Lagi, Kebohongan Prabowo Soal Kematian Hardi Akibat Utang
Penulis : Imam Arsyad*
Pidato Kebangsaan Prabowo memang sudah berlalu , namun hingga saat ini pembahasan tentang isi pidato capres nomor urut 02 yang dipenuhi hoax itu masih saja ramai di jagat media sosial. Satu per satu berbagai hoax yang ia sampaikan dikuliti. Mereka yang merasa dirugikan menyampaikan bantahannya. Seperti halnya Prabowo dalam pidato kebangsaannya yang menggambarkan potret kemiskinan Indonesia. Mantan Danjen Kopassus itu kemudian mengambil contoh kematian Hardi, warga Dusun Dalingan, Desa Tawangharjo, Grobogan, Jawa Tengah. Menurut Prabowo, peristiwa bunuh diri Hardi pada tahun 2017 akibat terlilit utang dan dikejar penagih.
Rupanya pidato ini mengundang reaksi dari keluarga almarhum Hardi. Berdasarkan pengakuan istri Alamarhum Hardi, bahwa Hardi mengakhiri hidupnya dengan cara bunuh diri bukanlah karena masalah beban ekonomi yang cukup berat, atau karena masalah hutang, sebagaimana disampaikan oleh Prabowo. Dalam video sanggahan keluarga Hardi atas pernyataan bohong Prabowo dalam pidatonya itu, Sutinah, istri Hardi, menyebut bawa jika Hardi bunuh diri bukanlah karena terlilit hutang di bank. Sebab perekonomian keluarga Hardi selama ini sudah cukup baik. Ia juga menyampaikan bahwa semasa hidupnya, Hardi tidak pernah memiliki hutang. Akan tetapi, Supinah tidak menampik jika dirinya memiliki utang. Namun, utangnya tidak sebesar berita tentang kematian suaminya. Supinah ternyata memiliki sebidang tanah yang ditanami pohon jati dan sawah. Dia tidak hafal berapa luas kebun yang dimilikinya. Namun yang pasti, Supinah mengatakan dari hasil kebun itu sangat cukup untuk menghidupi keluarganya.
Supinah mengaku hingga saat ini dirinya tak tahu pasti apa motif bunuh diri yang dilakukan suaminya. Sebab, suaminya sangat tertutup. Sehingga dia tidak tahu pasti beban pikiran apa yang ditanggung suaminya hingga nekat bunuh diri. Selain itu, saat pertiwa gantung diri terjadi, Supinah tengah membantu tetangganya yang sedang hajatan. Supinah yakin bila memang suaminya memiliki utang, suaminya tidak akan bunuh diri. Jika memang ada utang, maka kebun jati miliknya, bisa saja dijual untuk melunasi utang. Apalagi ukuran pohon jati saat Hardi meninggal sudah cukup besar. Seandainya belum cukup, Hardi bisa menjual ladangnya.
Dan pada akhirnya Supinah mengaku tidak terima kematian keluarganya dijadikan bahan kampanye Prabowo membahas soal kemisikinan. Karena menurutnya, apa yang disampaikan Prabowo itu tidak benar karena pascakematian suaminya, tidak pernah ada orang yang menyambangi rumahnya untuk menagih utang. Sehingga, Kita semua dapat belajar dari isu ini dan berharap siapapun pemimpin dan calon pemimpin tidak asal menjadikan kesengsaraan rakyat sebagai contoh untuk kampanye. Lebih baik bertindak dan datang langsung menyampaikan bantuan jika memang menemukan rakyat yang kesulitan.
)* Mahasiswa FISIP Universitas Hasanuddin