Masyarakat Mengecam Aksi Teror KKB di Papua
Oleh : Timotius Gobay )*
Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) seakan tidak bosan dalam menebar teror hingga membuat resah kehidupan masyarakat di Papua. Tindakan brutal seakan tiada henti hingga menelan korban jiwa. NMasyarakat pun mengecam aksi teror KKB yang sudah di diluar batas kemanusiaan.
Menyikapi intensitas aksi kejahatan KKB, Kapolda Papua Irjen Paulus Waterpauw tak menampik ada yang mendukung aksi-aksi brutal KKB. Sejauh ini pihak kepolisian juga terus berupaya dalam mengungkap dan menangkap para KKB serta pendukungnya.
Pada 10 Januari lalu, seorang anggota Yonif 400/BR, Prada Agus Kurniawan, gugur dalam kontak senjata dengan kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Titigi, Kabupaten Intan Jaya, Papua. Prada Agus gugur akibat luka tembak yang dialaminya.
Dandrem 173 PVB Brigjen TNI Iwan Setiawan membenarkan terjadinya insiden kontak tembak hingga menyebabkan meninggalnya seorang prajurit TNI.
Selain prajurit, mereka juga menembak seorang warga di Intan Jaya, Papua bernama Boni Bagau. Penembakan tersebut dilakukan karena KKB menduga bahwa warga tersebut adalah mata-mata TNI-Polri.
Aksi Penembakan yang telah dilancarkan oleh KKB tersebut menjadi ancaman serius terhadap kedaulatan NKRI dan jalannya program pembangunan di Papua yang tengah digalakkan oleh pemerintah.
Ketegasan TNI/Polri mutlak diperlukan untuk memberantas KKB, hal ini dikarenakan kelompok tersebut telah menebarkan teror dan bahkan menunjukkan perlawanan kepada TNI/Polri.
Sementara itu, sebanyak tiga anggota kelompok kriminal bersenjata (KKB) di Intan Jaya, Papua, tewas saat berusaha menyerang aparat keamanan. Ketiganya diketahui bernama Janius Bagau, Januarius Sani dan Justinus Bagau.
Dua dari tiga anggota KKB yang tewas tersebut diketahui merupakan orang yang sebelumnya melakukan provokasi untuk mengajak perang terbuka kepada aparat keamanan beberapa waktu lalu.
Saat kejadian tersebut, aparat tengah mengejar pelaku penembakan Prada Ginanjar Arianda. Saat mengetahui keberadaan salah satu anggota KKB, aparat berusaha melakukan penangkapan.
Namun, pelaku yang diketahui bernama Janius Bagau tersebut justru kabur. Oleh karena itu, petugas langsung melakukan tindakan tegas.
TNI kemudian melakukan pengecekan identitas terhadap warga yang mengalami luka tembak tersebut dan didapati bahwa yang bersanngkutan bernama Janius Bagau.
Kejadian tersebut bermula ketika warga dan kepastoran gereja membawa seorang warga yang mengalami luka tembak ke puskesmas.
Bagai masuk ke dalam perangkap, TNI kemudian melakukan pengecekan identitas terhadap wrga yang mengalami luka tembak tersebut, dan didapati bahwa yang bersangkut merupakan merupakan anggota dari kelompok KKB. Janius juga diduga mengalami luka tembak di bagian lengan saat melarikan diri.
Aksi penyerangan yang telah dilakukan oleh KKB tersebut tentu menjadi ancaman yang serius terhadap kedaulatan NKRI dan jalannya program pembangunan di Papua yang tengah digalakkan oleh pemerintah.
Bahkan, indeks pembangunan manusia di Papua naik dari 57,25 ke 60,84, sedangkan Papua Barat naik dari 61,73 ke 64,7.
Perbaikan tersebut rupanya sejalan dengan instruksi Presiden Nomor 9 Tahun 2020 tentang percepatan pembangunan kesejahteraan di Provinsi Papua dan Papua Barat.
Selain itu, studi yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) dan The Asia Foundation pada tahun 2018 menunjukkan pembangunan jaringan jalan di wilayah itu telah memperbaiki kehidupan sosial ekonomi masyarakat melalui perbaikan konektivitas.
Pada bulan Oktober Tahun 2014, Presiden RI Joko Wdodo telah menegaskan bahwa salah satu kebijakan dalam negeri adalah untuk mengembangkan dan membangun infrastruktur di seluruh Indonesia.
Hal ini tentu telah menjadi komitmen yang mendalam bahwa kita tidak akan meninggalkan siapapun, dan perlu merangkul orang-orang yang selama ini merasa telah ditinggalkan dan tidak mendapat perhatian.
Salah satu bukti bahwa Papua adalah anak kandung dari NKRI adalah kalimat pembuka bung Karno dimana hampir di setiap Pidato Ir Soekarno yang disiarkan melalui RRI, kalimat dari Sabang sampai Merauke amat kerap dikumandangkan sebagai bukti kedaulatan NKRI.
Tentu akan sangat berbahaya jika KKB dibiarkan, karena segenap aksi teror mereka dapat menghambat upaya pemerintah dalam membangun Bumi Cenderawasih.
Masyarakat tentu tidak dapat mengampuni tindakan brutal KKB, sehingga tidak ada pilihan lain bagi aparat selain memberangus KKB sampai ke akar-akarnya, demi akselerasi pembangunan di Papua dan Papua Barat.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Surabaya