Warta Strategis

Masyarakat Mendukung Pemulihan Pariwisata Dengan Protokol Kesehatan

Oleh : Putu Prawira

Pandemi Covid-19 telah menghancurkan tidak saja sektor kesehatan masyarakat, namun juga perekonomian, utamanya pariwisata. Di tengah pandemi Covid-19 yang masih terjadi, masyarakat pun mendukung kebijakan pemerintah untuk memulihkan pariwisata yang aman berdasarkan protokol kesehatan agar roda ekonomi rakyat dapat berputar namun aman dari penularan wabah penyakit.

Sektor Pariwisata merupakan salah satu yang paling terdampak selama pandemi, hal ini sangat nampak sekali pada masyarakat yang berprofesi sebagai penjual kerajinan tangan dimana omzetnya menurun hingga 80%.

Untuk bangkit dari keterpurukan tersebut, Badan Intelijen Negara (BIN) merekomendasikan Kementerian/lembaga dan stakeholder pariwisata untuk dapat meningkatkan sinergitas, agar pariwisata di Bali dapat menunjukkan destinasi wisata yang aman berdasarkan protokol kesehatan.

BIN juga merekomendasikan Pemprov Bali dan semua stakeholder agar mengintensifkan pengawasan penerapan protokol kesehatan dalam mencegah penyebaran Covid-19 dengan law enforcement.

Rekomendasi ini disampaikan oleh Deputi VII BIN, Wawan Hari Purwanto dalam diskusi ‘mengawal bangkitnya Pariwisata Bali berdasarkan Protokol kesehatan demi pemulihan perekonomisn di Bali’.

Wawan juga mengingatkan, pandemi Covid-19 yang melanda Indonesia sejak Maret 2020 lalu, tidak hanya berdampak pada sektor kesehatan, tetapi juga menghancurkan pariwisata. Tak terkecuali di Bali yang merupakan penyumbang devisa terbesar negara dari sektor Pariwisata.

Sub sektor lain yang juga terimbas antara lain, transportasi, akomodasi hingga UMKM. Pemprov Bali menunjukkan data bahwa akibat lumpuhnya Pariwisata, per Agustus 2020 lalu, sudah ada 73.631 pekerja yang dirumahkan. Selain itu, 2.667 pekerja bahkan sudah di-PHK. Dari sisi pendapatan, Bali telah kehilangan Rp 9,7 triliun.

Tekanan berat pariwisata Bali juga ditunjukkan dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara yang menurun hingga 99 persen. Hal tersebut mengacu data BPS per Juni 2020 lalu, dimana bulan tersebut hanya ada 32 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali. Sedangkan sebulan sebelumnya, Juni 2019, masih ada 549.516 wisatawan mancanegara yang berkunjung ke Bali.

Juru Bicara Satgas Penanganan Dampak Covid-19 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Ari Julianno Gema Mengatakan, pihaknya mempersiapkan upaya pemulihan pariwisata yang terdampak pandemi covid-19. Bantuan tersebut diberikan kepada daerah yang ekonominya terdampak akibat jatuhnya pariwisata pada masa pandemi Covid-19.

Selain itu, Kemenparekraf juga menyiapkan panduan protokol kesehatan sebagai acuan pembukaan industri penunjang pariwisata, seperti hotel dan restaurant. Hal tersebut dilakukan demi mempersiapkan tahapan selanjutnya, yakni pra-kondisi.

Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Ardana (Cok Ace) mengatakan bahwa pandemi covid-19 yang telah melumpuhkan pariwisata Bali selama 6 bulan lebih ini sebaiknya dijadikan momentum untuk menata ulang pariwisata Bali.

Tokoh Puri Ubud tersebut mengatakan bahwa pandemi ini memberikan Bali waktu untuk beristirahat sejenak.

Pada kesempatan berbeda, Wakil Ketua Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) RI, Hetifah Sjaifudian menilai rasa aman dan kemudahan transportasi menjadi kunci pemulihan sektor pariwisata di masa pandemi covid-19. Maka kendapi pemulihan sektor pariwisata tetap fokus pada penguatan penerapan protokol kesehatan.

Satu masalah yang yang perlu mendapatkan perhatian adalah tiket yang mahal rupanya menjadi kegelisahan para pelaku pariwisata. Hal ini mengingat salah satu indikator rasa aman untuk kembali berwisata adalah tidak ada travel ban ke destinasi yang dituju.

Perwakilan KADIN, Kosmian Pudjiaji menyatakan bahwa stimulus ekonomi pada jasa transportasi harus diberikan. Dukungan kebijakan transportasi juga perlu dibuat semudah-mudahnya.

Di sisi lain, para pemangku kepentingan industri penerbangan dan pariwisata menyelenggarakan kampanye perjalanan aman bertajuk safe travel campaign di Bandara Internasional I gusti Ngurah Rai pada Agustus lalu. Kampanye ini diinisiasi oleh sejumlah instansi yakni Indonesia National Air Carriers Association (INACA). Perhimpunan Hotel dan Restoran Indonesia (PHRI), maskapai penerbangan AirAsia Indonesia, PT Angkasa Pura II (Persero), serta PT Angkasa Pura I (Persero).

Kampanye ini bertujuan untuk meyakinkan masyarakat kembali berwisata dengan aman. Serta untuk memulihkan kembali sektor pariwisata dan perekonomian yang terdampak cukup parah akibat pandemi Covid-19.

Kini jumlah wisatawan domestik di Bali juga mulai meningkat, tentu saja hal ini menunjukkan adanya tanda-tanda pemulihan terhadap pariwisata Bali.

Meski demikian masyarakat dan wisatawan jangan sampai terpengaruh terhadap ajakan dari siapapun untuk tidak mematuhi protokol kesehatan. Sebab jika pembukaan untuk wisatawan domestik ini tidak berjalan dengan baik, maka bukan tidak mungkin pariwisata di Bali akan mengalami kemunduran. Namun juga hal ini dilaksanakan dengan baik, tentu saja kontraksi ekonomi akan menunjukkan peningkatan.

)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih