Masyarakat Diimbau Mewaspadai Mutasi Covid-19
Oleh : Ahmad Zarkasih )*
Pandemi Covid-19 di Indonesia maupun seluruh dunia belum berakhir. Saat ini malah ada hasil penelitian yang menyatakan bahwa Virus Corona bisa bermutasi, sehingga lebih cepat menular. Masyarakat diminta untuk lebih waspada dan selalu mematuhi protokol kesehatan. Serta menjaga higienitas dan imunitas agar tidak terrtular corona.
Covid-19 adalah virus mematikan yang membuat pasien merasa pusing, sesak napas dan kehilangan indra penciuman. Saat ini penyakit corona makin ganas karena menurut WHO, bisa menular lewat udara yang kotor dan pengap. Selain itu, virus juga bermutasi menjadi tipe Q677H dan D614G. Mutasi ini menyebabkan penularan corona lebih cepat hingga 10 kali lipat.
Virus Covid-19 tipe Q677H ditemukan di Surabaya, sementara tipe D614G ditemukan di Jogjakarta, Bandung, Tangerang, dan Jakarta. Penemuan virus yang bermutasi ini mengerikan karena potensi penularan corona di Indonesia makin tinggi. Apalagi Surabaya sudah masuk zona hitam, saking banyaknya jumlah pasien Covid-19 di sana. Hindari dulu kunjungan ke sana.
Menurut Kepala Lab Rekayasa Genetika Terapan dan Protein Desain LIPI Wien Kusharyoto, jumlah dan tempat penyebaran mutasi virus masih terbatas. Sementara mutasi virus Covid-19 tipe D614G yang disebut bisa menyebarkan corona 10 kali lebih cepat, baru sebatas penelitian di laboratorium. Belum ada bukti dari pasien covid bahwa ia terinfeksi virus jenis mana.
Namun hal ini tak langsung membuat kita merasa aman. Walau virus yang bermutasi masih jarang, bukan berarti corona sudah minggat dari Indonesia. Kita masih harus mematuhi protokol kesehatan seperti rajin mencuci tangan dengan sabun antiseptik, membawa hand sanitizer saat bepergian, memakai masker kain, dan juga menjaga jarak antar orang.
Masyarakat harus ekstra waspada karena bisa jadi virus Covid-19 yang bermutasi diam-diam menyebar ke berbagai tempat, yang dibawa oleh para pasien OTG (orang tanpa gejala). Virus ini tidak bisa terlihat dengan mata telanjang, jadi kita hanya bisa menghindari potensi penularannya dengan memperkecil tingkat loncatan droplet. Dengan perlindungan dari masker dan hand sanitizer.
Kontrasnya, masyarakat seolah lupa bahwa Indonesia masih dalam masa pandemi Covid-19. Setelah era adaptasi kebiasaan baru dibuka, euforia meraja. Mereka kembali lagi merdeka belanja di pasar dan lupa tak cuci tangan. Juga tak peduli jika membeli dengan berdesakan dan pedagang tak pakai masker. Hal ini sangat bahaya karena bisa menimbulkan klaster corona baru.
Begitu juga dengan di tempat umum lain. Saat Bank dibuka lagi dan pengunjung harus pakai masker, maka yang tak punya masker meminjam punya satpam. Padahal masker adalah barang pribadi dan peminjaman itu malah bahaya. Karena kondisinya kotor dan bisa jadi ada droplet yang mengandung virus, dari nasabah sebelumnya yang meminjam masker itu.
Untuk menertibkan masyarakat agar mematuhi protokol kesehatan memang butuh waktu dan kedisiplinan yang kuat. Jika razia masker hanya membuat kapok orang dalam sehari, maka lebih baik digencarkan lagi acara pembagian masker kain gratis. Sosialisasi protokol kesehatan juga digencarkan lagi, baik melalui tayangan di TV maupun di media sosial.
Dalam acara pembagian masker, maka ada petugas yang mensosialisasikan masa pandemi dengan cara yang agak ekstrim. Setelah memberi masker kain, ia berkeliling bersama beberapa rekan kerjanya, sambil membawa peti mati. Bahkan peti itu rencananya akan dijadikan monumen, sebagai peringatan akan keganasan corona. Jadi masyarakat akan ingat untuk pakai masker.
Virus corona belum hilang dari Indonesia dan malah bermutasi sehingga lebih cepat menyebar. Masyarakat tidak boleh lengah karena jika 1 orang yang kena, seluruh keluarga dan orang yang berkontak dengannya akan lekas tertular. Jangan lupa untuk selalu pakai masker, bawa hand sanitizer, dan jaga jarak antar sesama.
)* Penulis aktif Dalam Gerakan Mahasiswa (GEMA) Jakarta