Masyarakat Perlu Terapkan Prokes Ketat di Masa PPKM Darurat
Oleh : Dede Sulaiman)*
PPKM darurat membuat masyarakat harus menerapkan protokol kesehatan yang ketat, karena jika sudah mengurangi mobilitas tetapi malas pakai masker, hasilnya bisa tertular Corona. Taatilah tiap aturan dalam PPKM darurat agar tubuh sehat dan tidak mudah terinfeksi virus Covid-19.
Apakah Anda masih setia mengenakan masker walau hanya pergi ke minimarket dekat rumah? Setahun pandemi membuat banyak orang akhirnya terbiasa memakai masker dan menaati protokol kesehatan lainnya. Namun sayang masih saja ada yang tidak menaatinya, mungkin karena sudah lelah dengan peraturan-peraturan saat pandemi atau yang lainnya.
Padahal peraturan ini bukan dibuat untuk menyengsarakan masyarakat, melainkan untuk menyelamatkan nyawa mereka. Penyebabnya karena memakai masker bisa menghindarkan droplet dari OTG, dan kita tidak tahu siapa saja yang berstatus OTG di luar sana. Pengetatan protokol kesehatan juga diberlakukan di masa PPKM darurat.
PPKM darurat yang berlaku sampai tanggal 20 Juli 2021 membuat mobilitas masyarakat sangat terbatas karena ada penyekatan antar kota/kabupaten dan provinsi. Peraturan ini juga sesuai dengan salah satu poin dalam protokol kesehatan yakni mengurangi mobilitas. Penyebabnya karena pergerakan massa bisa menaikkan kasus Corona di sebuah daerah.
Ketua Barisan Pemuda Melayu (BPM) Pontianak Gusti Edi menyatakan bahwa masyarakat harus menerapkan protokol kesehatan saat PPKM, agar wilayahnya terbebas dari zona merah. Pontianak memang salah satu kota di Borneo yang masuk dalam zona PPKM dan berlaku mulai tanggal 12 Juli hingga 20 Juli 2021.
Gusti Edi menambahkan, semoga jika PPKM darurat diberlakukan, maka tidak ada kabupaten lain yang berstatus zona merah. Dalam artian, jika status zona turun dari merah menjadi oranye atau kuning, bahkan hijau, maka masyarakat yang akan diuntungkan. Penyebabnya karena mereka bisa beraktivitas seperti biasa karena tidak terkena aturan ketat saat PPKM.
Kekompakan masyarakat perlu digalakkan agar bisa menurunkan status zona di sebuah daerah. Caranya dengan melaksanakan protokol kesehatan dengan ketat saat PPKM darurat, sehingga semua orang disiplin dan akhirnya kasus Corona menurun. Penyebabnya karena tidak ada penularan virus Covid-19, setelah banyak yang selalu pakai masker dan menuruti protokol kesehatan lainnya.
Protokol kesehatan saat ini tak hanya 5M tetapi juga 10M. Poinnya ditambah dengan menjaga sirkulasi udara, menjaga imunitas, mengganti baju, menjaga higienitas lingkungan, dan meningkatkan daya tahan tubuh. Semua wajib ditaati agar tidak terkena Corona, baik dari droplet maupun udara, karena Corona varian delta bisa menyebar hanya ketika berpapasan dengan OTG alias via udara.
Menerapkan protokol kesehatan 10M saat PPKM darurat sangat mudah, karena hanya perlu niat dan disiplin dan harapan agar pandemi segera selesai. Misalnya poin mengganti baju, sepulang dari kerja atau pasar harus ganti baju dan kalau bisa mandi plus keramas agar ekstra bersih. Kebersihan rumah juga harus dijaga agar semua higienis.
Jika masyarakat malas menerapkan protokol kesehatan 10M saat PPKM darurat maka akan sulit karena mobilitas dibatasi tetapi tetap saja banyak yang lalai pakai masker. Selain itu, banyak yang nekat menerobos penyekatan atau mencari jalan tikus, padahal sudah jelas ada larangan untuk pergi jauh. Akibatnya banyak yang kena Corona gara-gara kenakalan mereka sendiri.
PPKM darurat bukanlah penjara yang membuat masyarakat jadi tidak bebas untuk keluyuran, melainkan aturan yang dibuat untuk keselamatan mereka sendiri. Saat PPKM darurat diberlakukan, maka harus diiringi dengan berdisiplin dalam menerapkan protokol kesehatan 10M. Tujuannya agar semua selamat dari terkaman Corona.
)* Penulis adalah kontributor Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini