KST Membunuh Pelajar, Pantas Ditindak Tegas
Oleh : Edward Lokbere )*
Kelompok separatis dan teroris (KST) pantas untuk ditindak secara tegas, karena mereka tega membunuh seorang pelajar di Papua. Anak yang tidak bersalah itu menjadi korban keganasan KST. Pemberantasan KST menjadi fokus aparat di Papua, agar tidak ada warga sipil lain yang jadi korbannya.
Kelompok Kriminal Bersenjata diubah istilahnya menjadi Kelompok Separatis dan Teroris (KST) karena mereka memang bertindak seperti teroris, yang meresahkan masyarakat dengan teror yang keji. Tak hanya menakut-nakuti dengan senjata api, tetapi KST juga tak jarang memuntahkan pelor ke warga sipil, sehingga dikategorikan sangat berbahaya.
Papua kembali terguncang ketika seorang pelajar bernama Ali Mom dibunuh secara keji oleh anggota KST pada bulan april lalu. Ali dibacok dan ditembak kepalanya, lalu sepeda motornya dibakar. Diduga pelakunya adalah anak buah kelompok Lekagak Telenggen. Pengejaran kepada kelompok ini terus dilakukan hingga ke markasnya, apalagi ketika Lekagak masuk dalam daftar pencarian orang oleh BNPT.
Ali Mom adalah pelajar di SMAN 1 Ilaga, dan ia terbunuh karena dicurigai sebagai mata-mata aparat oleh anggota KST. Alasannya karena mendiang Ali sering berkunjung ke markas aparat. Padahal yang betul adalah ia pergi ke sana untuk bertanya, syarat apa saja yang harus dipenuhi agar bisa diterima menjadi aparat. Karena ia bercita-cita jadi penjaga wilayah NKRI.
Namun sayang cita-cita mulianya terhenti karena ulah KST. Oleh karena itu, pengejaran KST dilakukan dengan makin intensif, agar tidak ada lagi pelajar maupun masyarakat sipil yang jadi korbannya. Karena jika semua pelajar terancam oleh KST, bagaimana nasib Papua di masa depan? Mereka bisa kehilangan calon pemimpin potensial karena ulah KST yang tidak bertanggungjawab.
KST juga makin meresahkan dengan membunuh pelajar secara kejam, yang jelas tak punya senjata untuk melindungi diri. mereka juga melanggar hak asasi manusia dengan terang-terangan. Akan tetapi, KST sangat menyebalkan karena sering bertindak playing victim.
Mereka meminta dukungan dunia internasional dengan alasan Papua dijajah oleh Indonesia dan menuduh pemerintah melanggar HAM. Padahal mereka sendirilah yang melanggar HAM karena terlalu sering membunuh warga sipil di Bumi Cendrawasih.
Oleh karena itu, pemberantasan KST makin masif dan ketika mereka resmi disebut sebagai organisasi teroris, makin banyak pihak yang turun tangan. Tak hanya TNI yang berjaga di Papua, tetapi juga ada bala bantuan dari Densus 88 antiteror dan BNPT. Sehingga diharap kerja sama ini akan membuat KST bisa bubar secepatnya, agar tak lagi meresahkan masyarakat.
Satgas Nemangkawai dibentuk dari gabungan pasukan TNI dan Polri, untuk memberantas KKB hingga ke markasnya. Mereka memiliki beberapa markas dan salah satunya sudah berhasil ketahuan. Para anggota KKB ada yang lari tetapi juga ada yang tertangkap. Prestasi Satgas tentu amat dipuji karena sangat berani untuk mendatangi markas KST secara langsung.
Sementara peranan BNPT juga sangat penting bagi pemberantasan KST di Papua. BNPT mengeluarkan daftar pencarian orang dan isinya adalah para pentolan KST. Di antaranya Murib, Lekagak Telenggen, dan Sabius Walker. Mereka jadi DPO karena memang menjadi komandan pasukan yang sering meresahkan masyarakat.
Yang menjadi sorotan dari DPO tersebut adalah Sabius Walker karena membakar gedung sekolah bersama anak-anak buahnya. Mulai dari Lekagak yang membunuh pelajar sampai Sabius yang membakar sekolah, tingkah KST sudah tak dapat diampuni. Karena jika dibiarkan akan mengancam masa depan para murid, karena tak bisa menuntut ilmu dan terancam pembunuhan.
Pemberantasan KST harus dilakukan dengan makin intensif, karena target mereka tak hanya aparat, tetapi juga warga sipil seperti para pelajar. Bagaimana bisa mereka membunuh anak remaja dan membuatnya gagal meraih cita-cita? KST pantas untuk diberangus karena makin merugikan masyarakat Papua.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Surakarta