Warta Strategis

Menanggulangi Radikalisme : Pelajaran Berharga Dari Negara-Negara Konflik

Oleh : Rahmat Kartono )*

Keterbukaan yang saat ini mewarnai kehidupan berpolitik di Indonesia telah membawa angin segar bagi bangkitnya kembali kelompok-kelompok masyarakat yang ingin mengusung ideologi selain ideologi negara, Pancasila. Masuknya paham radikal yang dipahami melekat pada gerakan Islam transnasional di kalangan sementara umat beragama (Islam) di Indonesia tidak mustahil menjadi ancaman atau merupakan potensi ancaman bagi upaya pencapaian tujuan nasional.

Sebagai umat Islam yang mencintai negerinya maka kita perlu mewaspadai setiap upaya konspirasi yang ingin menghancurkan sistem ketahanan bernegara dan nilai-nilai luhur moral, etika, kebiasaan serta budaya yang selama ini menjadi kebanggaan kita sebagai warga Negara Indonesia. Mereka membisikkan dan bahkan secara gambling meneriakkan pemikiran-pemikiran radikal melalui kegiatan keagamaan.

Konsep kehidupan umat Islam, Ahlusunah waal Jamaah yang telah mapan dan begitu melekatnya, mampu menghubungkan antara kepentingan agama dan Negara dalam persatuan Indonesia, sedikit demi sedikit mulai digoyang dan dihancurkan.

Wibawa pemerintah dihancurkan, seluruh kebijakan dan program pemerintah dianggap keliru, Pancasila dinilai sebagai ideology sekuler yang jauh dari falsafah agama. Kredibilitas ulama Aswaja juga dihancurkan, tetapi sebaliknya eksistensi para ustad pendukung kelompok Islam transnasional sangat mereka agungkan dan menjadi panutan kebenaran.

Setiap hari dimunculkan opini dan pemahaman keagamaan yang melawan mainstream (al sawad al a’dzam). Apabila kita dapat merasakan situasi saat ini, kita juga sudah diingatkan, bahwa kondisi ini sangat mirip dengan keadaan Suriah sebelum mengalami krisis politik dan perang saudara. Suriah yang dahulu aman dan damai, mulai dirasuki dengan munculnya front-front Islam berhaluan radikal dan keras. Pemerintah yang berkuasa sangat dibenci, begitu pula dengan ulama yang moderat terus diserang di media sosial. Umat Islam disuguhi informasi manipulatif dan mereka yang awam menjadi bingung untuk membedakan mana yang benar dan salah. Perbedaan dan persaingan antar komponen umat Islam semakin dipertajam sehingga saling berhadapan satu dengan lainnya yang terbelah dalam beberapa kubu.

Kita dapat melihat bagaimana kehancuran melanda Irak, Lybia, Suriah dan Yaman yang hancur akibat proses reformasi yang gagal akibat konspirasi global sehingga menumbuh-suburkan radikalisme dan perang saudara. Krisis politik yang melanda di Timur Tengah telah dimanfaatkan untuk menyebarkan pemikiran radikal dan memoles serta memanipulasi ajatan agama dengan informasi bohong di media sosial.

Indonesia apabila tidak berhati-hati dan lengah, akan sangat berpotensi di Suriah-kan atau di Yaman-kan. Radikalisme telah mengancam sendi Negara dan Islam secara khusus, untuk itu kita jadikan pengalaman di Suriah, Irak, Yaman sebagai pelajaran berharga agar umat Islam di Indonesia tidak terpecah belah dan saling berperang.

 

)* Penulis adalah Pemerhati Politik dan keamanan

Show More

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.

Back to top button

Adblock Detected

Kami juga tidak suka iklan, kami hanya menampilkan iklan yang tidak menggangu. Terimakasih