Menanti Kontribusi Natalius Pigai Untuk Negeri
Oleh : Ahmad Zarkasih )*
Mantan Komisioner Komnas HAM Natalius Pigai sering mengkritik pemerintah dengan kata-kata pedas. Hal ini dilakukannya sejak beberapa tahun lalu. Publik menanti kontribusinya terhadap negeri ini, karena kenyataannya, ia hanya bisa memaki tanpa memberi sesuatu yang nyata kepada Indonesia.
Natalius Pigai adalah seorang tokoh publik dari Papua. Sayangnya ia terkenal berkat mulut besarnya, bukan karena prestasinya. Hal yang sangat aneh ketika tiap kali ada kebijakan pemerintah atau pernyataan Presiden Jokowi yang disebarkan oleh wartawan, ia selalu mencelanya habis-habisan.
Pertama, Pigai menganggap otonomi khusus di Papua tidak berhasil. Padahal kenyataannya, berkat dana otsus, sudah berdiri berbagai infastruktur seperti bandara, pelabuhan, jembatan, sekolah, dll. Tak heran rakyat di Bumi Cendrawasih sangat mendukung otsus dan berharap bahwa program ini dilanjutkan tahun 2021 ini.
Kedua, Pigai merasa pemerintahan Presiden Jokowi tidak memperhatikan masyarakat Papua. Padahal tuduhan itu salah besar, karena justru Presiden Jokowi yang paling sering mengunjungi Bumi Cendrawasih daripada Presiden-Presiden yang sebelumnya. Dengan beraudensi langsung, maka akan ada solusi untuk mereka.
Yang paling parah, Pigai menuduh bahwa anggota TNI mengepung 1.300 warga di 2 desa di Mimika, Papua. Padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Para prajurit menyelamatkan mereka dari ancaman KKB, agar selamat dari pertumpahan darah.
Daripada sibuk mencela pemerintah dan memfitnah di sana-sini, bukankah sebaiknya Pigai berkontribusi langsung terhadap masyarakat Indonesia? Karena jika selalu menyalahkan, maka ia hanya berkutat pada masalah, bukan solusi. Sebagai tokoh masyarakat, seharusnya ia berpikiran positif, bukannya marah-marah.
Natalius Pigai memiliki banyak relasi karena pernah menjabat di Komnas HAM. Mengapa ia tidak mengajak mereka untuk mengadakan kegiatan amal, misalnya berdonasi bersama-sama dan menyumbang ke fakir miskin dan anak yatim piatu? Posisinya sebagai tokoh masyarakat seharusnya bisa dimanfaatkan dengan berbuat sesuatu yang positif.
Apalagi saat ini masyarakat masih berada dalam masa pandemi covid-19. Banyak yang berstatus miskin mendadak karena kehilangan pekerjaan. Sehingga jika Pigai berinisiatif untuk mengadakan kegiatan amal, akan membantu banyak orang. Selain berpahala, ia juga menolong mereka yang kesusahan dari rasa putus asa karena didera efek badai corona.
Selain itu, masyarakat juga menanti kontribusi Natalius Pigai sebagai tokoh daerah yang sukses di Jakarta. Paling tidak ia juga bisa merayu para relasi untuk membuka lowongan kerja, sehingga para putra Papua yang merantau di ibukota bisa melamar ke sana. Sehingga hidupnya akan lebih bermanfaat bagi sesama.
Alternatif lain, ia bisa meminta rekanannya yang seorang pengusaha untuk mengajari pemuda dari Bumi Cendrawasih agar mahir berbisnis, jadi mereka bisa berdagang dan survive di Jakarta. Menjadi pengusaha amat bermanfaat karena menambah lowongan kerja dan otomatis mengurangi jumlah pengangguran di Indonesia.
Natalius Pigai juga bisa berinisiatif untuk mentoring kepada para putra Papua, baik yang ada di Jakarta, di Papua, maupun di seluruh daerah di Indonesia. Karena saat ini pertemuan via online mudah sekali. Ia bisa memotivasi bagaimana cara bertahan dan menaklukkan ibukota dan menjadi pribadi yang tangguh, tanpa harus nyinyir kepada orang lain.
Jika saja Natalius Pigai mau melakukan beberapa usulan ini, maka banyak orang akan senang karena mendapatkan banyak manfaat. Seharusnya sebagai tokoh masyarakat, ia melakukan hal-hal positif, bukannya marah-marah. Ternyata amarahnya karena gagal menjadi Gubernur Papua padahal ia merasa telah membantu memenangkan Presiden di Bumi Cendrawasih. Sehingga ia terobsesi untuk balas dendam secara verbal.
Masyarakat masih menanti kontribusi Natalius Pigai bagi warga Papua dan seluruh rakyat Indonesia. Dengan posisinya, seharusnya ia bisa membuat banyak hal positif yang membuat orang-orang jadi tercerahkan. Jangan hanya mengumbar emosi, tetapi buktikan apa yang bisa ia berikan kepada Indonesia.
)* Penulis adalah warganet tinggal di Semarang