Masyarakat Mendukung BUMN Bebas Paham Radikal
Oleh : Savira Ayu )*
Lingkungan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) tentu saja berisi orang-orang yang terpilih untuk menjadi abdi negara dan melayani masyarakat, jika BUMN disinyalir menjadi sarang penyebaran paham radikal tentu saja hal ini amat berbahaya.
Pada awal Desember 2019 lalu, Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku telah menerima data pegawai BUMN yang terpapar paham radikal dari Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan Mahfud MD. Kala itu Mahfud juga memintta kepada Erick untuk segera mengatasi persoalam itu.
Sementara itu, Erick juga meyakini bahwa Islam tidak mengajari soal jihad berupa aksi bunuh diri.
Keberadaan pegawai BUMN yang terpapar paham radikal dibeberkan oleh kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Pol. Suhardi Alius. Dia mengaku tengah berusaha mencegah pemaparan radikalisme di dalam BUMN semakin meluas.
Selain itu, Suhardi juga memaparkan bahwa jumlah Aparatur Sipil Negara yang terpapar radikalisme di setiap kementerian atau lembaga negara berbeda-beda. Namun, dia memastikan radikalisme sudah menjangkit semua lini.
Kelompok radikal memiliki pola dalam mempengaruhi masyarakat khususnya mereka yang tidak paham agama.
Biasanya mereka akan memulai dengan mencari pendukung dan merekrut orang yang menjadi anggota dengan menggunakan isu-isu yang dapat membangkitkan emosi umat Islam seperti kedzaliman pemerintah, ketidakadilan pemerintah terhadap umat Islam, marginalisasi umat Islam, pemiskinan umat Islam dan penindasan terhadadap umat Islam.
Isu seperti itu tentu sangatlah mudah dalam menarik perhatian orang-orang yang tidak paham agama sehingga mereka mudah terpengaruh dengan ajakan mereka.
Tentu kita patut mempertanyakan, bagaimana mungkin seseorang yang melakukan dakwah Islam tetapi membunuh sesamanya, membenci orang lain hanya berbeda keyakinan dan tidak menerima eksistensi orang lain.
Padahal, Islam mengajarkan kebersamaan dan saling menghormati antara sesama manusia sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah SAW saat di Madinah.
Syaikh Dr Muhammad Adnan Al-Afyouni menegaskan, Nabi Muhammad tidak pernah membunuh dan selalu bergaul dengan siapa-pun baik Yahudi maupun Nasrani.
Bahkan, Rasulullah telah menegaskan bahwa mereka punya hak kepada mereka. Artinya, kita saling membutuhkan dan tidak bisa saling memusuhi.
Ia mempertanyakan bagaimana mereka mengklaim sebagai pejuang Islam, tetapi kelakuannya sangat jauh dari Islam.
Islam menentang keras ajaran-ajaran yang mengajak kepada kebencian kepada siapapu apalagi yang seiman. Islam mengajarkan kedamaian kebersamaan dalam membangun bumi ini bukan merusak dan saling membenci antara satu dengan yang lain.
Indonesia sendiri merupakan negeri yang sangat indah, maju dan mayoritas penduduknya pemeluk Islam. Selain itu di negeri sangat terbuka demokrasi dan berkemajuan, seperti digambarkan Islam. Islam sudah ada di negeri ini jadi jangan sampai ada yang merusak Indonesia hanya karena keinginan dan pandangan agamanya yang sangat ekslusif.
Kehidupan di Indonesia saat ini harus dipertahankan dan jangan sampai dirongrong oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Umat Islam harus mempertahankan negeri dan jangan sekali-kali terpengaruh dengan propaganda radikal terorisme.
Terkait falsafah dan ideologi negara Indonesia yakni Pancasila, dirinya menilai bahwa ideologi tersebut sudah sangat Islami dan Sistem nilai-nilai inilah yang diinginkan oleh agama Islam.
Sehingga jangan sampai ada yang mengatakan bahwa pancasila bertentangan dengan Islam.
Sebelumnya, Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Said Aqil Siraj menceritakan pengalamannya terkait isi ceramah berunsur penghinaan di beberapa masjid. Sehingga, Said meminta kepada Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo untuk menindaklanjutinya. Sebab, jika dibiarkan nantinya akan terjadi penyebaran paham radikal.
Kehidupan di Indonesia saat ini harus dipertahankan dan jangan sampai dirongrong oleh orang-orang yang tak bertanggungjawab. Umat Islam harus mempertahankan negeri dan jangan sekali-kali terpengaruh dengan propaganda radikal terorisme.
Terkait falsafah dan ideologi negara Indonesia yakni Pancasila, dirinya menilai bahwa ideologi tersebut sudah sangat Islami dan Sistem nilai-nilai inilah yang diinginkan oleh agama Islam.
Sehingga jangan sampai ada yang mengatakan bahwa pancasila bertentangan dengan Islam, karena hal tersebut sangat keliru.
Sudah sepatutnya pemerintah menertibkan BUMN agar bersih dari paham radikal, jika dibiarkan maka cepat atau lambat paham tersebut dapat menular ke orang lain.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute