Kalangan Ponpes dan Santri Siap Mensukseskan Program Vaksinasi Nasional
Oleh : Adiba Kinsasa )*
Sebentar lagi kita akan menjalani vaksinasi corona. Program yang berlaku nasional ini wajib dijalankan oleh seluruh WNI, termasuk para santri. Mereka rela divaksin karena yakin bahwa kandungannya aman dan halal. Para santri juga siap berkampanye demi mensukseskan vaksinasi nasional.
Vaksinasi corona gelombang 1 sudah dimulai sejak pertengahan januari 2021. Program ini wajib berjalan dengan lancar, agar semua orang sehat dan. Kita tentu ingin segera bebas dari kungkungan pandemi dan hidup dengan aman, tanpa takut terinfeksi virus covid-19. Sehingga jalan satu-satunya adalah dengan vaksinasi.
Namun sayang di media sosial dan grup WA beredar video hoax yang berisi adegan para santri yang pingsan, dan narasinya berisi berita bahwa mereka tepar pasca kena vaksin corona. Padahal setelah ditelusuri, video itu dibuat tahun 2018, dan santri itu hanya kelelahan setelah divaksin difteri.
Hoax ini sangat menyesatkan, seolah-olah vaksin itu berbahaya. Padahal para santri selama ini bersedia divaksin dan menunggu giliran dengan sabar. Lagipula, vaksin baru diberi tanggal 13 januari ke Presiden Jokowi, baru ke para tenaga medis, dan WNI lain. Sehingga mustahil jika ada video yang beredar, sebelum presiden divaksin.
Padahal seluruh santri se-Indonesia sudah siap untuk divaksin, karena mereka yakin akan kehalalannya. Status halal vaksin Sinovac juga sudah dikeluarkan oleh MUI, sehingga tidak bisa diganggu-gugat. Vaksin ini halal karena tidak mengandung gelatin babi atau zat lain yang haram. Sehingga MUI menjamin kehalalan dan keamanannya.
Vaksin bagi kalangan santri sangat penting karena mereka tinggal di pondok yang memiliki banyak sekali murid. Sehingga agak susah untuk melakukan physical distancing, walau semua wajib pakai masker. Dalam kondisi ini, maka vaksin diperlukan untuk mencegah penularan corona, karena siapa tahu ada OTG dalam lingkungan pondok.
Bayangkan jika tidak ada vaksin, maka virus covid-19 akan cepat sekali menular dalam 1 pondok. Memang bisa dilakukan penutupan dan penyemprotan disinfektan, namun para santri yang pulang kampung bisa saja jadi OTG, dan malah menularkan ke keluarganya di rumah. Maka rantai penularan corona akan semakin panjang.
Para santri rela divaksin karena sebagai bentuk ketaatan terhadap pemerintah, dan hal itu juga diajari oleh para kiai. Ketaatan ini memang diwajibkan karena dengan taat, akan tercipta keamanan, ketertiban, serta kemakmuran. Dengan taat vaksin, maka selain menuruti anjuran pemerintah, juga menyehatkan diri sendiri.
Santri yang divaksin akan kebal corona dan dia tidak bisa berstatus OTG, serta menularkan ke orang lain. Vaksinasi adalah cara untuk menyayangi nyawa sendiri dan orang lain, agar tidak ada lagi penularan corona. Para santri sudah teredukasi dengan baik dan tidak mudah terkena hoax tentang vaksin corona.
Mereka paham bahwa vaksinasi corona memiliki proses yang mirip dengan vaksinasi lainnya, misalnya hepatitis atau MMR. Prosesnya hanya disuntik lalu vaksin akan bekerja dalam tubuh, dan memperkuat imunitas. Dengan catatan, saat diinjeksi tubuh santri harus dalam keadaan sehat, dalam artian tidak demam, flu, batuk, serta tensi dan gula darahnya normal.
Santri dan segenap kiai juga mengkampanyekan keamanan dan kehalalan vaksin corona pada segenap masyarakat. Sehingga mereka makin percaya bahwa vaksin ini tidak akan membahayakan. Karena para santri yang saleh sudah tahu bahwa vaksin Sinovac halal MUI, dan masyarakat jadi percaya akan status halalnya.
Vaksinasi corona di kalangan pesantren didukung penuh, baik oleh para santri maupun kiai dan ustadz. Mereka paham bahwa vaksinasi adalah satu-satunya cara agar tidak ada penularan virus covid-19. Sehingga semua orang sehat, bebas corona, dan bisa mengakhiri masa pandemi sesegera mungkin.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini