Kelompok Radikal Tunggangi Prabowo – Sandiaga Uno untuk Dirikan NKRI Bersyariat
Oleh : Gani Permata )*
Umat Islam memang menjadi target kampanye yang cukup empuk dalam pelaksanaan kampanye Pilpres 2019. Kubu Prabowo-Sandi yang tidak memiliki latar belakang Islam kuat memaksakan diri untuk mencari dukungan dari tokoh-tokoh Islam dengan harapan memperoleh banyak suara. Melihat Kyai Ma’ruf sebagai Cawapres dari kubu petahana, menjadikan sebagian besar ulama ikut mendukung Paslon nomor urut 01. Mau tak mau Sandi bermanuver politik dengan mendekati ulama-ulama radikal.
Kelompok radikal ini tentu mengetahui bagaimana latar belakang Prabowo-Sandi dalam hal pendirian, ilmu agama, dan politik. Namun, demi mencari perlindungan karena kelompoknya mendapatkan penolakan sebagian umat Islam, para ulama radikal pun menjanjikan dukungan terhadap Prabowo-Sandi pada Pilpres 2019. Bahkan kelompok radikal yang telah dilarang pemerintah seperti HTI berharap dengan terpilihnya Prabowo-Sandi maka kelompok tersebut akan dilegalkan.
Gagasan-gagasan pelaksanaan syariah untuk Indonesia sebenarnya telah berkali-kali diajukan dan berkali-kali juga ditampik masyarakat Islam di Indonesia. Sebelumnya pernah disodorkan proposal “Piagam Jakarta” dan gagasan “Negara Islam Indonesia” oleh kelompok DI/TII. Alih-alih mendapatkan simpati publik, kelompok DI/TII pun dinyatakan sebagai kelompok pembangkang terhadap pemerintahan dan negara yang sah. Namun, berkali-kali gagal tidak membuat mereka menyerah. Kini mereka kembali mencoba dengan menempuh strategi dan taktik perjuangan baru, yaitu menitipkan gagasan NKRI bersyariah pada pasangan Capres-Cawapres Prabowo-Sandi.
Sebelumnya NKRI bersyariah telah digaungkan oleh Rizieq Shihab pada aksi 212 tahun 2016. Ketika ia mendukung Capres Prabowo pada tahun 2018, sekali lagi Rizieq Shihab menyatakan perlunya Indonesia menjadi NKRI bersyariah. Imam Besar FPI itu menegaskan NKRI bersyariah adalah NKRI yang beragama, bernilai-nilai Pancasila yakni yang menjunjung tinggi ketuhaan, kemanusiaan, persatuan, musyawarah dan keadilan sosial. Rizieq berujar NKRI bersyariah adalah menghadirkan pejabat yang amanah dan tidak khianat.
“Melalui Alumni 212 ini, dengan lantang ingin saya sebutkan pada seluruh umat Islam di Indonesia untuk berjuang menuju NKRI bersyariah. NKRI bersyariah adalah mereka yang mencintai ulama dan tidak mengkriminalisasi, apalagi menteroriasinya,” papar Rizieq.
Menjelang Pilpres 2019, GP Ansor menyatakan kelompok-kelompok radikal yang tersebar di sejumlah wilayah Indonesia mulai terkonsolidasi. Konsolidasi yang mereka lakukan disebut bukan untuk mengacaukan jalannya Pilpres 2019. Melainkan membawa agenda mendirikan negara Islam atau NKRI bersyariah dengan mendukung salah satu Paslon Capres-Cawapres.
Meskipun Prabowo-Sandi memenangkan Pemilu, publik tidak yakin mereka akan melaksanakan gagasan NKRI bersyariah. Selain berpotensi diturunkan dari kekuasaan karena dianggap melanggar konstitusi, pasangan ini sama sekali tidak mencerminkan sebagai aktivis Islam yang mengerti seluk beluk syariat Islam.
Soal pondasi bangsa selesai sudah, sekali Pancasila tetaplah Pancasila. Jangan sampai kelompok radikal berkembang bahkan ikut dalam urusan politik negara. Sebab kelompok radikal intoleran akan selalu menebarkan kebencian terhadap sesama dan menimbulkan kehancuran seperti yang terjadi pada negara-negara Islam di Timur Tengah.
Sudah selayaknya sebagai bangsa Indonesia kita menjaga toleransi dan menghargai perbedaan. Seperti pesan yang selalu disampaikan para pemimpin negara muslim dunia setelah berkunjung ke Indonesia, “Jaga keberagaman ini”. Mereka tidak ingin negara Indonesia hancur akibat radikalisme dan intoleransi.
)* Mahasiswa Universitas Persada Indonesia