Literasi Warganet Menjadi Antibodi Menghadapi Bahaya Virus Radikalisme di Medsos
Oleh: Tegar Arifudin (Ketua Gerakan Literasi Terbit Regional Malang)
Kemajuan Teknologi membawa berbagai implikasi yang cukup kompleks dalam kehidupan manusia dan hubungan antar negara. Semenjak maraknya pola komunikasi melalui dunia maya ataupun internet, batas-batas konvensional yang dulu dianut dan dipatuhi oleh kesepakatan internasional telah menjadi semu.
Dengan jaringan yang saling berinteraksi di ruang maya kini, kerap kita menyaksikan berbagai macam masalah dan konflik yang bisa menyebabkan disintegrasi dan perpecahan. Cyber crime, pornografi, ataupun konten radikalisme yang sampai dengan terorisme menjadikan internet sebagai media penyebarannya.
Kini paham radikalisme mulai memanfaatkan dunia maya ataupun internet sebagai wahana dalam melakukan berbagai macam aksi. Aksi teror yang dilakukan oleh kelompok radikal tidak hanya menyerang target yang nampak secara fisik, namun juga psikologi dan mindset seseorang. Kelompok radikal memanfaatkan berbagai fitur yang tersedia di internet sebagai alat untuk melakukan berbagai macam kegiatan dengan tujuan radikalisasi agama.
Dari rilis penelitian oleh Brookings Institutute tahun 2019 dinyatakan bahwa paling sedikit 46.000 akun Twitter dinyatakan terkait dengan para pendukung ISIS. Akun-akun ISIS tersebut rata-rata memiliki lebih dari 1.000 followers.
Aktivitas cyberterorism oleh kelompok radikal banyak melakukan kegiatan lewat dunia maya, seperti, cyber recruitment (rekrutmen lewat dunia maya) dan cyber training (pelatihan lewat dunia maya). Mereka juga membuat cyber operation (operasi lewat dunia maya), yakni melakukan survei target dan pendanaan terorisme dalam jaringan. Perkembangan dunia teknologi internet dunia maya telah benar-benar dimanfaatkan oleh jaringan radikal untuk mengembangkan dan menyebarkan paham ekstrem radikal.
Maraknya propaganda radikalisme dan terorisme melalui dunia maya internet tidak dapat ditanggulangi hanya dengan menggunakan pendekatan hukum. Penanggulangan propaganda radikalisme dan terorisme melalui dunia Maya internet membutuhkan peran seluruh kalangan, yaitu dengan melakukan gerakan literasi warganet.
Cerdas bermedia sosial menjadi ekspresi yang sangat diperlukan bagi warga masyarakat dalam demokrasi.
Literasi warganet menekankan kemampuan seseorang berpikir secara kritis dan memungkinan orang tersebut untuk membuat sebuah keputusan yang berhubungan dengan program media sosial yang dipilih serta cara menginterpretasikan informasi yang diterima melalui media massa di dunia maya. Literasi warganet menjadi alternatif bagi kebijakan sensor yang banyak dikatakan sebagai pembatasan terhadap hak mendapatkan informasi.
Literasi warganet menjadi hal penting sebagai perisai dari masyarakat dalam melakukan aktifitas di dunia maya, kedewasaan diri di dunia maya.
Dengan literasi warganet menjadikan setiap insan mempunyai kemampuan untuk menyaring atau mengabaikan luapan banjir informasi di dunia maya yang menyesatkan, dengan kemampuan memilah informasi yang benar dan bermanfaat pula menjadikan masyarakat semakin dewasa di dunia maya, terhindar dari dampak negatif dunia maya.
Karena Literasi, kita bisa jauhi radikalisme, dan dekatkan diri di bulan Suci demi sambut hari Raya Kemenangan Idul Fitri serta berkontribusi mendukung dan sukseskan program pemerintah melalui upaya deradikalisasi dengan membumikan serta menjalankan Nilai-Nilai Pancasila.