Membangun Kedisiplinan dan Produktivitas Masyarakat Ditengah Pandemi Covid-19
Oleh : Ruslan Wahab )*
Pandemi covid-19 masih melanda Indonesia dan pada awalnya ada aturan untuk stay at home sehingga kita dilarang keras untuk keluar rumah kecuali untuk alasan khusus seperti berobat ke klinik. Namun sekarang sudah ada pengenduran dan mulai memasuki era new normal sehingga boleh beraktivitas lagi. Selama masa transisi ini, kita diharap bisa lebih produktif dan tidak meneruskan kebiasaan rebahan saat stay at home. Media juga sebaiknya menayangkan berita tentang indahnya kedisiplinan dan produktivitas kerja.
Pandemi covid-19 membuat orang terikat aturan untuk berdiam diri di rumah dan juga work from home. Namun ketika memasuki new normal, pelan-pelan keadaan berubah jadi seperti biasanya dan kita boleh keluar rumah, asal pakai masker dan menjaga higienitas. Masa transisi ini membuat banyak orang kaget karena terbiasa bersantai-santai di rumah, jadi harus masuk kantor lagi walau tidak setiap hari. Karena tempatnya bekerja menerapkan aturan physical distancing, sehingga jumlah orang dalam satu ruangan dibatasi dan akhirnya dibuatlah sistem kerja shift.
Masa transisi saat awal new normal ini kadang membuat banyak orang jadi mengeluh karena terbiasa rebahan sambil main gadget di rumah. Lantas bagaimana mengubah mindset mereka agar melanjutkan kedisiplinan dan memicu produktivitas? Salah satunya adalah melalui pemberitaan media.
Mengapa harus media? Karena setiap hari kita pasti melihat berita tentang perkembangan dunia dan isu terkini, baik di media cetak maupun elektronik. Media berpengaruh besar terhadap penontonnya, karena rata-rata diakses dalam kondisi otak yang tenang. Saat itu berita di media mampu menembus pikiran dan mempengaruhi mindset penonton. Oleh karena itu semua media diharap bisa menyangkan berita positif dan memotivasi masyarakat untuk terus produktif walau masih berada di tengah pandemi.
Penulis di media bisa membuat narasi berita tentang sisi positif dari kedisiplinan di era pandemi. Jika masih ada orang yang malas memakai masker, jangan ada tayangan yang malah mem-bully mereka. Namun yang ditayangkan adalah berita tentang bagi-bagi masker gratis dan manfaat dari masker kain. Misalnya bisa mencegah masuknya droplet sehingga aman dari penularan virus covid-19.
Masyarakat yang masih malas cuci tangan pun diberi tayangan tentang manfaat dari menjaga higienitas. Jadi mereka termotivasi untuk lebih disiplin dalam menjaga kebersihan. Bukan malah ditakut-takuti tentang bahaya tangan yang kotor dan jadi mudah terkena corona. Media diharap untuk menayangkan berita dari segi positif dan bukannya menayangkan berita sampah atau hoax.
Produktivitas masyarakat di era pandemi covid-19 memang masih kurang stabil. Media sebaiknya memberi motivasi bagaimana cara meningkatkannya. Seperti menayangkan berita tenang public figure Putri Ayudya yang menyeru masyarakat untuk terus produktif, serta meningkatkan skill walau masih berada dalam pandemi covid-19. Kalau bisa keterampilan kita bertambah walau hanya 1 jenis.
Media juga bisa memberi alasan mengapa harus meningkatkan produktivitas dan menambah skill. Misalnya jika masyarakat terus aktif dan belajar hal baru, maka bisa membuat karya baru dan dijual dengan harga lumayan. Para pengangguran jadi belajar ketermpilan seperti merajut dan membuat kue lalu mulai berbisnis dan tidak lagi cemas karena mendapat pemasukan kembali. Lagipula di era internet ini, sudah banyak tutorial yang tersedia, baik melalui artikel maupun video.
Keberadaan media seharusnya menampilkan berita positif untuk memotivasi masyarakat agar terus disiplin dan menjaga higienitas, untuk mencegah penularan corona. Media juga sebaiknya menayangkan berita tentang pentingnya meningkatkan produktivitas kerja, agar orang-orang lebih semangat dan ingin belajar hal yang baru. Masyarakat jadi senang karena tayangan di TV dan berita di internet terus memotivasi agar tetap optimis, walau kita masih berada dalam pandemi covid-19.
)* Penulis aktif dalam forum Literasi Cilacap