Masyarakat Jangan Terhasut Ajakan Reuni Alumni 212 yang Sarat Politis
JAKARTA, LSISI.ID – Gerakan gelombang umat yang mengatasnamakan Aksi Bela Islam dengan angka 212 akhir tahun lalu sudah cukup mewarnai sederet aksi di tanah air. Saat itu aksi tersebut digelar untuk menggoyang Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok dalam Pilgub DKI Jakarta lewat desakan kasus Almaidah. Sejumlah ulamapun ikut berseteru dan menarik jutaan umat untuk turun ke jalan.
Kini ribuan orang dari organisasi masyarakat (ormas) Islam akan menggelar acara Reuni Akbar Alumni 212 di lapangan silang Monumen Nasional (Monas), Sabtu, 2 Desember 2017.
Penyelenggaraan reuni alumni 212 jauh dari harapan sesungguhnya mengenai apa yang selama ini menjadi poin-poin perjuangan. Apalagi tidak ada yang dapat dikaitkan dengan angka tersebut, selain hanya akan mengganggu ketertiban publik.
Acara tersebut diklaim selain memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW juga untuk memperkuat tali silaturahmi dan mempersatukan umat Islam di Indonesia. Adapun kegiatan yang akan dilaksanakan yakni subuh berjamaah, dzikir, tausiah, konsolidasi, dan doa untuk negeri.
Seharusnya kegiatan keagamaan diselenggarakan secara terbuka dengan memfasilitasi masyarakat yang tergerak untuk terlibat di dalamnya. Bukan melalui pengerahan massa yang berpotensi mempertajam konflik sosial yang terjadi sepanjang tahun ini. Bukan pula dengan simbol-simbol atau angka-angka yang notabene menjadi simbol kekuasaan pengerahan massa.
Tentunya masyarakat sudah bosan dan mungkin muak dengan aksi-aksi yang mengatasnamakan agama, dengan bersembunyi di balik sejumlah kegiatannya. Bahkan masyarakat Indonesia sudah melewati titik kulminasi terhadap aksi-aksi massa seperti ini dan menginginkan persatuan dan kesatuan bangsa serta kedamaian hidup di Indonesia dalam kebhinnekaan. Dan jangan lagi menodai hari keagamaan dengan angka-angka politisasi.
Oleh karena itu, masyarakat harus waspada terhadap ajakan untuk mengikuti aksi-aksi seperti ini karena berpotensi ditunggangi kepentingan politik. Sebab politik identitas masih menjadi pilihan bagi sebagian pihak untuk memenangkan kelompoknya tanpa mempedulikan bahwa hal tersebut berdampak sangat buruk pagi persatuan dan kesatuan bangsa. Terlebih saat ini mulai mendekati tahun politik, maka masyarakat perlu lebih bijak dan tidak mudah terprovokasi isu SARA dan sentimen agama.
Meski demikian, Kapolda Metro Jaya Irjen Idahm Azis mengaku telah menerima surat pemberitahuan acara tersebut. Dengan begitu, pihaknya siap melakukan pengamanan agar acara bisa berjalan dengan lancar.
“Saya bersama Pangdam telah menyiapkan pengamanan untuk tanggal 2 Desember tersebut. Saya menyiapkan kurang lebih 25 ribu pasukan,” kata Idham di Mapolda Metro Jaya, Selasa, (21/11/17).
Kendati demikian, Kapolda menghimbau agar massa melaksanakan kegiatannya di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat.
“Mereka berencana akan melaksanakan milad dan Maulid Raya di sekitaran Monas, kita menghimbau komponen masyarakat yang akan melaksanakan milad ini untuk melaksanakannya di dalam Masjid Istiqlal supaya aman terkendali, temen-temen Polri-TNI juga siap mengamankan dengan baik,” tegasnya.
Namun, Idham juga tidak bisa melarang massa jika tetap akan melaksanakan di Monas dan pihaknya tetap siap mengamankan.
Sumber : wartakota.co