Masyarakat Menolak Rencana Demonstrasi Buruh
Oleh : Saefudin
Lagi-lagi buruh akan berunjuk rasa. Masyarakat tentu menentangnya dengan keras, karena mereka selalu nekat berdemo saat pandemi. Jangan sampai ada klaster baru yang terbentuk pasca unjuk rasa. Hormati pandemi dengan memberi rasa tenang di tengah masyarakat, bukannya menambah kegelisahan dengan demo dan demo lagi.
Pandemi membuat berbagai reaksi di masyarakat. Ada yang legowo menerimanya sebagai takdir Tuhan, tetapi ada yang memprotesnya. Salah satu pihak yang selalu memandang negatif pandemi dan menyalahkan pemerintah adalah serikat buruh. Mereka tak pernah paham bahwa pandemi covid adalah krisis global dan selalu menuntut untuk diistimewakan, padahal pemerintah telah berusaha keras untuk mengatasinya.
KSPI sebagai salah satu serikat buruh akan mengadakan demo tanggal 5 agustus 2021. Rencananya, unjuk rasa akan diadakan serempak bersama 1.000 buruh di 24 provinsi. Said Iqbal, Ketua KSPI, menyatakan bahwa mereka sudah menyerah menghadapi pandemi, dan saat demo akan mengibarkan bendera putih. Penyebabnya karena banyak buruh yang meninggal akibat corona.
Said Iqbal melanjutkan, buruh masih belum mendapatkan fasilitas dari pabrik saat terpapar corona dan harus isolasi mandiri. Di antaranya obat dan vitamin gratis yang biasanya diberi lewat BPJS. Sehingga saat demo ia akan memprotesnya.
Masyarakat tentu menolak rencana demo buruh ini. Pertama, walau tanggal 5 agustus sudah melewati masa PPKM level 4, tetapi tetap saja unjuk rasa saat pandemi dilarang keras, dan sudah ada payung hukumnya berdasarkan peraturan Kemendagri. Penyebabnya karena demo akan membentuk klaster corona baru dan malah fatal akibatnya karena bisa menambah jumlah pasien covid di Indonesia.
Hal ini dibenarkan juga oleh Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus. Menurutnya, saat demo pada oktober lalu terciduk 27 orang yang ternyata positif corona. Ini berdasarkan hasil dari rapid test massal yang dilakukan oleh tim satgas dan aparat. Dalam artian, para OTG tentu berpotensi menularkan virus covid-19 ke banyak pendemo lain.
Betapa berdosanya ketika para OTG yang berdemo dan menularkan corona ke banyak orang. Mereka tidak sadar bahwa memiliki bibit virus covid-19 di tubuhnya dan akan menyebarkannya saat unjuk rasa, karena ketika itu rata-rata peserta melepas masker karena kegerahan. Sehingga penyebaran droplet akan terjadi, dan sangat rawan karena ada penularan corona secara massal.
Selain itu, masyarakat menentang demo karena buruh menyatakan menyerah dengan corona. Namun mereka malah seolah-olah sengaja membuat klaster baru. Padahal sudah berkali-kali dijelaskan oleh epidemiolog bahwa kerumunan massa berpotensi besar untuk menularkan corona, tetapi mereka tetap ngotot berdemo, hanya untuk mengutamakan egonya dan menyalahkan pemerintah.
Para buruh protes akan perlakuan buruk terhadap mereka saat pandemi, tetapi sengaja berbuat ulah dan memancing datangnya corona dengan berdemo. Bukankah ini sesuatu yang konyol? Seharusnya sebagai orang dewasa mereka memakai logika dan tidak terbawa emosi lalu sedikit-sedikit demo.
Ketika nanti buruh benar-benar melaksanakan demo dan ada yang kena corona pasca unjuk rasa, mau menyalahkan siapa lagi? Sakit karena virus covid-19 bukan takdir karena sebenarnya bisa dicegah dengan menaati protokol kesehatan, termasuk pakai masker double dan menghindari kerumunan seperti demo. Namun ketika sengaja berunjuk rasa, seolah-olah mereka menantang malaikat maut untuk datang ke tempatnya.
Sudahlah, tidak usah demo-demoan saat pandemi, dengan alasan apapun. Jika para buruh memprotes bahwa mereka mendapatkan perlakuan yang kurang layak saat isolasi mandiri, seharusnya yang dihubungi langsung adalah Kementrian Tenaga Kerja dan Kementrian Kesehatan. Mereka bisa mengutus beberapa perwakilan ke sana untuk bertanya. Tidak usah unjuk rasa karena akan menimbulkan klaster baru.
)* Penulis adalah kontributor pertiwi Institute