Polemik Politik

Kekhawatiran Prabowo yang Tak Berarti, Pelabuhan dan Bandara Masih Milik Negara

Oleh: Arjuna Wiwaha )*

Capres nomor urut 02 Prabowo merasa khawatir terkait hadirnya pihak asing di Indonesia. Prabowo mengatakan bahwa dirinya menyayangkan pihak asing yang menguasai sektor bandara hingga pelabuhan. Awalnya, Prabowo berbicara mengenai tugas pemerintah.

            “Kita paham dan mengerti bahwa tugas pemerintah utama adalah melindungi segenap tumpah darah bangsa kita, ada satu hal yang merisaukan dan mengganjal di banyak warga negara,” ungkap Prabowo saat sesi tanya jawab debat Capres ke – 4 berlangsung di Jakarta Pusat.

            Mantan Danjen Kopasus tersebut lantas mengungkapkan kekhawatirannya soal objek strategis seperti pelabuhan hingga bandara yang dikuasai asing.

            “Dalam satu tinjauan strategis, tentang kepentingan inti terutama adalah keuntungan, kedaulatan teritorial, dalam pandangan itu, sedikit negara dunia yang mengizinkan pelabuhan, lapangan terbang, di-operate oleh pihak asing,” kata Prabowo.

            “Bukan kita anti asing, tapi ini kami khawatir suatu saat kepentingan nasional tidak cocok. Kami di Tentara dilatih untuk mengamankan objek vital strategis. Apakah itu pelabuhan, bandara atau persimpangan jalan,” sambungnya.

            Menjawab hal tersebut, Jokowi mengatakan bahwa hadirnya asing di sektor – sektor tersebut ialah sekedar investasi untuk bisa membangun negeri. Jokowi bilang, hal itu dilakukan karena keterbatasan anggaran dan wajar dilakukan.

            “Sebenarnya negara lain melakukan karena anggaran kita terbatas, tentu saja kita undang investasi di Indonesia,” jawabnya.

            Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga menegaskan tidak akan menyerahkan kedaulatan terhadap pihak asing sedikitpun.

            “Sekali lagi, dalam hal menyangkut kedaulatan tidak akan berikan 1 cm pun daratan kita ke negara lain. Investasi ini satu perusahaan, bukan negara, dan negara – negara lain juga melakukan itu,” tuturnya.

            Hal tersebut juga mendapatkan tanggapan dari Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan, dirinya menegaskan bahwa pelabuhan strategis di Indonesia tidak akan dikuasai atau dioperasikan oleh pihak asing.

            Menjawab kekhawatiran Prabowo, Luhut menyebutkan bahwa Pelabuhan dan Bandara di Indonesia tidak boleh dioperasikan oleh asing, sebab merupakan saluran nafas bangsa.

            “Kan kalau pelabuhan – pelabuhan strategis, tadi sudah dijelaskan, tidak akan pernah kita kerjasamakan,” jelas Luhut.

            “Tapi pelabuhan – pelabuhan yang sifatnya komersial kita kerjasamakan, dan tetap kita yang mengontrol,” tambahnya.

            Mantan Menteri Perindustrian dan Perdagangan tersebut juga menegaskan bahwa manajemen pelabuhan dan bandara di seluruh dunia memang seperti itu standarnya.

            “Itu berlaku universal. Negara lain juga begitu. Tanya aja kalau nggak percaya,” ungkap Luhut.

            Jokowi juga telah memberikan penjelasan bahwa investasi masih diperlukan untuk membangun infrastruktur bandara dan pelabuhan komersial.

            Ia juga menegaskan, selama menjabat sebagai petahana, pemerintah tidak akan memberikan pengelolaan pelabuhan yang digunakan untuk markas AL, maupun bandara yang digunakan untuk markas AU kepada pihak asing.

            Dalam hal ini, Jokowi menilai bahwa Prabowo terlalu khawatir Indonesia akan dikuasai asing.

            Dirinya juga mengatakan, dalam hal radar udara, radar maritim, ataupun pembangunan alutsista Indonesia harus berhati – hati. Pengelolaan bandara dan juga pelabuhan ada di tangan dalam negeri.

            “Hal yang penting pengelolaan itu ada kita di dalamnya. Manajemen kita ada di dalam, manajemen juga kita yang mengendalikan. Kita berpartner, buat kami tak ada masalah,” Ujar Jokowi.

            Dalam hal ini Prabowo seakan tidak mengetahui persis bagaimana mengelola bandara atau pelabuhan, dirinya tidak terima apabila sektor tersebut dikelola oleh asing maupun swasta. Sementara itu, Jokowi mengatakan, segalanya masih dikelola dalam negeri. Mayoritas masih dikelola oleh pelindo, bandara masih dikelola angkasa pura.

            “Kalau transfer of knowledge, technology, management, system, kenapa tidak? Kita berpartner dengan perusahaan yang memiliki kemampuan lebih baik. Bukan bandara yang strategis,” pungkasnya.

            Kekhawatiran Prabowo dalam konteks tersebut membuktikan bahwa dirinya tidak mengetahui akan manfaat investasi dan keuangan dalam negeri.

            Indonesia tentu membutuhkan banyak dana baru untuk membangun beberapa sektor penting. Namun, tidak semua dana bisa dicukupi oleh pemodal yang ada di dalam negeri. Masuknya pemodal asing ke Indonesia untuk melakukan investasi akan membuat kebutuhan dana itu bsia segera tercukupi dan pembangunan bisa segera dilakukan.

            Selain itu, Negara yang menjadi pusat investasi akan dilindungi oleh negara yang penduduknya menanamkan modal.

)* Mahasiswa Pasca Sarjana Jurusan FISIP Universitas Indonesia

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih