KTT G20: Komitmen Indonesia Wujudkan Transisi Energi Baru Terbarukan
Oleh : Safira Juliana)*
Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan transisi energi baru terbarukan pada pertemuan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Group of Twenty (G20). KTT G20 ini akan diselenggarakan pada tanggal 15-16 November 2022 di Bali, Indonesia. KTT ini adalah puncak dari semua alur proses kerja Indonesia selama satu tahun masa kepemimpinan.
KTT G20 adalah forum multilateral yang beranggotakan negara-negara dengan perekonomian besar di dunia. Anggota G20 adalah negara-negara yang memiliki posisi strategis dalam menentukan masa depan perekonomian dunia. KTT G20 berawal sebagai pertemuan di Tingkat Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral, pada tahun 1999. Pertemuan ini semakin intens dan menjadi agenda KTT Tahunan yang diikuti oleh Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan setiap Negara Anggota G20.
G20 tidak memiliki sekertariat tetap. Sistem presidensi G20 dipegang oleh salah satu negara anggota dengan berdasarkan sistem rotasi kawasan dan berganti setiap tahun. Penetapan Indonesia sebagai Presidensi G20 tahun 2022 diambil pada KTT G20 ke-15 di Riyadh, Arab Saudi pada 22 November 2020. Serah terima jabatan Presidensi G20 dilakukan pada akhir KTT Roma, Italia pada 30-31 Oktober 2021.
Menteri Komunikasi dan Informatika (Menkominfo), Johnny G. Plate dalam keterangan persnya menyatakan bahwa ini adalah kali pertama Indonesia terpilih sebagai Presidensi G20 sejak dibentuknya tahun 1999. Indonesia akan mengemban tugas ini selama satu tahun, terhitung mulai 1 Desember 2021 sampai 30 November 2022 mendatang.
KTT G20 di Bali merupakan puncak dari rangkaian kegiatan yang dilakukan Indonesia sebagai Presidensi G20. KTT G20 di Bali nanti merupakan pertemuan yang akan dihadiri oleh Para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan Negara Anggota.
Pada saat KTT G20 di Bali, para tamu VIP akan menggunakan mobill listrik sebagai alat transportasinya. Mobil listrik Hyundai Genesis 80 akan menjadi kendaraan resmi para tamu VIP setelah diuji kenyamanannya oleh Presiden Joko Widodo saat kunjungan kerja ke Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB), Kabupaten Batang, Jawa Tengah.
Mobil listrik Hyundai Genesis 80 ini dipilih karena dilengkapi berbagai fitur, seperti dibekali baterai lithium-ion berkapasitas 87,2 kWh dengan tenaga 272 kW dan torsi 700 Nm. Mobil ini juga dilengkapi 2 motor listrik di depan dan belakang dengan sIstem penggerak e-AWD, akselerasi dari 0-100 km/jam dalam waktu 4.9 detik, dan mampu mengisi daya 10-80 persen dalam waktu 22 menit.
Sebagai kendaraan yang akan digunakan oleh para pemimpin negara, Genesis 80 kemungkinan akan menyematkan fitur dengan tingkat keamanan tertinggi, seperti penggunaan kaca anti peluru dan anti ledakkan. Fitur keamanan lainnya antara lain adalah 10 airbags, asisten pengemudi untuk parkir guna menghindari benturan, hingga sistem peringatan saat mobil berjalan mundur.
Penggunaan mobil listrik ini tidak terlepas dari harapan Presiden Jokowi untuk menjadikan industri mobil listrik terbesar dari mulai dari hulu ke hilir. Presiden menginginkan KITB bisa menjadi kawasan industri berbagai sektor yang handal dan berorientasi ekspor. Presiden berkeyakinan dengan perkembangan teknologi yang semakin maju, ke depannya harga mobil listrik akan lebih terjangkau masyarakat.
KTT G20 di Bali, Indonesia adalah momen yang tepat bagi Indonesia untuk menunjukkan bahwa Indonesia berkomitmen untuk mewujudkan transisi energi baru dan terbarukan. Penggunaan mobil bertenaga litrik adalah salah satu wujud komitmen Indonesia untuk beralih dari alat transportasi berbahan dasar minyak bumi.
Seharusnya kita sebagai Masyarakat Indonesia mendukung Pemerintah dalam upaya transisi energi. Hal ini karena penggunaan kendaraan kendaraan bertenaga listrik juga merupakan suatu kepedulian kita kepada bumi karena minimnya emisi karbon yang dihasilkan.
Semoga pelaksaanaan KTT G20 di Bali nanti bisa menjadi pembuktian bahwa Indonesia adalah Negara yang siap untuk menghadapi tantangan krisis energi di masa mendatang. Negara yang siap dengan penggunaan energi terbarukan untuk transportasi masyarakatnya kelak.
)* Penulis adalah Kontributor untuk Pertiwi Institute