Lawan Hoaks dan Sukseskan Program Vaksinasi Corona
Oleh : Aldia Putra )*
Vaksinasi adalah kunci penting dalam menggebuk pandemi, sehingga kita bisa beraktivitas dengan normal. Namun program maha penting ini bisa gagal karena hoaks corona di dunia maya. Masyarakat harap jangan percaya berita palsu ini begitu saja, karena jika tidak divaksin, mereka bisa terkena virus covid-19 dan berpotensi kehilangan nyawa.
Tak terasa hampir setahun kita terkungkung dalam masa pandemi. Dalam berbulan-bulan, kita dipaksa untuk beradaptasi, dengan mengenakan masker saat keluar rumah. Juga menjaga jarak, memperbaiki imunitas tubuh, dan rajin cuci tangan. Semua orang tidak ingin kena corona, karena jika sakit, akan merasa sesak nafas, pusing, dan lemas.
Untuk mengatasi pandemi, maka vaksinasi nasional diadakan di Indonesia, sejak januari 2021. Tiap WNI wajib disuntik vaksin covid, agar mereka tidak tertular corona. Sehingga akan terbentuk herd immunity alais kekebalan kelompok, dan mengakhiri masa pandemi. Karena tidak ada lagi orang yang berstatus sebagai pasien corona.
Namun sayangnya, vaksinasi nasional bisa gagal, karena hoaks di media sosial. Banyaknya hoaks ini sangat mengesalkan, karena bisa ‘mencuci’ pikiran masyarakat. Sehingga mereka tidak mau divaksin, karena takut akan efek buruk setelah disuntik. Berita dan gambar palsu ini sengaja dibuat oleh oknum yang tidak bertanggungjawab, untuk mengacaukan program pemerintah.
Salah satu hoaks vaksin Sinovac yang beredar di dunia maya adalah vaksin ini haram, karena mengandung gelatin babi dan sel kera hijau afrika. Padahal yang benar adalah, sel ini digunakan untuk menguji efektivitas vaksin. Hanya sebagai media, bukan bahan baku. Sedangkan vaksin Sinovac sudah berstatus halal MUI, jadi aman digunakan untuk umat muslim.
Hoaks yang lain tentang vaksin covid-19 adalah vaksin dilarang disuntik karena mengandung chip, sehingga akan mengubah DNA manusia. Padahal vaksin terbuat dari cairan, sedangkan chip adalah benda padat. Sehingga tidak mungkin bisa masuk ke tubuh manusia, saat dilakukan penyuntikan. Lagipula, proses perubahan DNA sangat rumit, dan tidak bisa dilakukan hanya dengan injeksi.
Hoaks-hoaks seperti ini sangat menyesatkan karena bisa membuat masyarakat takut divaksin. Sejumlah warga di NTT melarikan diri, karena mereka tidak mau disuntik. Bisa jadi mereka sudah terlanjur termakan hoaks. Sebagai WNI yang baik, adalah tugas kita untuk memberantas hoaks dan mengkampanyekan vaksin di Indonesia.
Untuk menangkal hoaks maka kita bisa mengedukasi netizen, dengan menjelaskan bahwa vaksin itu halal, dan mengutip perkataan para Kiai MUI. Caranya dengan menuliskannya di status Facebook atau dengan gambar di Instagram. Sehingga mereka tidak percaya hoaks bahwa vaksin corona haram.
Selain itu, kita juga bisa menyebarkan berita baik vaksinasi kepada teman-teman dan saudara di grup WA. Misalnya kondisi terkini Presiden Jokowi yang sudah 2 kali divaksin, dan sekarang sehat-sehat saja. Juga Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin yang sudah kategori lansia tapi bisa divaksin, dan setelah disuntik tidak ada efek samping pada beliau.
Edukasi untuk meluruskan hoaks sangat diperlukan, agar tidak ada yang terjebak lalu tidak mau disuntik. Malah menyebarkannya dan membuat rugi orang lain. Saat ada teman yang men-share berita hoaks tentang vaksin corona, maka tegur baik-baik dan terangkan bahwa yang ia sebar adalah berita palsu. Sehingga bisa membuat persepsi orang lain salah dan menggagalkan vaksinasi nasional.
Kita wajib mensukseskan program vaksinasi nasional agar pandemi lekas berakhir. Agar vaksinasi berhasil 100 persen, maka hoaks wajib dibabat habis. Karena sudah banyak korban hoaks yang tidak mau divaksin, hanya karena mereka mambaca berita tidak jelas dari emdia abal-abal. Masyarakat perlu diedukasi untuk mencari berita tentang corona yang benar, bukannya terjebak hoaks.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini