Masyarakat Menolak Separatis Papua
Oleh : Rebeca Marian )*
Kelompok kriminal separatis bersenjata (KKSB) membuat masyarakat marah karena mereka berani menembak warga sipil yang notabene penduduk asli Papua. Tingkah anggota KKSB makin brutal dan seenaknya sendiri, sehingga masyarapat Papua pun menolak keberadaan mereka.
Papua dan Papua Barat adalah provinsi yang masih bergejolak karena diganggu oleh kelompok separatis. Tak hanya memprovokasi warga, mereka juga menggunakan senjata untuk menakut-nakuti masyarakat. Bahkan mereka berani melontarkan peluru dan langsung lari tungang-langgang saat ada korban tewas. Sungguh licik dan tak tahu malu.
Masyarakat terus geram dengan aksi kelompok separatis ini karena bergaya bagaikan bang jago di Bumi Cendrawasih dan memamerkan senjata api. KKSB juga nekat menyerang pos Koramil di Distrik Hitadipa Kabupaten Intan Jaya, 11 oktober 2020 jam 2 siang WITA. Sekitar 20 orang anggota kelompok separatis menembak pos koramil dari ketinggian.
Mirisnya, dalam peristiwa itu ada masyarakat sipil yang dijadikan tameng hidup sehingga mereka bisa lari dan gagal ditangkap oleh anggota TNI. Warga yang jadi tameng mengaku terpaksa melakukannya karena diancam akan dibunuh. Menurut Kepala Penerangan Kobagwilhan III IGN Suriastawa, tidak ada korban jiwa dalam peristiwa itu.
TNI jadi sasaran penyerangan karena mereka dianggap perwakilan dari pemerintah Indonesia. Selain itu, anggota TNI juga aktif menyisir hutan dan pedalaman untuk memberantas kelompok separatis. Sehingga sebelum tertangkap, mereka ingin menyerang terlebih dahulu. Padahal bisa saja dari anggota TNI yang bertugas ada warga asli Papua.
Selain menyerang anggota TNI, kelompok separatis bersenjata juga dikecam oleh masyarakat Papua karena menembak saudara sendiri. Warga sipil bernama Yunus Sani meninggal dunia, karena terkena pelor yang dimuntahkan oleh senjata KKSB. Peristiwa ini terjadi di Jalan Trans Papua, tepatnya di perbatasan antara Kabupaten Painai dan Intan Jaya.
Kenekatan KKSB menembak warga sipil Papua membuat mereka makin dibenci oleh masyarakat. Apa salah Yunus sehingga harus meregang nyawa? Padahal ia juga putra Papua dan sebagai anggota masyarakat sipil tentu tidak memegang senjata untuk menyerang atau tameng untuk membela diri.
Bisa jadi penembakan itu terjadi karena KKSB tidak setuju adanya jalan trans Papua. Karena dari pembangunan jalur itu, ada sebagian wilayah hutan yang terpaksa dikorbankan. Sehingga daerah persembunyian mereka ketahuan oleh petugas proyek pada jalur tersebut, yang akan melaporkannya ke aparat.
Masyarakat emosi ke KKSB karena mereka tidak mau diajak maju. Padahal Jalur Trans Papua dibangun untuk memperlancar transportasi di Bumi Cendrawasih, namun mereka mengganggu proses pembuatannya. Karena sudah alergi dengan segala hal yang dbuat oleh pemerintah pusat.
KKSB memang menganggap Papua tidak sah dan mereka ngotot ingin mendirikan Papua Barat. Mereka juga beranggapan bahwa Indonesia sedang menjajah Papua. Padahal Republik Federal Papua Barat tidak sah di mata hukum. Penjajahan juga tidak ada karena menurut hukum internasional, seluruh wilayah bekas jajahan Belanda otomatis jadi wilayah Indonesia.
Masyarakat juga wajib waspada dengan provokasi KKSB dan OPM di media sosial, karena mereka juga sudah menggunakan teknologi untuk menyebarkan pahamnya. Jangan sampai ada yang terpengaruh dan ikut mengbarkan bendera bintang kejora, tanggal 1 desember mendatang. Separatis adalah penghianat dan mengibarkan bendera lain adalah sebuah kejahatan.
KKSB makin beringas dan menembaki aparat, bahkan warga asli Papua. Masyarakat makin geram dengan tingkah mereka yang sok pemberani padahal membela pihak yang salah. Jangan sampai juga ada warga sipil yang malah pro pada KKSB dan OPM, karena tindakan separatis akan mendapat hukuman. Kita tetap wajib cinta NKRI dan setia pada negara.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Jakarta