Kinerja Ekspor Hasil Perikanan Pemerintahan Jokowi
Oleh : Gani Permata*
Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) terus berupaya mendongkrak peningkatan ekspor produk perikanan Indonesia. Selama empat tahun masa pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, neraca perdagangan hasil perikanan terus meningkat. Bahkan saat ini Indonesia menjadi pemimpin dalam sektor perdagangan perikanan di Asia Tenggara, setelah sebelumnya berada di urutan terakhir.
Pada Maret 2018, neraca perdagangan komoditas perikanan Indonesia meraup USD 349,4 ribu. Sementara Thailand berada di posisi 2 dengan nilai sebesar USD 129,5 ribu. Sedangkan Vietnam di posisi ketiga dengan nilai USD 22,5.
“Dalam empat tahun kepemimpinan Presiden Jokowi, dan atas kepedulian dengan lautan kita. Dari neraca perikanan paling belakang di Asia Tenggara, kini menjadi nomor satu di Asia Tenggara,” kata Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti di konferensi pers Our Ocean Conference 2018.
Pada kesempatan lain, yaitu acara Diskusi Media Forum Merdeka Barat (FMB) 9 Edisi 4 Tahun Kerja Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla, Menteri Susi mengatakan peningkatan neraca perdagangan perikanan dipicu terus bertambahnya ekspor selama periode yang sama. Pada semester pertama 2015, ekspor perikanan tercatat USD 2 miliar, sementara untuk semester pertama tahun 2018 tercatat USD 2,27 miliar. Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2017, maka surplus neraca perdagangan hasil perikanan semester pertama tahun ini tumbuh sebesar 13,88 persen.
Pertumbuhan nilai ekspor ini sejalan dengan kenaikan volume ekspor hasil perikanan. Secara umum, ekspor hasil perikanan Januari-Oktober 2018 adalah sebanyak 915 ribu ton, atau naik 6,22 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2017, yaitu sebesar 862 ribu ton. Komoditas utama yang diekspor antara lain, rumput laut 175 ribu ton dengan nilai USD 241 juta, udang 165 ribu ton dengan nilai USD 1,46 miliar, cumi-sotong-gurita 118 ribu ton dengan nilai USD 429 juta, tuna 95 ribu ton dengan nilai USD 498 juta, cakalang-tongkol 42 ribu ton dengan nilai USD 498 juta ton, dan kepiting-rajungan sebanyak 23 ribu ton dengan nilai USD 80 juta.
Sementara negara tujuan ekspor utama Indonesia untuk produk perikanan, yaitu Amerika Serikat (AS), Tiongkok, Jepang, ASEAN, dan Uni Eropa. Indonesia bahkan menjadi pemasok udang terbanyak kedua untuk Amerika Serikat setelah India. Saat ini negara-negara tetangga pun banyak yang mengimpor ikan dari Indonesia. Seperti impor ikan ke Thailand dari Sulawesi yang naik hingga 100 persen.
Ekspor perikanan Indonesia dinilai sedang dalam posisi yang sangat baik. Dengan adanya perang dagang antara AS dan Tiongkok, produktivitas dan ekspor perikanan Indonesia ke AS harus ditingkatkan, karena pangsa pasar Tiongkok di negara tersebut menurun. Tren hasil perikanan pada semester kedua 2018 juga diprediksi akan semakin meningkat. Sesuai dengan prediksi bulan Oktober yang telah memasuki musim penghujan dan siklus panen yang biasanya jatuh pada akhir tahun.
Menteri Susi menyatakan capaian positif ekspor produk perikanan Indonesia sebagai hasil dari sejumlah kebijakan pemerintah. Dengan adanya pemberantasan Illegal Unreported Unregulated Fishing dan penenggelaman kapal asing, kini hanya kapal nasional, pengusaha nasional, dan modal nasional yang diijinkan menangkap ikan di Indonesia. Sesuai dengan komitmen Presiden Jokowi untuk membangun kemaritiman nasional, membuat perikanan tangkap menjadi sangat berdaulat.
Peningkatan kesadaran konsumsi ikan oleh masyarakat juga turut menjadi faktor meningkatnya jumlah ekspor perikanan di Indonesia. Sehingga pemerintah yakin dapat mencapai target ekspor hasil perikanan sebesar USD 9,5 miliar pada tahun 2019.
*Penulis adalah Mahasiswi Univ. Persada Indonesia