Masyarakat Indonesia Optimis Lewati Pandemi Covid-19
Oleh : Raavi Ramadhan )*
Pandemi telah kita lewati selama setahun. Badai corona memang sempat memporak-porandakan kehidupan masyarakat, karena ada yang kehilangan pekerjaan dan bisnisnya sepi. Namun kita harus tetap optimis. Tahun 2021 adalah waktu untuk move on dan bersiap, agar segera bangkit dari masa suram.
Virus sekecil corona mengobarak-abrik seluruh dunia dan menyebabkan krisis global. Begitu juga di Indonesia. Roda perekonomian melambat karena daya beli masyarakat menurun. Penyebabnya karena banyak yang di-PHK oleh perusahaannya, atau harus rela menerima hanya separuh gaji karena keuntungan perusahaan menurun.
Walau tahun 2020 bagaikan mimpi buruk, tetapi kita tidak boleh terpuruk berlama-lama, karena hidup harus terus berjalan. Presiden Jokowi menyatakan bahwa masyarakat Indonesia sudah melampaui masa sulit pertumbuhan ekonomi. Tahun 2021 adalah masa recovery, masa kebangkitan yang harus disambut dengan optimistis, antusias, kerja keras, dan penuh keberanian.
Presiden Jokowi menambahkan, sejumlah lembaga keuangan dunia seperti Bank Dunia, IMF, dan OECD memprediksi pertumbuhan ekonomi Indonesia akan tumbuh 4-5% di tahun 2021. Namun kita harus membuktikan bahwa Indonesia harus lebih baik dari yang mereka prediksi. Syaratnya, energi bangsa harus bersatu, fokus menangani krisis kesehatan, dan mendongkrak pertumbuhan ekonomi.
Persatuan memang penting agar seluruh masayrakat Indonesia bekerja sama dalam menangani efek pandemi covid-19. Jangan malah saling menyalahkan dan bermusuhan, karena memiliki pandangan hidup yang berbeda. Ingatlah bahwa bhinneka tunggal ika bukanlah sekadar kata-kata, namun wajib dilakukan, agar kehidupan masyarakat menjadi damai.
Sementara itu, Presiden Jokowi juga menambahkan bahwa kunci dari pemulihan ekonomi nasional adalah kemampuan dalam mengatasi pandemi. Dengan cara berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), serta melakukan 3T (testing, tracing, dan treatment).
Protokol kesehatan terus digaungkan pemerintah selama setahun, dan terus dikampanyekan agar semua orang berdisiplin. Penyebabnya karena belakangan banyak yang abai dan malas pakai masker. Padahal masker bisa mencegah droplet yang bisa menularkan corona, dan kita tidak tahu siapa orang tanpa gejala yang bisa membawa virus covid-19 ke lingkungannya.
Begitu juga dengan physical distancing. Walau sudah jaga jarak di luar ruangan, namun jangan nekat mengadakan acara di dalam ruangan. Jika ingin mengadakan syukuran pernikahan, tamu harus dibatasi maksimal 35 orang, sehingga bisa menjaga jarak dan menghindarkan semua orang dari klaster corona baru. Acara lain seperti arisan juga dilaksanakan dengan menjaga jarak.
Selain itu masyarakat harus patuh pada aturan PPKM (pemberlakuakn pembatasan kegiatan masyarakat) dan melakukan vaksinasi corona. Pemilik kafe atau restoran harus patuh dan menutup tempatnya jam 8 malam. Ia dan seluruh anggota keluarganya juga wajib divaksin, agar sehat dan tidak tertular corona.
Ketika semua orang sudah divaksin, masih harus menaati protokol kesehatan, karena herd immunity baru bisa terjadi setahun pasca dimulainya vaksinasi nasional. Janganlah lelah melakukannya, karena lebih sakit lagi saat terkena corona. Saat semua orang sehat dan jkumlah pasien corona berkuran, maka kita bisa bebas dari status pandemi.
Sambil menunggu giliran vaksinasi, maka kita wajib optimis dalam menatap masa depan. Jika kehilangan pekerjaan, maka carilah yang baru, karena mati satu tumbuh seribu. Ada banyak lowongan di surat kabar maupun di internet, dan carilah yang sesuai dengan bidang Anda.
Saat belum ada lowongan, cobalah peluang baru dengan berjualan. Apalagi sekarang kita dimudahkan dengan media sosial yang bisa dijadikan tempat promosi. Justru saat pandemi, pasar online tumbuh subur dan menjadi peluang yang bagus, karena banyak orang yang memilih belanja via media sosial atau marketplace daripada pergi ke pasar.
Optimisme adalah kunci untuk terus bangkit walau kita dihantam corona. Jangan menyerah untuk mendapatkan peluang kerja baru, karena akan selalu ada harapan bagi manusia yang berusaha keras. Tetaplah niat untuk bekerja di luar rumah sambil menerapkan protokol kesehatan.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini