Menciptakan Suasana Damai di Bulan Ramadhan
Oleh : Rahmad Pribadi )*
Bulan Suci Ramadhan tahun 2019 bertepatan dengan berjalannya proses pemilihan umum. Di akhir masa politik yang krusial ini, berbagai kepentingan dan tujuan yang berujung pada kekuasaan suatu negara menjadi hal yang terus digembar-gemborkan oleh hampir seluruh media massa, terutama saluran televisi dan media cetak. Nuansa pro kontra dan bipolar ini juga sangat terasa di berbagai media sosial dengan masih maraknya perang komentar yang tidak berujung. Setiap orang berlomba-lomba menyampaikan pendapat dengan cara yang tidak semuanya tepat.
Kekisruhan kontestasi politik ini tentu akan sangat membosankan dan menjemukan, terlebih bagi anda yang tidak punya kepentingan politik secara langsung. Ikut campur dan merasa dipentingkan dalam masa pasca pemilu ini justru akan memicu perdebatan-perdebatan dan suasana yang tidak kondusif dengan lingkungan maupun orang lain. Satu hal yang perlu anda sadari, bahwa siapapun yang akan menjadi pemenang, anda akan kembali pada rutinitas harian ada seperti bekerja, sekolah, dan aktivitas harian lainnya tanpa memedulikan siapa yang menjadi penguasa di pemerintahan secara nasional.
Pemilu itu Momentum
Pemilu merupakan sebuah pesta demokrasi yang rutin berjalan setiap 5 tahun sekali sejak memasuki era Reformasi. Sementara bulan Suci Ramadhan akan senantiasa berjalan setiap tahun, tanpa ada relevansi langsung dengan kepentingan politik dan kekuasaan. Siapapun yang akan terpilih sebagai wakil rakyat dan wakil negara, tidak ada hubungannya secara langsung dengan apa yang harus anda lakukan sebagai umat beragama. Tentu saja, budaya agama sendiri tidak berkaitan dengan politik itu sendiri.
Puasa di bulan suci Ramadhan 2019 ini menjadi sebuah momentun pendewasaan politik yang sangat tepat. Bulan puasa kali ini masyarakat diajak untuk tidak sekedar menahan godaan lapar dan haus, namun juga kedewasaan menahan emosi terlebih dengan isu-isu terkait politik. Emosi ini tidak hanya bila merasa tersinggung dengan sebuah isu atau masalah, namun juga berkaitan dengan sikap dan kebijaksanaan dalam menerima suatu berita, menerima dan menghargai perbedaan baik secara kehidupan politik maupun kehidupan bermasyarakat.
Jaga Keharmonisan
Indonesia memang merupakan negara dengan mayoritas penduduk muslim, namun bukan berarti hanya berpenduduk muslim. Masih banyak keragaman agama dan kepercayaan yang hidup di Nusantara ini. Dengan dasar Pancasila yang menjamin kebebasan ini, tentu saja sebagai manusia yang hidup di Indonesia perbedaan ini bukan menjadi masalah yang harus diperdebatkan. Urusan agama dan kepercayaan merupakan hubungan personal tiap manusia dengan Tuhan atau yang ia percayai.
Keharmonisan bermasyarakat tentu menjadi hal yang seharusnya tercipta di Indonesia. Masyarakat Indonesia telah terbiasa dihadapkan pada keragaman Suku, Agama, Ras, dan lainnya. Anda pribadi tentu jenuh dengan berbagai isu yang marak berkembang tentang keragaman ini, namun lebih banyak dikaitkan dengan kepentingan politik. Memperdebatkan perbedaan yang hakiki tentu bukan menjadi pilihan yang bijaksana untuk keselarasan kehidupan bermasyarakat.
Oleh karena itu, meredam isu-isu politik dengan menyaring dari perdebatan terkait hak asasi manusia tentu menjadi pilihan yang sangat bijak di bulan suci Ramadhan ini. Kehidupan harian baik bermasyarakat dan bekerja menjadi situasi yang akan terus anda hadapi dan tidak ada hubungan secara langsung dengan perbedaan-perbedaan tersebut.
Situasi pemilu yang menciptakan bipolaritas ini jelas akan membentuk kubu-kubu dalam pandangan politik tertentu. Namun memasuki bulan suci Ramadhan akan menjadi lebih bermanfaat bila anda mengabaikan hal tersebut. Ujian menahan godaan dan melatih kesabaran ini juga harus disikapi dengan tepat sebagai umat beragama.
Tunggu Hasil dan Sikap
Sejumlah tokoh bangsa seperti Kiai Said dari PBNU, Abdul Gafur Ketua MUI Sulawesi Utara, serta Wishnu Dewanto Ketua Masyarakat Cinta Masjid menyerukan suara yang sama terkait kontestasi politik tahun 2019 ini. Hasil resmi perhitungan merupakan hasil yang paling tepat dan kredibel dibanding dengan hasil hitung manapun, sebab dari hasil perhitungan KPU inilah yang secara pasti akan dipakai untuk menetapkan segala keputusan terkait pemilu.
Di bulan Ramadhan ini bisa menjadi sarana yang tepat untuk menekan hawa nafsu dan amarah terlebih berkaitan dengan hasil politik. Anda tentu menyadari bahwa yang telah dilangsungkan ini merupakan rangkaian panjang yang telah diatur oleh konstitusi yang berwenang. Sementara tugas masyarakat telah selesai dijalankan pada saat pemilihan umum berlangsung. Tentu saja apapun hasilnya, anda sebagai masyarakat tidak bisa serta merta merubah konstitusi yang telah disetujui dan terjadi dalam proses yang panjang.
)* Penulis adalah Pegiat Media Sosial