Masyarakat Optimis Indonesia Bangkit di Masa Pandemi Covid-19
Oleh : Abdul Kholiq )*
Pandemi Covid-19 tidak saja mengancam kesehatan rakyat, namun juga telah merusak berbagai sendi kehidupan sosial. Namun demikian, masyarakat optimis bahwa Indonesia akan kembali bangkit seiring mulai membaiknya tren pengendalian Covid-19 di tanah air.
Beberapa wilayah di Indonesia telah mengalami penurunan status PPKM menjadi PPKM level 2, artinya kebijakan tersebut akan mengizinkan pasar dan Mal buka lebih lama, sehingga penurunan level PPKM tersebut merupakan waktu yang tepat untuk bersiap menjalankan kembali roda perekonomian, tentu saja dengan tetap mengindahkan protokol kesehatan.
Setelah terpuruk akibat pandemi Covd-19, sektor perekonomian di Indonesia harus beradaptasi dengan segala tantangan yang menerpa. Meski pandemi Covd-19 memiliki hantaman yang cukup kuat, namun bukan berarti dalam momen pandemi tidak ada peluang baru yang terbuka bagi para pengusaha tak terkecuali pelaku ekonomi kreatif di Indonesia.
Tantangan terbesar saat pandemi datang adalah berubahnya sistem penjualan pada industri kreatif global. Jika sebelumnya masyarakat lebih banyak membeli perlengkapan secara langsung, kini saat pandemi ada banyak opsi yang bisa kita lakukan untuk mengirim barang
Beralihnya transaksi secara elektronik rupanya menjadi tantangan, khususnya bagi pelaku usaha ekonomi kreatif, karena tida semua pelaku industri kreatif melakukan transaksi secara digital. Sehingga diperlukan bimbingan dari pemerintah agar para pelaku UMKM dapat melebarkan sayap pemasaran secara daring. Selain permasalahan ekonomi mikro, poros maritim juga patut mendapatkan perhatian.
Sebelumnya, Ketua DPR RI Puan Maharani sempat menyatakan desakan akan perlunya Indonesia dalam membangun dan mengembangkan kekuatan maritim agar pada saatnya Indonesia dapat menjadi poros maritim dunia didukung dari kalangan pemuda.
Visi Puan antara lain, menenkankan sisi krusial untuk segera bersungguh-sungguh mewujudkan potensi maritim Indonesia Menjadi kekuatan dan keberdayaan aktual tersebut dianggap sebuah momentum penyadaran untuk sesegera mungkin merealisasikan potensi tersebut.
Sebagai negara kepulauan terbesar di dunia dengan luas mencapai 3,25 juta kilometer persegi, dengan 70 persen wilayahnya adalah lautan, Indonesia memiliki beragam sumber daya kelautan. Setidaknya ada sekitar 11 sektor ekonomi kelautan, yang jika dijalankan dengan baik akan mendongkrak perekonomian.
Apalagi Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang memiliki potensi untuk menjadi Poros Maritim Dunia. Poros Maritim Dunia bertujuan mejadikan Indonesia sebagai negara maritim yang besar, kuat dan makmur melalui pengembalian identitas Indonesia sebagai bangsa maritim, pengamanan kepentingan dan keamanan maritim, memberdayakan potensi maritim untuk mewujudkan pemerataan ekonomi Indonesia.
Salah satu pilar dari poros maritim dunia adalah, komitmen untuk mendorong pengembangan infrastruktur dan konektivitas maritim dengan membangun tol laut, pelabuhan laut, logistik dan industri perkapalan, serta pariwisata maritim.
Indonesia memiliki bentang alam yang luas dan sumber daya alam yang luar biasa dari berbagai sektor seperti pertanian, pangan, energi dan kemaritiman yang bisa dimanfaatkan. Sektor Kemaritiman pengelolaan dan pemanfaatannya harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, guna menjaga kedaulatan, keberlanjutan dan kesejahteraan NKRI. Dengan adanya poros maritim, tentu saja diharapkan dapat menjadi penggerak ekonomi saat pandemi karena sektor inilah yang memiliki banyak roda yang bisa digerakkan.
Selain memperkuat poros maritim, kearifan lokal juga dirasa perlu untuk diterapkan, misalnya seperti sosialisasi protokol kesehatan yang dialihbahasakan ke bahasa lokal. Spanduk sosialisasi tersebut tentunya dapat dipasang pada tempat yang strategis. Salah satu kearifan lokal yang bisa diaplikasikan adalah “Jogo Tonggo” atau jaga tetangga, salah satu prinsip dari jogo tonggo adalah gotong royong.
Kondisi masyarakat yang terkonfirmasi positif Covd-19, tentu tidak dapat keluar masuk rumah, sehingga tetangga yang sehat dan tetangga yang tidak terpapar Covd-19, dapat mengirimkan bahan makanan dengan cara digantungkan di pagar rumah atau diletakkan di depan rumah tanpa harus bertemu dengan pemilik rumah untuk menghindari penularan.
Dengan adanya pembatasan sosial, tentu saja akan mengurangi intensitasnya dalam melakukan perjalanan, salah satunya perjalanan ke pasar untuk berbelanja, sehingga masyarakat di desa harus memanfaatkan kekayaan alam yang ada untuk dijadikan bahan baku makanan.
Covd-19 memang menghantam segala sektor, baik besar ataupun yang kecil, baik kesehatan maupun ekonomi. Sehingga penanganan terhadap pandemi Covd-19 harus bersinergi dan selaras antara penanganan dalam sektor kesehatan dan sektor ekonomi, tentunya dengan tetap menggunakan pendekatan kearifan lokal masyarakat setempat agar sosialisasi terkait protokol kesehatan dapat dipahami dengan mudah.
)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara