Komitmen Dukung Proyek IKN Nusantara, PM Malaysia Janjikan Investasi
Oleh : Elisabeth Titania Dionne )*
Pembangunan Ibu Kota Negara (Nusantara) IKN di Kalimantan Timur rupanya tidak hanya dianggap menguntungkan wilayah sekitar, tetapi juga mendukung pertumbuhan ekonomi Malaysia khususnya negara bagian Sabah dan Sarawak.
Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim menyatakan dukungannya terhadap pembangunan IKN, Menurutnya pembangunan IKN di Kalimantan diyakini akan mendukung pertumbuhan ekonomi di Malaysia.
Dukungan Anwar Ibrahim disampaikan usai dirinya bertemu Presiden Joko Widodo (Jokowi) di Istana Bogor dalam kunjungan luar negeri pertamanya sebagai Perdana Menteri Malaysia.
Bersamaan dengan kunjungan kenegaraan tersebut, 10 perusahaan Malaysia menandatangani surat ketertarikan (letter of intent/Lol) untuk berinvestasi di Ibu Kota Nusantara di Kalimantan Timur.
Anwar berharap, supaya pertumbuhan IKN Nusantara dapat memberikan manfaat kepada Sabah dan Sarawak, lebih besar dibanding dari apa yang bisa dilakukannya untuk Sarawak dan Sabah.
Dirinya menilai, investasi tersebut senilai RM 1,66 miliar atau setara Rp 5.9 triliun dan kedua negara menyepakati kerja sama MoU business to bussiness antara lain dalam bidang perkapalan, pembiayaan industri hijau, pengembangan industri baterai.
Perdana Menteri Anwar Ibrahim dilantik pada 24 November 2022, setelah penantian selama dua dekade dan sempat dijebloskan ke penjara dengan tuduhan sodomi dan korupsi.
Dalam pernyataan bersama kedua kepala negara, Presiden Jokowi menyambut baik minat para investor Malaysia dalam pembangunan IKN Nusantara.
Jokowi mengatakan sebelas Lol sudah ditandatangani oleh sektor swasta Malaysia dan telah diserahkan ke otoritas IKN yang bergerak di bidang, elektronik, kesehatan, pengolahan limbah, konstruksi dan properti.
Sebelumnya, Lol tersebut diserahkan oleh Menteri Perdagangan internasional dan industri Malaysia kepada Ketua Otoritas IKN Bambang Susantono dan disaksikan langsung oleh Perdana Menteri Malaysia.
Pemerintah Indonesia sendiri mengaku membutuhkan biaya sebesar Rp. 466 triliun untuk membangun mega proyek IKN yang mencakup wilayah seluas 256.142 ha. Di mana 20 persen pembiayaan diambil dari APBN dan sisanya dari investor asing.
Pada Maret 2022, SoftBank Group yang disebut oleh Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan bakal berinvestasi di IKN senilai 100 Miliar US Dolar (sekitar Rp. 1.400 triliun), mengundurkan diri dari mega proyek tersebut.
Bahlil Lahadalia selaku Menteri Investasi mengatakan bahwa bulan lalu, usulan dari Softbank tidak adil sehingga menyebabkan investor Jepang tersebut harus mundur. Dirinya menuturkan, Proposal yang diajukan oleh Softbank hanya menguntungkan mereka, bukan negara, dan pihaknya tidak mau didikte.
Sementara itu, Jokowi selaku Presiden RI telah menegaskan bahwa kedua negara juga sepakat untuk memperkuat kerja sama ASEAN dalam menciptakan kawasan yang damai dan stabil.
ASEAN Harus dapat memainkan peran sentral dalam menciptakan Indo Pasifik yang damai, tenteram dan stabil. Terkait Myanmar pihanya juga sepakat untuk dilaksanakan lima poin konsensus dan pihaknya juga mendesak junta Myanmar untuk mengimplementasikan lima poin konsensus tersebut.
Jokowi juga menekankan komitmen Malaysia dalam memberikan perlindungan bagi pekerja migran asal Indonesia. Dirinya berharap One Chanel System untuk perekrutan pekerja migran benar-benar dijalankan bersama dan dirinya juga mengulangi pentingnya permintaan community learning center di semenanjung untuk penuhi hak anak pekerja migran.
Jokowi berharap kerja sama lainnya, seperti MoU perbatasan darat segmen Sebatik dan Sungai Sinapad serta perbatasan laut di Laut Sulawesi dan Selat Malaka bagian selatan dapat selesai dan ditandatangani tahun ini.
Pada kesempatan berbeda, Pakar Hubungan Internasional Universitas Padjajaran Teuku Rezasyah mengatakan ketertarikan Malaysia membangun IKN menjadi keberhasilan pemerintah Indonesia dalam melakukan diversifikasi sumber investasi setelah Softbank menarik diri.
Rezasyah menilai di bawah kepemimpinan Anwar, hubungan Indonesia dan Malaysia akan lebih dekat lagi karena Anwar telah mengikuti kegiatan pengembangan diri di Indonesia saat dirinya berusia 30 tahunan, ia mengamati pembangunan kepemudaan, serta kaderisasi di sejumlah universitas utama di Indonesia.
Sementara itu Pakar Hubungan Indonesia – Malaysia dari Universitas Indonesia, Jakarta, Cecep Hidayat mengatakan ketertarikan Malaysia ke IKN merupakan kesempatan baik karena Indonesia butuh investor.
Cecep menilai bahwa hal ini menunjukkan selain dari Timur Tengah, ada pula negara tetangga yang tertarik. Ia menilai bahwa Anwar memiliki cara berpolitik luar negeri sekaligus mementingkan nasional interest kedua negara, hal ini tentu saja menjadi hubungan simbiosis mutualisme.
Ia menilai bahwa Anwar merasa selalu didukung oleh Indonesia terutama dalam masa terpuruknya setelah tiga dekade menjadi cadangan PM, dipenjara dan disingkirkan.
Investasi di IKN tentu akan menjadi kabar baik yang menunjukkan bahwa tidak sedikit investor yang menaruh minat untuk berinvestasi di IKN Nusantara tak terkecuali negara tetangga yang lokasinya paling dekat dengan IKN yakni Malaysia.
)* Penulis adalah Kontributor Gelora Media Institute