Kekejaman KST Papua Melampaui ISIS
Oleh: Levi Raema Wenda
Kelompok Separatis Teroris (KST) Papua kembali melakukan kekejaman kepada Masyarakat Papua. Tindak kekejaman yang dilakukan oleh KST Papua saat ini menyerupai bahkan melampaui tindakan organisasi teroris internasional yaitu Islamic State of Iraq and Syiria, atau yang lebih kita kenal dengan sebutan ISIS. Kali ini KST Papua Kembali melakukan aksi brutal dan sadisnya kepada warga sipil di wilayah suku Koroway, wilayah Yahukimo, Papua. Dan yang lebih mencengangkan, kekejaman KST Papua membunuh dengan sadis warga sipil dilakukan dengan cara memenggal kepalanya kemudian direkam dalam bentuk video amatir dan dirilis oleh pihak mereka sendiri.
Sebuah aksi sadis yang kerap kali kita temukan di dunia maya yang dilakukan oleh banyak militan ISIS di Suriah. Diketahui korban bernama Azis, dan dirinya merupakan warga pendatang non Papua. Korban merupakan salah seorang pendulang emas tradisional di wilayah Kampung Kawe, Distrik Awinbon, Kabupaten Pegunungan Bintang.
Dari rekaman video amatir pembunuhan sadis yang beredar luas di media sosial ini, pihak KST Papua melakukan propagandanya dengan memegang kepala korban yang telah dipenggal dan menyebut korban sebagai seorang intelijen dari Indonesia. Kepala Bidang Hubungan Masyarakat (Kabid Humas) Kepolisan Daerah Papua (Polda Papua), Komisaris Besar Polisi (Kombes Pol) Ahmad Mustafa Kamal dalam keterangan persnya telah mengkonfirmasi dan membenarkan kejadian ini.
Dirinya menambahkan bahwa kasus pembunuhan dengan pemenggalan kepala ini, tengah ditangani oleh Kepolisian Resor (Polres) Pegunungan Bintang. Dari informasi yang diperoleh, kejadian berawal ketika korban sedang menjaga kios bersama temannya. Kemudian datanglah beberapa orang tak dikenal dan langsung masuk ke dalam kios. Dua orang tak dikenal tersebut masuk ke dalam kios untuk menanyakan korban sambil memegang parang, sedangkan yang lainnya berjaga-jaga di luar kios.
Kombes Pol Ahmad melanjutkan bahwa pada saat kejadian korban disuruh untuk membuka pakaiannya oleh dua orang tak dikenal tersebut. Teman korban yang ada di lokasi kejadian langsung melarikan diri ke lokasi 96, dan langsung memberitahukan kejadian tersebut kepada masyarakat yang berada di lokasi 96. Saat ini Polres Pegunungan Bintang masih melakukan koordinasi untuk menuju ke lokasi kejadian guna mengevakuasi jenazah korban.
Rekaman video amatir tentang pemenggalan kepala oleh KST Papua ini dirilis oleh juru bicara KST Papua, Sebby Sambom. Sebby mengatakan bahwa peristiwa tersebut terjadi pada Hari Selasa 19 Juli, malam hari. Pelaku pemenggalan kepala ini dilakukan oleh KST Papua Kodap 16 Wilayah Yahukimo pimpinan Bocor Sobolim.
Dari video amatir berdurasi 2 menit 50 detik tersebut terlihat sosok Bocor Sobolim bersama beberapa pengikutnya tengah membawa bungkusan kain yang di dalamnya berisi potongan kepala manusia. Bocor Sobolim yang juga merupakan pimpinan pasukan KST Papua wilayah Yahukimo ini, menuding korban merupakan seorang intelijen Indonesia dan menyamar sebagai pendulang emas tradisional di wilayah Korowai, dan memberikan ancaman serius bahwa pihak KST Papua tidak akan main-main bagi para warga perantauan di wilayah mereka.
Bentuk ancaman yang disampaikan oleh Bocor adalah bahwa pihak KST Papua tidak hanya akan membunuh kemudian membuang jenazah pendatang yang dicurigai, tapi bahkan akan membawa pulang kepala korban. Dirinya bahkan dengan berani menunjukkan potongan kepalanya di dalam video. Sebuah tindakan yang sadis serta sangat tidak berkeperimanusiaan serta tidak layak untuk ditonton khalayak umum.
Selain memberikan ancaman pembunuhan, Bocor Sobolim juga memberikan pernyataan tegas jika pihak KST Papua menolak pemekaran wilayah atau Daerah Otonom Baru (DOB) di Papua. Dirinya selaku pihak KST Papua mengancam jika pemekaran terus dilakukan, maka warga sipil di wilayah kekuasaannya akan dijadikan sasaran pembunuhan.
Komandan Resor Militer (Danrem) 127 Praja Wira Yakhti, Brigadir Jenderal (Brigjen) Jo Sembiring membantah tudingan dari KST Papua tersebut. Brigjen Jo menyatakan bahwa korban merupakan murni warga sipil yang mencari nafkah di wilayah pendulangan emas.
Jenderal Kopassus tersebut mengakui bahwa akses ke wilayah pendulangan emas tersebut sangat jauh di dalam hutan dan hanya bisa diakses dengan helikopter. Dirinya juga menambahkan bahwa pendulangan emas di Wilayah Koroway tidak memilki aparat termasuk pos TNI/Polri.
Kejadian mengerikan yang berulang kali dilakukan oleh KST Papua di Bumi Cenderawasih ini, seolah menjadi pengingat bagi kita semua bahwa KST Papua merupakan bagian tak terpisahkan yang menjadi faktor penghambat kemajuan pembangunan di Papua. Beragam tindakan anarkis hingga biadab yang dilakukannya kepada warga sipil baik Orang Asli Papua (OAP) maupun pendatang, serta aparat TNI/Polri dengan dalih untuk mencapai tujuan asli mereka adalah hal yang tidak pantas untuk dibenarkan. Tindakan tidak berkeperimanusiaan yang mereka lakukan kelak akan merugikan diri mereka sendiri, keluarga mereka, Masyarakat Papua, serta Bangsa Indonesia.
KST Papua adalah musuh kita bersama. Kita semua menginginkan Papua yang maju, aman, damai sejahtera untuk ditinggali. Tidak ada tempat untuk gerakan separatis berkedok kekerasan di Bumi Cenderawasih. Karena Papua adalah bagian dari Indonesia dan selamanya akan tetap menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia.
*) Penulis adalah Pengamat Papua, mantan jurnalis media lokal di Papua.