Warta Strategis

Melawan Hoax dan Radikalisme Demi Indonesia Maju

Oleh : Aditya Akbar )*

Hoax dan Radikalisme merupakan hal yang dapat menghambat kemajuan Indonesia, hoax bukanlah masalah yang ringan, karena bisa menyasar siapa saja yang terkoneksi dengan internet, sedangkan Radikalisme seakan menjadi permasalahan yang tidak berujung, hal tersebut ditandai dengan adanya aksi teror di tempat ibadah maupun di kantor aparat keamanan.

Hoaks adalah berita palsu atau berita bohong  merupakan informasi yang sesungguhnya tidak benar, tetapi dibuat seolah-olah benar adanya. Berita palsu ini tidak dapat diverifikasi kebenarannya secara fakta dan secara ilmiah.

            Hoaks yang menyebar tanpa mengenal waktu tersebut bisa berdampak buruk terutama pada generasi muda pengguna gawai. Selain itu, Hoaks juga dapat memicu perpecahan, baik antar individu maupun antar kelompok tertentu. Dan yang mengerikan Hoaks dapat membuat fakta tidak lagi dipercaya, sejarah bisa bias dan menjadi keliru akibat berita-berita Hoaks yang disampaika secara terus menerus.

            Di era seperti saat ini, hampir semua orang menggunakan media sosial, dan berita hoax sangatlah mudah tersebar diberbagai platform.

            Jika dibiarkan, Hoaks tidak hanya mengancam persatuan di NKRI, tetapi juga menghambat kemajuan bangsa. Dalam sebuah studi, para psikolog menyepakati bahwa berita hoax bisa memberikan dampak buruk pada kesehatan mental, seperti post-traumatic stress syndrome (PSTD).

            Tidak hanya itu, psikolog juga percaya, bahwa orang yang terpapar berita hoax juga bisa membutuhkan terapi, karena diselimuti kecemasan, stress dan merasa kesepian karena berita palsu.

            Fenomena hoax merupakan sebuah kenyataan sejarah. Keberadaannya sering kali merusak keharmonisan kehidupan bermasyarakat.

            Oleh karena itu sudah saatnya kita bersinergi untuk secara tegas melawan hoaks yang bisa muncul di gawai kita tanpa mengenal waktu. Apalagi dengan sebagian masyarakat yangg berpendidikan rendah, mereka tentu sangat rawan akan berita yang menyesatkan.

            Tentu kita semua sepakat bahwa hoax telah menjadi momok nasional yang harus diperangi bersama. Karena dampak yang ditimbulkan begitu masif dan sangat merugikan banyak pihak, baik itu secara reputasi, materi, hingga mengancam nyawa.

            Banyaknya peristiwa kerusuhan yang sempat terjadi beberapa waktu terakhir, telah menjadi bukti bahwa hoaks ataupun berita bohong memang sangat berbahaya dalam konteks Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Hal ini membuktikan bahwa Hoax memunculkan potensi konflik horizontal di masyarakat.

            Dengan pesatnya perkembangan teknologi, ternyata tidak hanya hoaks saja yang dapat mengancam kemajuan bangsa Indonesia. Selain Hoaks kita juga tidak bisa tutup mata pada penyebaran paham radikal yang secara masif menyebar di berbagai kalangan, bahkan sampai pada ranah kementerian.

            Gerakan radikal kerap melakukan rekrutmen melalui berbagai akun media sosial. Sasaran mereka biasaya menyangkut pada anak muda yang akan dicuci otaknya untuk diberikan paham radikalisme.     

            Pergerakan organisasi radikal seperti ISIS di Indonesia tentu perlu diantisipasi oleh seluruh lapisan masyarakat. Eksistensi radikalisme di Indonesia tentu sangat berbahaya bagi ketahanan negara Indonesia apabila masyarakat tidak berperan dalam mengantisipasi gerakan-gerakan radikalisme. 

            Sementara itu, Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Jakarta, Azyumardi Azra mengungkapkan bahwa paham radikal yang menganggap pemahamannya paling benar juga telah menyusup ke sekolah menengah melalui guru.

            Hasil survei dari lembaga kajian Islam dan Perdamaian (LaKIP), yang dipimpin oleh Prof Dr Bambang Pranowo, yang juga merupaka Guru Besar sosiologi Islam di UIN Jakarta pada 2010 lalu menunjukkan bahwa hampir 50% pelajar setuju dengan tindakan radikal.

            Data tersebut juga menunjukkan 25% siswa dan 21 Guru menyatakan bahwa Pancasila tidak relevan lagi. Sementara 84,8% siswa dan 76,2% guru setuju dengan penerapan syariat Islam di Indonesia.

            Abdullah Darraz selaku peneliti dari Maarif Institute, juga mengatakan melemahnya nilai Pancasila dan kebangsaan di sekolah berbanding lurus dengan maraknya radikalisme tersebut.

            Oleh karena itu pentingg kiranya lingkungan sekolah berperan aktif dalam upaya pencegahan radikalisme di lingkungan sekolah, seperti giat dalam melakukan upacara bendera maupun hari besar nasional, dan memutar lagu wajib nasional sebelum jam pelajaran dimulai.

            Dari sini kita telah mengetahui bahwa Hoax dapat menjadi ancaman persatuan bangsa, sedangkan radikalisme melunturkan sikap nasionalisme dan menumbuhkan sikap anti Pancasila, jika hal tersebut diabaikan, kapan Indonesia akan Maju?

)* Penulis adalah pengamat sosial politik

Show More

Related Articles

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih