Masyarakat Perlu Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan Cegah Covid-19
Oleh : Anandito Ganesha )*
Ketika masyarakat ingin pandemi covid-19 segera berakhir, kenyataannya mereka makin melonggarkan disiplin dalam memenuhi protokol kesehatan. Hal ini yang membuat munculnya klaster corona baru. Seharusnya masyarakat masih harus mematuhi protokol kesehatan dan pakai masker, agar tidak tertular keganasan virus covid-19.
Protokol kesehatan selalu disosialisasikan oleh tim satgas penanganan covid-19 melalui TV, SMS, maupun media sosial. Sebenarnya masyarakat juga sudah paham ketika membaca himbauan itu. Namun sayangnya masih ada sebagian pihak yang mulai lalai dan malas memakai masker. Mulai banyak yang menyelenggarakan acara tanpa mematuhi aturan jaga jarak.
Kelalaian ini mengkhawatirkan karena bisa memunculkan orang tanpa gejala. Saat menghadiri acara, mereka baik-baik saja. Namun setelah berhari-hari, merasa sesak nafas lalu dirawat di RS. Ketika dites swab, ternyata positif corona dan sayangnya tidak tertolong lalu meninggal dunia. Kecerobohan ini yang membuat jumlah pasien corona di Indonesia meningkat.
Sebuah acara bisa diselenggarakan namun harus mematuhi protokol kesehatan. Dokter Hermawan Saputra mengingatkan masyarakat untuk berdisiplin dalam mematuhi protokol kesehatan. Seperti yang kita ketahui, protokol ini terdiri dari pakai masker ketika di luar rumah, rajin cuci tangan pakai sabun antiseptik atau pakai hand sanitizer, dan selalu jaga jarak minimal 1 meter.
Kedisiplinan dalam mematuhi protokol kesehatan harus terus dilakukan. Tak hanya di sebuah acara, namun juga di tempat lain seperti sekolah. Di wilayah yang berzona hijau dan kuning, sudah mulai ada simulasi pembukaan sekolah. Pembelajaran tatap muka yang dilakukan harus sesuai standar protokol dan tidak boleh ada kecurangan sama sekali.
Kecurangan yang dimaksud adalah ketika suatu zona masih zona jingga, bahkan merah, namun sekolah sudah dibuka kembali. Untuk mengelabui petugas, maka murid memakai baju bebas, bukan seragam. Hal ini berbahaya karena bisa membuat klaster covid-19 baru. Apalagi murid di sekolah suka bergerombol dan dikhawatirkan saling menularkan corona.
Jika memang di zona hijau atau kuning sebuah sekolah dibuka lagi, maka dicoba dulu dengan pembelajaran tatap muka seminggu sekali. Dengan syarat yang dibuka adalah SMU terlebih dahulu, baru SMP dan SD. Dimulai dari yang muridnya berusia tertua, karena anak kecil relatif mudah tertular corona. Pembukaan ini sebaiknya lapor dulu ke tim satgas covid-19.
Pembelajaran tatap muka dilakukan seminggu sekali agar murid bisa masuk sekolah dengan bergiliran. Jadi mereka hanya ada dalam kelompok kecil, sehingga bisa duduk agak berjauhan. Murid juga diingatkan agar tidak mengobrol atau bermain berdekatan, untuk mematuhi physical distancing. Mereka juga wajib pakai masker dan bawah hand sanitizer sendiri.
Tempat yang juga rawan jadi klaster corona baru adalah kafe, rumah makan, dan warung. Seharusnya pengelola membatasi jumlah pengunjung, maksimal 50% pembeli yang masuk. Jika jumlahnya kelebihan maka mereka dianjurkan untuk take away saja. Penularan corona di tempat makan rawan karena saat menyantap hidangan, semua orang melepas masker.
Jka pengelola rumah makan masih bandel dan memperbolehkan pengunjung memenuhi tempatnya, maka mereka bisa kena semprit Satpol PP. Izin bisnis itu bisa dicabut sementara dan manajernya harus membayar denda. Karena ia terbukti melanggar protokol kesehatan. Rumah makan itu ditutup sementara dan harus disemprot disinfektan agar higienis kembali.
Mematuhi protokol kesehatan sebenarnya tidak terlalu sulit dan harga masker juga cukup murah. Namun sayangnya banyak yang malas pakai masker dan melanggar protokol lain, seperti physical distancing. Tetaplah tertib dalam berdisiplin menaati protokol kesehatan dan bawa hand sanitizer saat bepergian. Protokol ini dibuat demi kesehatan Anda sendiri.
)* Penulis adalah kontributor Lembaga Studi Strategis Indonesia (LSISI)