Warta Strategis

Jokowi – Ma’ruf Dinilai Lebih Unggul Setelah Debat Putaran Pertama

Oleh : Ahver Latuconsina )*

Pasca debat Pilpres pertama, berbagai respon publik terus bergulir. Bahkan setelah debat tersebut telah berhasil menimbulkan banyak respon publik baik positif maupun negatif. Di sisi lain banyak anggapan jika hasil debat akan mempengaruhi pilihan publik terhadap Capres. Debat memang tidak seperti permainan bola voli yang memiliki parameter jelas, sehingga bisa dinilau secara objektif. Dalam permainan bola voli, tentu siapapun bisa melihat tim mana yang lebih unggul dengan hanya menyaksikan papan skor.

Lebih dari itu, debat merupakan ajang pendidikan politik agar pemilih memahami apa saja visi – misi, program kerja dan strategi yang akan digunakan untuk mencapai semua cita – cita mulianya. Dalam hal yang berbeda kegiatan seperti debat kandidat juga memiliki fungsi elektoral bagi masing – masing kandidat, untuk meyakinkan pemilih yang belum menentukan pilihannya. Lingkaran Survey Indonesia (LSI) Denny JA, melakukan analisisnya terhadap respon publik pada debat Capres putaran pertama. Peneliti LSI Adjie Alfaraby menjelaskan bahwa berdasarkan persepsi penilaian publik, dalam debat pertama tersebut, pasangan Jokowi – Ma’ruf unggul sebanyak 54,8% sedangkan untuk pasangan Prabowo – Sandi berada pada posisi 31%.

Hasil tersebut kembali ditegaskan berdasarkan persepsi dari penilaian publik, karena mereka pada umumnya sudah memiliki pilihan tersendiri. LSI mencatat dalam konteks debat pertama terdapat 5 dimensi yang dijadikan dalam indikator penilaian. Pertama dimensi terkait kemampuan dalam komunikasi. Dalam hal ini, Alfaraby mengatakan jika Jokowi – Ma’ruf unggul dengan 39,4 % dan Pasangan Prabowo – Sandi 33,7 %. Sedangkan terkait dimensi penguasaan materi, pasangan Jokowi – Ma’ruf unggul sebesar 37,7 % sedangkan pasangan Prabowo – Sandi sebesar 31,2%.

Dimensi ketiga terkait dengan program kerja, persepsi keunggulan Jokowi – Ma’ruf lebih perkasa sebesar 45,2% dibandingkan dengan pasangan Prabowo – Sandi yang hanya sebesar 26,2%. Hanya dalam dimensi kekompakan dan saling melengkapi, pasangan Prabowo – Sandi unggul sebesar 46,0% sementara pasangan Jokowi Ma’ruf unggul sebesar 30,6%. Dan yang terakhir adalah terkait dengan dimensi persepsi kepemimpinan yang kuat. Dalam hal ini LSI mencatat bahwa pasangan Jokowi – Ma’ruf kembali unggul sebesar 39,4%. Dan sebaliknya pasangan Prabowo – Sandiaga unggul sebesar 34,9%

Dalam penilaian dimensi tersebut, pasangan Jokowi – Ma’ruf unggul 5 – 1 dari pasangan Prabowo – Sandi. Survey tersebut menggunakan metodologi multistage random sampling. Dengan jumlah responden awal 1200 responden. Dengan teknik wawancara tatap muka responden menggunakan kuesioner dengan margin of eror 2,8 persen. Dalam debat perdana tersebut tampak bahwa secara umum, apa yang disampaikan oleh Prabowo hanya menunjukkan kesemrawutan data dan inkonsistensi yang beliau miliki.

Publik tentu bisa melihat dan mendengar ketika apa yang disampaikan Prabowo tidak sesuai dengan fakta sebenarnya. Misalnya statemen yang menyatakan bahwa Jawa Tengah lebih besar daripada Malaysia, kesalahan tersebut tentu cukup fatal. Selain itu dalam debat Pilpres putaran perdana, Prabowo tampak tidak siap dalam menjawab beberapa pertanyaan dari Jokowi. Sikap Prabowo – Sandi diatas panggung debat juga dinilai hanya untuk mencari sensasi gimick yang dilakukan.

Ketika Prabowo diberi kesempatan untuk menjawab, dirinya langsung tampak menunjukkan emosi dan langsung menjawab pertanyaan, Padahal saat itu Joko Widodo belum selesai memaparkan pertanyaan yang ada. Selama perdebatan berlangsung, Prabowo juga tidak menunjukkan substansi dari tema yang dipaparkan terkait Hukum, Ham Korupsi dan Terorisme. Saat itu Prabowo memberikan solusi dengan menaikkan gaji birokrat, tentunya jawaban ini kurang substansif. Karena persoalan korupsi adalah persoalan mental. Nyatanya pejabat dengan gaji tinggipun juga tidak sedikit yang terkena operasi tangkap tangan KPK. Hal ini tentu melukai rakyat, karena pejabat ada untuk mengabdi dan melaani bukan mencari kekayaan untuk dirinya sendiri.

Sedangkan Paslon petahana terbukti bisa kalem namun juga bisa ofensif, pertanyaannya yang dilontarkan tajam sehingga membuat Prabowo emosional. Sehingga Jokowi dapat sangat menguasai suasana, dengan beliau tahu kapan menyerang dan kapan harus kalem. Dan terbukti emosinya dapat terkendali dan tak perlu sampai pada aksi pijat untuk meredakan emosi. Sebagai petahana tentu Jokowi memiliki keuntungan tersendiri, hal ini dikarenakan sebagai petahana Jokowi telah menguasai angka dan data. Dan juga amat memahami kondisi aktual di masyarakat.

Paslon 02  juga membuat blunder saat  Prabowo mengklaim bahwa partainya memiliki caleg perempuan paling banyak. Prabowo juga menyatakan bahwa Gerindra mempunyai caleg dari kalangan perempuan sebanyak 40%. Namun berdasarkan data dari KPU, memang benar apa yang diakatakan bahwa Gerindra memiliki hampir 40% caleg perempuan. Namun untuk DPR RI jumlah persentase bukan diraih oleh Gerindra melainkan PKPI (Partai Keadilan dan Persatuan Indonesia). Selain itu, ketika Jokowi menjelaskan bahwa mantan napi korupsi yang dijadikan caleg, Prabowo sempat ingin memotong dan langsung menjawabnya padahal belum saatnya ia mengutarakan pendapatnya.

Ira Koesno, sang moderator debat Capres dengan tegas langsung menegur, “Tidak Boleh”. Hadirin juga sempat tertawa sejenak karena waktu dari Jokowi masih ada. Meskipun Prabowo selalu berbicara soal pangan tetapi lebih pada aspek retorika, sementara Jokowi berbicara berdasarkan pengalaman nyata. Bahkan membawa terobosan di dalam membangun kedaulatan energi.

Jokowi dinilai lebih banyak memberikan contoh konkret. Hal ini wajar karena sebagai calon petahana beliau juga kerap mendapatkan laporan dari para bawahannya. Dirinya juga tahu akan realitas yang tepat terjadi di banyak wilayah. Kelebihan tersebut telah dimanfaatkan dengan baik oleh Jokowi, sehingga Jokowi bisa memberikan serangan yang melesat dan dapat digunakan untuk menyerang lawan politiknya pada debat perdana yang telah dijalaninya.

)* Penulis adalah Mahasiswa Universitas Unpatti

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih