Masyarakat Papua Ingin Tetap Menjadi Bagian dari NKRI
Oleh :Rebecca Marian )*
Meski kelompok separatis di Papua semakin berulah, namun sebagian besar masyarakat Papua secara sadar mengatakan bahwa dirinya adalah orang Indonesia dan tetap menginginkan agar Papua tidak terpisah dari NKRI.
Papua sebagai salah satu bagian dari kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) telah melalui proses referendum yang dikenal dengan PEPERA dimana hasilnya telah disahkan melalui resolusi PBB No 2504 yang dikeluarkan oleh Majelis Umum PBB pada tanggal 19 November 1969.
Resolusi tersebut diusulkan oleh 6 negara dan diterima oleh Majelis umum PBB dengan timbangan suara 84 setuju, 0 yang menentang dan 30 abstain. Dengan tidak dipermasalahkan PEPERA oleh Negara manapun menunjukkan bahwa, PEPERA diterima oleh masyarakat internasional. Artinya, Papua sebagai bagian dari NKRI telah diakui oleh masyarakat internasional dan disahkan oleh lembaga internasional tertinggi yaitu PBB.
Hal tersebut tentu menjadi sebuah pedoman bahwa Papua telah sah dan resmi secara konstitusional sebagai bagian dari NKRI.
Jika sosok kemudian tokoh separatis seperti Benny Wenda mengatakan Papua kini hidup dalam kesengsaraan dibawah pemerintah Indonesi, tentu akan muncul tanda tanya besar juga, apakah jika Papua terpisah dari NKRI, lalu Papua akan menjadi lebih sejahtera? Lupakah ia terhadap kebijakan pemerintah yang telah menyeragamkan harga bahan bakar minyak dari sabang sampai merauke.
Terlebih lagi pada masa pemerintahan Presiden Jokowi, survey menunjukkan kepuasan warga Papua mencapai 90 persen. Artinya Warga Papua sendiri mengaku puas dengan program – program yang dijalankan pemerintahan Jokowi di Tanah Papua, sehingga tidak ada alasan bagi Papua untuk mengatakan referendum.
Pemerintah juga menolak tegas tuntutan referendum yang disuarakan sejumlah massa di Papua dan Papua Barat selama aksi kerusuhan yang berlangsung dalam beberapa hari terakhir.
Menko Polhukam Wiranto meyakini bahwa tuntutan referendum tak datang dari kebanyakan warga Papua dan Papua Barat, melainkan oknum yang sengaja menunggangi peristiwa rasial tersebut.
Otis Rio selaku warga Papua mengatakan, sangat mris ada saudara kita dari masyarakat pegunungan Wamena ditipu oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, sengaja membuat kerusuhan dan manfaatkan isu rasisme.
Otis juga menyayangkan, bahwa kerusuhan yang terjadi di Papua dan Papua Barat tidak terlepas dari provokasi dan berita hoaks yang dilakukan oleh oknum dan organisasi yang berafiliasi dengan pihak asing. Bahkan media luar negeri juga menyebarkan berita hoaks meskipun pada akhirnya ada yang meralatnya.
Otis pun kembali memastikan, bahwa Papua sudah menjadi bagian yang sah dari NKRI dan diakui oleh hukum internasional, ia juga menyerukan agar jangan beri celah untuk para provokator dan LSM yang pro terhadap referendum.
Lanjutnya, Otis menegaskan bahwa orang asli Papua tetap memilih setia terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia dan tidak ada yang merasa terjajah.
Tentu akan menjadi boomerang bagi Indonesia apabila urusan dalam negeri terkait Papua, dicampuri oleh tangan tangan dari luar negeri, padahal permasalahan di Papua jelas membutuhkan pendekatan dialogis dari pemerintah daerah maupun pemerintah pusat.
Sebelumnya sejumlah warga kota madiun dan Papua menggelar deklarasi di hadapan walikota dan Formkompimda Kota Madiun.
Perwakilan warga Sorong, Papua Barat yang juga prajurit Batalyon Yonif para Raider 501 Bajrayudha Madiun, Agus Fattari mengatakan, deklarasi tersebut dilakukan sebagai bentuk rasa kebanggaannya atas kemerdekaan yang telah diraih oleh bangsa Indonesia.
Deklarasi tersebut tentu patut mendapatkan dukungan untuk menambah semangat persatuan dan kesatuan di bumi Pertiwi.
Kita tentu harus memahami fakta bahwa bangsa Indonesia adalah perpaduan dari berbagai ras di dunia, kemudian saudara – saudara kita di Nusa Tenggara Timur dan Maluku pada umumnya juga memiliki ciri dan ras yang sama dengan saudara – saudara kita di Papua, tentu tidak ada alasan untuk mengatakan bahwa warga asli Papua berbeda dengan bangsa Indonesia, dan tidak ada alasan bagi warga asli Papua untuk menganggap dirinya berbeda dengan bangsa Indonesia.
Kita semua satu Indonesia, bahkan orang asli Papua tetap menginginkan bendera merah putih tetap berkibar di daerahnya tanpa ada rasa cemas akan adanya pemberontakan dari kelompok separatis.
)* penulis adalah mahasiswi Papua,tinggal di Jakarta