Masyarakat Mendukung Penangkapan Ex Petinggi FPI
Oleh : Raavi Ramadhan )*
Bekas petinggi FPI, Munarman, digelandang polisi karena tersangkut kasus terorisme. Masyarakat mendukung penuh penangkapan ini karena ia telah berkali-kali membuat ulah dan meresahkan masyarakat. Baik dengan statement-nya yang kontroversial, maupun perbuatannya yang sering membuat geleng kepala.
Satu per satu petinggi FPI masuk ke dalam bui. Setelah Rizieq Shihab yang terperosok kasus kerumunan, pembohongan hasil tes swab, dan penolakan karantina mandiri, menyusul Munarman yang ditangkap oleh aparat. Ia didakwa pasal terorisme karena terbukti menghadiri baiat yang dihadiri oleh anggota kelompok teroris yang beraifiliasi dengan ISIS.
Penangkapan Munarman bukan hanya hasil dari kabar burung, tetapi merupakan hasil penyelidikan selama beberapa bulan. Juga ada saksi-saksi yang memberatkan, di antaranya mantan anggota FPI yang memang melihat sosok Munarman saat acara baiat tersebut. Munarman benar-benar datang dan menyatakan dukungannya pada kelompok teroris.
Masyarakat mendukung penuh ketegasan polisi dalam menangkap Munarman. Karena memang terbukti selama ini ialah yang menjadi otak di balik keganasan FPI. Munarman adalah penulis skenario yang membuat FPI terlihat galak, dan pelaksananya adalah Rizieq Shihab. Jadi yang diingat oleh publik adalah Rizieq, bukan Munarman, karena memang ia yang lebih terkenal.
Mengapa banyak yang bersyukur saat Munarman ditangkap? Pertama, ia terkena kasus terorisme. Jika dibiarkan saja maka akan berbahaya karena mengganggu kedaulatan negara. Terorisme adalah kejahatan terstruktur yang sangat mengerikan, karena bisa jadi akan ada pengeboman, penembakan, dan perusakan tempat umum.
Jika ada yang diam-diam menghadiri baiat maka sama saja mendukung kelompok teroris. Aksi diam Munarman bukan berarti emas, melainkan sarana untuk menjebloskannya ke penjara. Karena ketika ia melindungi keberadaan organisasi teroris, maka sama saja dengan memperbolehkan mereka untuk tetap eksis di Indonesia. Juga membiarkan kejahatan oleh kelompok teroris dilaksanakan.
Apalagi setelah Munarman ditangkap, ada penggeledahan di kantor FPI, dan ditemukan bubuk yang ternyata bahan peledak. Walau ia menyangkal dan menyebut bahwa itu hanya pembersih toilet, tetapi ketika diperiksa, benar bahwa bubuk itu adalah salah satu bahan pembuat bom.
Sudah terpampang nyata bahwa FPI adalah organisasi teroris. Untuk apa menyimpan bahan pembuat bom di kantor FPI? Sangat mencurigakan dan bisa jadi mereka merencanakan aksi makar dan penyerangan yang lebih ganas lagi, setelah ada pengeboman di Makassar beberapa saat lalu.
Bukti lain bahwa Munarman mendukung aksi terorisme adalah ketika rekening FPI dibekukan, beberapa saat lalu. Saat diperiksa arus masuk dan keluar transferan, maka ada uang masuk dari rekening luar negeri yang mencurigakan. Setelah dilihat, ternyata pemiliknya adalah pria yang terbukti mendukung organisasi teroris internasional.
Bayangkan ketika Munarman tidak segera dicokok, maka FPI tidak akan mandek begitu saja. Saat tidak ada yang mengkomando bekas anggota FPI, maka Neo FPI akan menguap bagai genangan air di musim panas. Karena walau ormas ini sudah dibubarkan, tetapi masih saja memiliki ribuan mantan anggota yang bisa beraksi secara diam-diam.
Aksi gerilya ini yang akan berbahaya, karena anggota Neo FPI cenderung menurut pada sang komandan. Saat Rizieq Shihab tidak ada, maka tongkat komando dialihkan ke Munarman. Ketika Munarman dibui, maka Neo FPI akan kocar-kacir karena tidak ada yang berani memegang tampuk kepemimpinan, bahkan Aziz Yanuar sekalipun.
Penangkapan Munarman malah membuat masyarakat bahagia karena mereka tahu bahwa sebenarnya ia yang menjadi otak di balik keganasan FPI. Ia juga tersangkut kasus terorisme, sehingga memang harus merenungi kesalahannya di dalam penjara. Munarman dan Rizieq sama-sama dibui dan semoga setelah ini keadaan Indonesia aman tanpa teroris.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Bogor