Komitmen Kuat Indonesia Lakukan Pengembangan Ekosistem Kendaraan Listrik di ASEAN
Jakarta — Komitmen kuat benar-benar diungkapkan oleh Indonesia dalam melakukan pengembangan ekosistem kendaraan listrik di ASEAN.
Menteri Luar Negeri Republik Indonesia (Menlu RI), Retno Marsudi mengatakan bahwa penguatan ketahanan energi seperti pembangunan ekosistem kendaraan listrik memang menjadi pembahasan prioritas keketuaan Indonesia atas KTT ASEAN 2023.
Bukan hanya Indonesia saja yang terus berupaya mendorong mengenai ketahanan energi listrik, namun negara-negara kawasan juga telah menyepakati atas pengembangan ekosistem kendaraan listrik tersebut.
Seluruhnya benar-benar akan diwujudkan dalam perhelatan KTT ASEAN di Labuan Bajo pada bulan Mei 2023 mendatang.
“Dan ini akan disahkan pada KTT ke-42 pada Mei mendatang,” ujar Menlu.
Sementara itu, keseriusan Indonesia untuk terus mendorong adanya pengembangan ekosistem kendaraan listrik semakin diupayakan.
Kepala Staf Kepresidenan, Moeldoko melakukan pertemuan dengan perwakilan Asosiasi Industri Kendaraan Listrik Asia (AFEVA) dan membahas akan hal tersebut.
Menurutnya, penggunaan kendaraan roda dua di Indonesia dan di Asia Tenggara sangat masif, sehingga memang sangat penting adanya pengembangan kendaraan listrik, utamanya untuk kendaraan roda dua.
“Produksi kendaraan bermotor roda dua di Indonesia mencapai 6 hingga 7 juta per tahun. Di negara-negara Asia Tenggara pun, penggunaan kendaraan roda dua sangat masif,” katanya.
“Maka Federasi Asosiasi ini perlu memikirkan bagaimana mengembangkan ekosistem kendaraan listrik, khususnya di sektor kendaraan roda dua,” tambah Moeldoko.
Perlu diketahui pula, telah ada kesepakatan bahwa Perkumpulan Industri Kendaraan Listrik Indonesia (Periklindo) akan menjadi bagian dari AFEVA, bergabung dengan asosiasi kendaraan listrik negara Asia Tenggara lainnya seperti Filipina, Singaputa, Thailand dan Malaysia.
Moeldoko berpendapat bahwa dengan bergabungnya Periklindo tersebut akan mampu membawa Indonesia menjadi salah satu negara terdepan produsen kendaraan listrik di kawasan Asia.
Pemerintah RI sendiri juga memiliki komitmen yang kuat mengenai sistem transportasi yang berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Diharapkan industri-industri kendaraan listrik dalam federasi Asia ini akan turut mempengaruhi pembuatan kebijakan-kebijakan nasional di masa mendatang yang lebih mendukung perkembangan ekosistem kendaraan listrik dalam negeri,” tukas Moeldoko.
Pada kesempatan lain, Indonesia menjalin kemitraan strategis dengan Filipina untuk membangun ekosistem kendaraan listrik berkelanjutan di ASEAN.
Arsjad Rasjid selaku pimpinan ASEAN Business Advisory Council (ASEAN-BAC) menyatakan bahwa Indonesia dan Filpina terus mampu mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan di negara kawasan.
Indonesia sendiri menekankan bahwa hilirisasi sangat penting karena keberhasilan bangsa ini dalam pengembangan industri kendaraan listrik dan baterai.
Pasalnya Indonesia telah mencatatkan prestasi dengan ekspor nikel dalam bentuk besi dan baja, nikel matte dan mixed hydrate precipitate dengan nilai hingga 20 juta USD.
“Kesuksesan Indonesia di industri kendaraan listrik dan baterai dapat dikaitkan dengan adanya peran penting hilirisasi yang memungkinkan pengembangan ekosistem yang kuat di sektor tersebut,” jelas Arsjad.
“Dengan berbagi pengalaman kami bersama Filipina, kami berharap dapat memperkuat kemitraan antara negara kita dan mendorong pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan di kawasan ini,” tambah Arsjad.