Kenapa Takut Tes Baca Al Qur’an?
Oleh : Ridho Afrianta*
Ikatan da’i Aceh beberapa waktu lalu mengusulkan, selain debat antara Calon Presiden dan Wakil Presiden, perlu adanya tes baca Al Qur’an bagi kedua pasangan Capres – Cawapres. Ikatan Da’i Aceh menyatakan siap memfasilitasi penyelenggaraan tes tersebut, bahkan sudah menentukan lokasi tes, yaitu bertempat di Masjid Baiturrahman Banda Aceh. Namun secara cepat dengan bahasa yang tegas, kubu Paslon No 2 menolak usulan tersebut dengan dalih hal tersebut tidak termasuk dalam kriteria yang ditentukan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU). Hal ini sangat ironis karena pihak Paslon no. 2 dulu pernah melontarkan gagasan bahwa dalam salah satu sesi debat harus dilakukan dalam bahasa Inggris, tapi pada akhirnya usulan tersebut ditarik kembali.
Bahwa usulan itu tidak termasuk ketentuan KPU sudah jelas, namun ada adagium “jika tidak dilarang berarti boleh”, sehingga usulan tes baca Al Quran juga jelas tidak melanggar ketentuan KPU. Beberapa tokoh menyatakan bahwa tes baca Al Qur’an sifatnya sunah, jika beberapa kali salah satu Paslon mengklaim mendapat dukungan para ulama, tentunya para ulama yang mendukung juga akan bersuara untuk menyetujui usulan Ikatan Da’i Aceh tersebut.
Pertanyaan selanjutnya, kemana para ulama yang selama ini sudah “berijtima” mendukung Paslon tersebut? Bukankah sangat baik jika jagoannya fasih membaca Al Quran? Apalagi sudah disampaikan oleh beberapa ustadz bahwa lomba ini sifatnya sunah, alangkah baiknya jika dilakukan, namun kenyataan di lapangan Paslon nomor urut 02 justru menolak. Masyarakat ingin tahu sampai dimana tingkat keIslaman para Paslon ini. Tentu banyak yang bisa dijadikan tolok ukur sesorang itu benar-benar Muslim atau bukan. Namun salah satu diantaranya yaitu fasih membaca Al Qur’an. Sebenarnya kelayakan seorang pemimpin memang tidak sepenuhnya dinilai dari kemampuan membaca Al Quran, namun kemampuan itu merupakan sisi penting.
Pada pertengahan Januari 2019, Ketua Umum Ikatan Daí Aceh, TGK Masyuddin Ishak mendatangi kediaman Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta, menanyakan kepastian pasangan Capres – Cawapres nomor urut 02 ikut tes membaca Al Quran di Aceh. Dia mengatakan pihaknya sudah mengirimkan surat resmi kepada Prabowo – Sandi untuk ikut tes tersebut namun hingga saat ini belum ada jawaban resmi. Menurutnya, urgensi baca Al Quran itu karena politik identitas saat ini sedang dimainkan dan parahnya masing – masing pihak saling klaim sebagai paling Islami dan mengkafirkan pihak lain.
Jika presiden pilihan ulama, dia harus memenuhi syarat yang ditentukan oleh kitab, Syariah, dan ulama. Kalau dia dipilih ulama, kenapa dia takut diajak tes membaca Al Quran?
*Penulis adalah Mahasiswa PTS di Surabaya