Kerusuhan Wamena Dipicu Hoax, Masyarakat Dihumbau Waspada
Oleh : Sabby Kossay )*
Kerusuhan melanda Wamena pada senin (23/09) akibat hoax dugaan rasisme seorang guru kepada muridnya. Aksi tersebut berlangsung anarkis dan menimbulkan korban jiwa. Berkaca kepada kejadian itu, masyarakat dihimbau untuk tetap waspada.
Berita duka datang dari Papua. Bumi Cendrawasih kembali terluka, demonstrasi berujung tindakan anarkis. Menimbulkan banyak kerugian secara materiil juga spirituil. Akses publik seperti kantor Bupati dan rumah warga tak lepas dari amukan massa saat itu. Aksi ini dinilai sangat cepat terjadi, sekolah dasar dan menengah segera dipulangkan agar siswanya tidak terjebak ke dalam suasana bentrok yang terjadi.
Kerusuhan yang terjadi di Kota Wamena, pada Senin (23/09) ditengarai oleh adanya kabar hoax soal ujaran rasial guru kepada sang murid Di sekolah Menengah Atas ( SMA). Informasi tersebut diduga menyebar luas serta memicu kemarahan yang berujung pada tindakan anarkisme. Setidaknya ada 3.000 orang pengungsi, 1.500 diantaranya mengungsi di Kodim 1702 Jayawijaya.
Kapolda Papua, Irjen Pol Rodja menyatakan jika pihaknya telah melakukan penelusuran ke sekolah terkait. Namun, pada kenyataanya isu tersebut tidak ada. Guru terkait sudah diinterogasi serta tidak ada kalimat rasis, itu sudah dipastikan. Jadi Rodja berharap masyarakat di Wamena serta seluruh Papua tidak mudah terprovokasi oleh berita-berita yang belum pasti kebenarannya.
Sementara dugaan lain muncul akan adanya upaya pendomplengan pihak ketiga yang menyusupi aksi ini, yakni Kelompok Komite Nasional Papua Barat ( KNPB). Pernyataan tersebut diperoleh dari Letkol Inf Chandra Diyanto, selaku Dandim 1702 Jayawijaya. Namun, bersyukur Wamena kembali kondusif pada Senin malam. Meski suasana dinilai telah stabil, aparat gabungan TNI-POLRI masih terus bersiaga guna mengantisipasi aksi susulan.
Chandra, mengungkapkan jika aksi kemarin sama sekali tak direncanakan. Aksi anarkis bermula saat pelajar sekolah PGRI mengajak SMA Yapis untuk ikut turun kejalan. Namun imbauan tak diindahkan, sehingga mereka merusak sekolah Yapis. Darisinilah kemudian muncul aksi spontanitas dari mereka guna mengajak seluruh pelajar sekolah menengah di kota Wamena turun ke jalan.
Terkait adanya indikasi pihak ketiga, yakni KNPB turut dibenarkan. Mengingat demo di Wamena murni dilakukan oleh pihak pelajar Sekolah Menengah Atas. Namun, aksi pembakaran inilah yang dinilai telah direncanakan. Pasca kejadian tersebut, para pelajar seolah melakukan demonstrasi serta memaksa sekolah lain untuk ikut bergabung. Secara psikologis ajakan ini makin membuat jiwa muda pelajar membumbung tinggi. Tanpa pikir panjang akhirnya ikut terpancing dan bergabung.
Ditengarai titik-titik perencanaan pembakaran salah satunya ialah kantor serta tempat-tempat perekonomian. Seperti dilansir banyak media, kantor Bupati telah hangus terbakar serta pusat layanan penerangan, PLN juga dibakar. Termasuk ruko dan rumah-rumah warga tak lepas dari amukan massa. Ada pula sejumlah laporan seperti supermarket Yuda dengan nilai investasi ratusan juta turut menjadi bulan-bulanan. Meski banyak yang terluka karena harus melompat dari lantai dua, beruntung tak ada korban jiwa didalamnya.
Meski sudah kembali normal, masih banyak pengungsi bertahan karena takut akan adanya aksi susulan. Di area tenis Kodim 1702 mereka mendirikan tenda-tenda peleton serta alas untuk tidur. Anggota TNI juga membangun dapur lapangan serta memasak bahan makanan yang masih tersedia. Mengingat pasokan kebutuhan makan kian menipis. Selain itu juga kebutuhan sandang juga dirasa penting, mengingat para pengungsi hanya menggunakan pakaian yang ada dibadan saja.
Bupati Jayawijaya, Jhon Richard Banua turut mengimbau agar seluruh masyarakat tidak terpancing kabar hoax tersebut. Bahkan, Warga juga diminta bekerja sama untuk menciptakan keamanan, agar situasi di Wamena dapat pulih kembali.
Pentingnya menahan diri dari serangan provokasi dari diri sendiri memang terkesan sepele. Namun, efek positifnya akan kita rasakan, karena upaya ini termasuk ke dalam penciptaan situasi aman terkait insiden yang terjadi. Akses publik bernama media sosial kink agaknya mendominasi sejumlah kerusuhan yang terjadi di Bumi Cendrawasih. Implikasinya ialah makin banyak orang agar terprovokasi dan berlaku serupa. Jika sudah demikian pihak ketiga akan tertawa, sementara rakyat Papua hanya diberikan luka.
Marilah seluruh masyarakat perkuat diri membentengi dari isu-isu provokatif yang merugikan banyak pihak. Cukup sudah berita akibat isu rasial yang dinilai Hoax menghancurkan tatanan negara dan sosial. Mari tumbuhkan mental sikap positif guna mendukung stabilitas keamanan.
) * Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Yogyakarta