reuters pada 18 April 2019 mencatat bahwa Dolar Amerika berada di level Rp 13.995, yang sebelumnya berada di level Rp 14.000-an. Penguatan tersebut tercatat pada pukul 09.00 WIB atau bertepatan dengan waktu pembukuan perdagangan saham pagi ini.
Achmad Yaki selaku Analis BCA Sekuritas mengatakan bahwa penguatan rupiah juga turut dipengaruhi oleh sentimen positif akan kemenangan Jokowi – Ma’ruf Amin melalui proses hitung cepat atau quick count pada sejumlah lembaga survei Pilpres 2019.
“Salah satunya ya karena optimisme hasil quick count yang hingga saat ini lebih untuk kemenangan pasangan Jokowi – Amin,” ujarnya.
Selain itu dirinya juga menjelaskan bahwa ada dorongan positif dari data ekonomi China yang memberi sentimen positif bagi pasar global termasuk di negara Indonesia.
“Dari sisi global, membaiknya data ekonomi Cina yang dirilis kemarin juga menjadi sentimen positif dari eksternal,” tambahnya.
Hal ini dimungkinkan bahwa Jokowi memiliki andil dalam menarik investor ke Indonesia, selain itu selama pemerintahannya, Indonesia juga termasuk negara yang tidak tergoncang oleh krisis global.
Hal senada juga disampaikan oleh Piter Abdullah yang merupakan direktur Riset Centre of Reform on Economics (CORE), yang mengatakan bahwa, penguatan mata uang Republik Indonesia tidak lepas dari Jokowi Effect, hal tersebut mengacu pada hasil hitung cepat quick count dari beberapa lembaga survey yang menunjukkan data bahwa paslon nomor 01 Jokowi – Ma’ruf Amin berhasil unggul dari penantangnya Prabowo – Sandiaga.
Selain itu IHSG juga kompak menunjukkan penguatan, dimana pasca hasil quick count, IHSG dibuka menguat 87,30 poin atau 1,34 % ke level 6.568.
Sementara itu, investor juga merespons positif hasil sementara tersebut karena pihaknya menilai bahwa kinerja Jokowi yang terbilang baik akan kembali dilanjutkan.
“Harus diakui bahwa investor memang lebih nyaman jika Jokowi kembali menjadi presiden. Sebab, terpilihnya Jokowi memberi kepastian bahwa kebijakan pemerintah tidak akan berubah signifikan. Plus berbagai reformasi struktural seperti pembenahan defisit transaksi berjalan,” tutur Ibrahim
Investor asing juga sangat menyambut baik hasil hitung cepat tersebut. Hal ini terlihat dari aksi beli yang dilakukan investor asing dalam beberapa menit usai perdagangan dibuka. Tercatat, ketika pasar dibuka ada aksi beli Rp 800 miliar.
Rasa optimisme Jokowi juga menjalar pada TCW Investmen Managemen yang turut optimistis akan pasar obligasi Indonesia yang masih menjadi incaran para investor pada 2019 karena adanya dukungan dari kondisi ekonomi nasional yang membaik.
“Mata uang Rupiah terjaga terhadap dolar AS, inflasi cukup terkendali serta sentimen hasil quick count pemilu yang sesuai ekspektasi membuat pasar obligasi kita masih dilirik investor,” jelas Budi Hikmat selaku direktur Strategi investasi dan kepala makro ekonomi Bahana TCW Investment Management Budi Hikmat.
Pada hari yang sama, sebagian mata uang utama Asia melemah terhadap dolar AS. Ringgit Malaysia melemah 0,32 persen, Yuan China melemah 0,26 persen dan Won Korea Selatan melemah 0,19 persen. Kemudian, dolar singapura melemah 0,16 persen, di susul Peso Filiphina yang menguat 0,09 persen dan baht Thailand melemah 0,08 persen.
Jokowi effect juga berdampak pada penguatan rupiah terhadap Dollar Australia yang sedang mendapatkan tekanan dari data tenaga kerja yang kurang bagus. Itu sebabnya rupiah mendapatkan angin segar.
Pada 19 April 2019, Rupiah diperdagangkan di kisaran Rp 10.037 per dolar Australia atau menguat 0,01 persen setelah sebelumnya berhasil menguat 0,67 persen. Sementara dari Australia, tingkat pengangguran dilaporkan naik menjadi 5,0 persen di bulan Maret oleh badan statistik setempat. Tingkat pengangguran Australia bulan sebelumnya sebesar 4,9 persen dan di prediksi bank sentral Australia (RBA) jika pasar tenaga kerja akan mengalami pelemahan mulai terlihat.
Kabar baik tersebut juga mendapat tanggapan positif dari Moodys Investors Service yang menilai bahwa hasil pemilu versi quick count yang memenangkan Jokowi menjadi sinyal positif bagi sektor perekonomian. Harapannya kemenangan Jokowi nantinya juga akan disambut baik oleh para investor.
*Penulis adalah Pengamat Masalah Ekonomi