Kepala Suku Papua Dorong KST Menyerah dan Kembali ke NKRI
Oleh : Rebecca Marian )*
Kepala suku di Papua antipasti terhadap KST (Kelompok Separatis dan Teroris) dan menyarankan pimpinannya untuk menyerah. Mereka harus kembali ke NKRI dan menghentikan pemberontakannya. Papua adalah bagian dari Indonesia dan tidak dapat diganggu-gugat, dan tidak ada namanya kemerdekaan bagi Papua.
Keindahan Papua amat terkenal hingga ke seluruh dunia, danRaja Ampat menjadi salah satu tujuan wisata favorit turis internasional. Namun pariwisata di Bumi Cendrawasih bisa terganggu oleh faktor keamanan, karena ada gangguan dari KST. Mereka secara semena-mena melakukan teror dan mengganggu warga sipil hingga ketakutan.
Permasalahan keamanan memang menjadi pekerjaan rumah di Papua. Selama ini ada kolaborasi dalam mengamankan rakyat di Bumi Cendrawasih. Selain ada peran dari aparat keamanan, tokoh masyarakat juga berusaha keras agar warga Papua terhindar dari KST.
Dalam perbincangan dengan warganya, seorang pemimpin suku dari Distrik Sota, Yeremia menyampaikan pesan khusus kepada KST Papua dan tegas menolak keberadaan kelompok separatis tersebut. Pesan itu ditujukan kepada Egianus Kogoya, Yotam Bugiangge dan kawan-kawan.
Percakapan Yeremia dengan warganya itu menjadi populer. Dalam sebuah video yang telah menyebar luas, terlihat Yeremia berbicara dengan tegas di hadapan warganya, menolak keberadaan KST Papua. Yeremia juga mengajak KST Papua untuk menyerah dan kembali ke dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Yeremia mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya atas bantuan yang diberikan oleh BIN dan TNI-Polri. Selanjutnya, ia mengimbau agar para anggota KST Papua segera menyerah dan kembali ke dalam NKRI.
Yeremia berharap agar semua anggota KST Papua yang berada di wilayah perbatasan, mulai dari kota hingga ke pulau-pulau dan gunung, mau kembali kepada pemerintah Republik Indonesia. Himbauan dari kepala suku ini harap didengarkan oleh Egianus Kogoya maupun pemimpin KST yang lain. Mereka seharusnya patuh karena warga Papua dikenal sangat menghormati dan taat perintah kepada sang kepala suku.
Egianus Kogoya dan anggota KST lain seharusnya meniru Kepala Staf Angkatan Darat Tentara Nasional Pembebasan Papua Barat ( TNP-PB)- yang berafliasi dengan KST, Alex Ruyaweri Yessi Makabori yang dengan ikhlas kembali ke NKRI. Alex menyerahkan diri dan mencium bendera merah putih sebagai tanda kembali ke NKRI.
Alex menyatakan kembalinya dia ke Indonesia di Polres Jayapura. Kembalinya Alex ke Indonesia disertai dengan pernyataan sikap, penyerahan dokumen TPN-PB, 20 butir peluru, dan baju loreng.
Alex kembali ke NKRI atas permintaan anaknya, Erik Makabri. Sebelumnya di TPN-PB ia menyandang gelar bintang 3, sehingga ‘pangkat’nya di sana termasuk cukup tinggi. Dalam artian, jika ia kembali ke NKRI adalah hal yang bagus karena bisa jadi langkahnya akan diikuti oleh para anak buahnya.
Selain kepala suku, pemuka agama juga menghimbau anggota KST untuk kembali ke NKRI. Kapolda Papua Irjen Pol Mathius D Fakhiri menyatakan bahwa ia meminta tokoh agama mengambil peran dalam memberikan pemahaman terhadap KST.
Mathius menambahkan, keterlibatan tokoh agama dapat meminimalisir konflik, sehingga kelompok separatis dan teroris tidak lagi mengganggu warga sipil dan aparat keamanan di Bumi Cendrawasih. Sebaliknya, mereka ikut membangun Papua. Peran para tokoh agama sangat penting karena jika terus didekati, KST akan sadar dan bertobat.
Peran tokoh agama dalam pemberantasan KST memang sangat penting karena mereka sangat dihormati oleh warga Papua, baik yang sipil maupun yang berstatus sebagai anggota kelompok pemberontak. Jika ada tokoh agama yang berdialog dari hati ke hati maka anggota KST tidak akan berani mengangkat senjata, karena ia memiliki status tinggi di masyarakat. Mereka menghargai tokoh tersebut.
Jika para tokoh agama mau bekerja sama dalam mendekati KST maka diharap akan banyak anggota KST yang bertobat lalu menyerahkan diri ke aparat keamanan. Para anggota KST akan terketuk hatinya berkat pendekatan oleh tokoh agama lalu sadar bahwa perbuatannya salah, karena ia telah menyakiti hati dan fisik saudara sesukunya sendiri. Padahal niat awal mereka adalah kemakmuran dengan cara pembelotan tetapi malah berujung kekerasan.
Tidak seharusnya ada pemberontakan karena faktanya saat ini keadaan di Papua sudah modern dan makmur berkat pemerataan pembangunan di era pemerintahan Presiden Jokowi. Hal ini yang diceramahkan oleh tokoh agama di hadapan para anggota KST.
Kepala suku di Papua mendorong KST agar menyerah dan kembali ke NKRI. Mereka dijamin keamanannya ketika datang ke Polres dan tidak akan dikerasi. Ketika menyerahkan diri dan mencium bendera merah-putih sebagai tanda setia kepada Indonesia, ex anggota KST tersebut juga dibantu untuk mendapatkan pekerjaan dan memulai hidup baru.
)* Penulis adalah Mahasiswa Papua tinggal di Jakarta