Kisah Pilu Korban Propaganda ISIS
Oleh : Abdurahman Sayuti S.Ag )*
Beberapa minggu terakhir ini, pemberitaan media baik cetak, online, maupun elektronik gencar memberitakan kekecewaan para korban dari WNI akibat tipu daya dan propaganda ISIS sehingga mereka tergiur ke Suriah dan terlunta lunta di sana. Seperti yang digambarkan oleh Perempuan berusia 19 tahun ini yang mengaku bernama Nur. Dia memutuskan meninggalkan Indonesia sekitar 22 bulan silam untuk hijrah ke Raqqa, Suriah yang diklaim ISIS sebagai ibu kota Kekalifahan Islam.
Di kamp pengungsi Ain Issa, sekitar 50 kilometer di utara Raqqa. Nur mengaku tertarik pindah ke Suriah setelah melihat foto dan video tentang Negara Islam atau Daulah Islamiyah yang diunggah ISIS ke internet. Setelah hampir dua tahun berlalu, Nur bersama 15 warga Indonesia lain memutuskan untuk meninggalkan Raqqa. Semua bohong, ketika kami memasuki wilayah ISIS, masuk ke negara mereka, yang kami lihat sangat berbeda dengan apa yang mereka katakan di internet.
Bersama ribuan orang lainnya, Nur meninggalkan kota Raqqa yang kini tengah digempur Pasukan Demokratik Suriah (SDF) yang didukung militer Amerika Serikat. Nur dan keluarganya tadinya berharap akan mendapat pekerjaan dengan gaji tetap. Namun kenyataannya berbeda tidak seperti harapan, ayah dan saudara laki lakinya dimasukkan ke penjara. Sementara dia dikejar-kejar anggota ISIS yang ingin menjadikannya sebagai istri. Sementara pernyataan Leefa lain lagi, perempuan berusia 38 tahun- memutuskan meninggalkan Indonesia dengan harapan bisa menikmati hidup yang sebenarnya sebagai Muslim sejati di bawah kekuasaan Daulah Islamiyah.
Leefa, yang mempunyai masalah kesehatan, dan perlu operasi di bagian leher dengan biayanya sangat mahal di Indonesia, di bohongi dengan propaganda ISIS bahwa semuanya gratis, dan dijanjikan bisa menikmati kehidupan di Raqqa. Namun ketika tiba di Raqqa, kenyataan yang dia alami tak sesuai harapan. Operasi yang harus ia jalani tidak gratis dan biayanya sangat mahal sehingga dia akhirnya tidak bisa menjalani operasi. Leefa dan Nur termasuk di antara 16 orang WNI yang saat ini berada di kamp pengungsi di Ain Issa.
Dari kisah kedua orang WNI tersebut dan mungkin banyak lagi orang lainnya yang kesana tertipu mereka berharap ada kehidupan yang lebih baik dengan pindah ke Raqqa, dengan harapan bisa hidup layak tetapi berakhir dengan kekecewaan dengan yang mereka saksikan, rasakan dan alami. Karena Semua ‘gambaran indah’ Raqqa dan Negara Islam yang diunggah ISIS ke internet tak terbukti sama sekali. Intinya mereka tertipu dengan propaganda ISIS di internet.
Mereka mendapati gambaran yang disampaikan ISIS ternyata bohong selama 10 bulan terakhir mereka mencoba pindah, tapi baru bisa berhasil ketika pasukan anti ISIS memasuki Raqqa. Menurut Kantor berita Kurdi ANHA, yang dipantau BBC Monitoring, melaporkan, ketika pasukan anti- ISIS memasuki Raqqa, mereka menemukan tiga keluarga Indonesia yang terdiri dari delapan perempuan, lima laki-laki, dan tiga anak-anak. Salah seorang di antaranya, perempuan bernama Nora Joko. Dia mengatakan, saat Kekhalifahan Islam diumumkan beberapa waktu lalu ia dan keluarganya memutuskan hijrah ke Suriah.
Nora menjelaskan, mereka masuk ke Raqqa melalui Turki. Namun, setibanya di Raqqa yang ia alami adalah rasa takut berkepanjangan dan apa yang ia saksikan tidak sesuai dengan ajaran Islam yang sebenarnya. Nora mengatakan, puluhan keluarga pendatang ingin meninggalkan wilayah kekuasaan ISIS karena apa yang mereka lihat tak sesuai harapan.Kami datang ke sini demi Islam, namun ketika kami berada di sini, yang kami saksikan adalah pemenggalan, penyiksaan, dan perampokan.
Melihat kenyataan di atas, korban dari propaganda ISIS di internet sebenanrya bukan hanya milik orang atau organisasi Islam yang berafiliasi dengan ISIS tetapi orang orang yang “merasa” ingin memperbaiki kehidupannya di dunia dengan mendatangi Raqqa yang katanya kepemimpinannya Daulah Islamiyah, atau sistem kekhalifahan yang sebenarnya menurut Islam. Mereka ternyata tertipu apa yang di lihat dan dirasakan semua apa yang dikerjakan ISIS tidak sesuai dengan Islam sebenanrnya. Mereka melihat langsung, pemenggalan kepala, perampokan dan penganiayaan. Bukankah itu sifat dari orang orang jahiliyah, dan bukan ajaran Islam sesungguhnya.
Mereka menyesal telah mendatangi Raqqa dengan harapan palsu yang mereka terima. Namun demikian pengalaman mereka yang merupakan orang orang “polos” yang tidak mengerti akan propaganda ISIS seyogyanya masyarakat kita tahu bahwa apa yang dilakukan ISIS di internet adalah bohong. Mereka bukan ingin mendirikan negara khilafah, mereka adalah kelompok salah satu bagian kelompok teroris di dunia yang ingin merekrut anggota anggotanya di seluruh dunia dengan janji janji manis yang membuat orang orang diseluruh dunia yang tertipu akan perbaikan hidupnya tertarik dengan propaganda mereka.
Apapun alasannya yang bermacam macam dari mantan orang orang yang telah mendatangi Raqqa maka kita berharap jangan lagi ada warga negara Indonesia yang tertipu dengan propaganda mereka, Apabila ingin memperbaiki ekonomi, berusahalah di negara kita, apabila berusaha dengan sekuat tenaga akan ada jalan keluar untuk mencapai kesuksesan bukan bergabung dengan kelompok kelompok teroris yang pintar melakukan propaganda. Apabila ada permasalahan dengan kesehatan, negara kita mempunyai Kartu Indonesia Sehat, apabila WNI yang memang membutuhkan pasti negara akan menjamin kesehatannya asalkan sesuai dengan prosedur yang berlaku, bukan dengan cara cara yang akan merugikan mereka dan keluarganya.
Namun demikian atas pengakuan polos saudara saudara kita, kita berharap masyarakat tidak mencap mereka sebagai teroris, mereka hanya korban dari propaganda ISIS yang memang ingin merekrut mereka membantu perjuangan “kotor” mereka terhadap dunia Islam. Karena perjuangan Islam bukan dengan cara cara kekerasan dan memaksakan kehendak yang malah merugikan umat Islam itu sendiri. Marilah kembali bergabung dengan kehidupan yang normal tidak bermimpi dengan melakukan kegiatan yang akhirnya merugikan mereka sendiri. Oleh karenanya WNI yang berencana ingin bergabung dengan ISIS berfikirlah kembali akibatnya agar tidak menyesal di dunia dan di akhirat.
)* Penulis adalah pemerhati masalah agama dan sosial.