Masyarakat Harus Disiplin Protokol Kesehatan Menuju New Normal
Oleh : Edi Jatmiko )*
Era new normal yang baru dibuka sebulan ini membuat kita boleh beraktivitas lagi di luar rumah. Namun sayangnya new normal dianggap sebagai hari kemerdekaan bagi sebagian orang, dan mereka jadi balas dendam dengan bepergian ke mana-mana tanpa memakai masker. Seharusnya protokol kesehatan masih harus ditaati di era new normal.
Achmad Yurianto, juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19 menyatakan bahwa masyarakat harus memahami bahwa new normal bukan berarti situasi sudah kembali normal. Sebenarnya, era new normal adalah masa ketika kita mengubah kebiasaan lama sebelum corona menyerang Indonesia. Jadi masih harus menaati protokol kesehatan yang ketat, untuk memutus rantai penyebaran virus covid-19, agar situasi jadi aman.
Sebenarnya mematuhi protokol kesehatan tidak terlalu sulit, bukan? Lagipula sejak awal pandemi covid-19 kita sudah dibiasakan untuk selalu memakai masker kain ketika beraktivitas di luar rumah, rajin mencuci tangan atau pakai hand sanitizer. Kita juga jadi rajin menjaga kebersihan rumah dan bahkan menyemprot cairan disinfektan untuk menjaga higienitas, serta menjaga imunitas tubuh. Semua dilakukan agar tidak mudah tertular corona.
Sayangnya masih ada saja yang lalai dan melanggar protokol kesehatan. Akhirnya kecereobohan ini membawa korban. Ada 1 keluarga di Bantul yang terkena corona, karena tertular dari kerabatnya. Rupanya sang saudara habis bepergian ke Surabaya. Di ibukota provinsi Jawa Timur termasuk zona hitam, saking banyaknya pasien covid-19 di sana. Akhirnya virus itu terbawa sampai ke Bantul.
Mengapa sampai terjadi seperti ini? Pertama, ia lalai karena seenaknya pergi ke daerah yang termasuk zona berbahaya lalu pulangnya tidak melakukan tes swab, atau minimal isolasi mandiri agar tubuhnya tetap aman. Kenyataannya ia malah menularkan virus covid-19 ke orang lain yang tidak berdosa. Keadaan ini sungguh disayangkan.
Kedisiplinan juga masih harus dilakukan ketika berkunjung ke rumah orang lain dan jangan sembarangan memegang tangan untuk bersalaman. Malah sekarang digalakkan untuk melakukan salam jarak jauh saja seperti memberi hormat dengan telapak tangan yang ditempel di depan dada. Jangan sembarangan pula memegang anak kecil jika tidak diizinkan. Ingatlah kasus saat ada bayi yang tertular corona di daerah Madura, karena ia tertular dari pengunjung yang ceroboh dan mengendongnya. Bayi memang menggemaskan, namun itu bukan alasan untuk menyentuhnya tanpa izin.
Di era new normal ini, pesta pernikahan juga harus melalui protokol kesehatan. Seperti pengantin, keluarga, sampai penghulu harus memakai masker. Di depan tempat syukuran wajib disediakan keran cuci tangan atau hand sanitizer. Jumlah tamu juga maksimal 30 orang, dan itu termasuk keluarga yang datang, bukan tamu undangan dari luar.
Sayangnya di Semarang ada sekeluarga yang terkena corona setelah melakukan pesta pernikahan. Mengapa sampai terjadi kasus penularan virus covid-19? Bisa jadi tamu yang datang terlalu banyak atau ada tetangga yang nekat untuk datang dan mengucapkan selamat, padahal ia tidak diundang. Bisa jadi orang-orang di tempat itu berjubel sehingga mengabaikan aturan physical distancing.
Jangan pernah lalai dan mengabaikan protokol kesehatan di era new normal, karena ini bukan back to normal. Seharusnya semua orang tetap disiplin memakai masker kain yang bersih dan wajib diganti 4 jam sekali. Rajin-rajin juga untuk mencuci tangan atau pakai hand sanitizer, bisa juga dengan memakai sarung tangan. Jangan bersalaman dengan semua orang dan hindari memegang bayi dan orang tua. Karena mereka rawan tertular virus covid-19. Semua aturan dan kewajiban mematuhi protokol kesehatan ini sebenarnya demi keselamatan kita bersama.
)* Penulis aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa