Mendukung Pemerintah Memberantas Teroris
Oleh : Zakaria )*
Selama beberapa pekan terakhir, Aparat Keamanan telah meringkus sejumlah terduga teroris di beberapa wilayah di Indonesia. Masyarakat pun mendukung upaya Pemerintah dalam memberantas pelaku terorisme sebagai upaya memberikan rasa aman kepada masyarakat, khususnya selama bulan Ramadhan dan di saat pandemi Covid-19.
Terorisme merupakan tindak pidana atau kejahatan yang luar biasa yang menjadi perhatian Indonesia. Tindak teror yang terjadi akhir-akhir ini memiliki keterkaitan dengan ideologis, sejarah, dan politis serta merupakan bagian dari dinamika lingkungan strategis pada tataran global dan regional.
Sejauh ini aksi teror yang terjadi di Indonesia cenderung dilakukan oleh pelaku dengan latar belakang pemahaman agama yang bersifat radikal serta disesuaikan dengan tujuan yang telah ditetapkan oleh kelompok yang menjadi kiblat atau acuan dari pelaku tersebut. Radikalisme yang berujung pada aksi teror ini dapat disebabkan oleh banyak hal, seperti rasa tidak puas, merasa termarjinalkan, teralienasi, dan putus asa.
Pemberantasan terorisme di Indonesia harus terus disiagakan. Terlebih, baru-baru ini terdengar kabar bahwa Densus 88 kembali menangkap terduga teroris di Jawa Timur dan Banten.
Densus 88 anti teror Polri telah menangkap seorang terduga teroris di daerah Sidoarjo, Jawa Timur pada 26 April 2020 dan tida terduga teroris di Serang, Banten pada 27 April 2020.
Kebag Penum Divisi Humas Polri Kombes, Asep Adi Saputra mengatakan bahwa Tim Densus 88 Anti Reror masih mempelajari aksi teror kelompok itu dari beberapa terduga yang tertangkap. Pendalaman kasus ini dilakukan pada seluruh terduga, terkait teroris jaringan mana, dan masih dianalisis pola dan strategi pergerakan.
Terdapat barang bukti berupa buku dengan judul Imam Samudra yang berhasil diamankan pada penangkapan terduga teroris di Serang, Banten.
Senin (27/4), Detasemen Khusus (Densus) 88 Anti Teror melakukan penangkapan pada tiga orang terduga teroris di Kampung Jalumpit, RT. 04 RW. 01, Desa Waringin Kurung, Kecamatan Waringin Kurung, Kabupaten Serang, Banten.
Terduga pelaku teror, dikenal warga sebagai orang yang terbuka lantaran aktifitas perekonomian keluarga tersebut dengan berjualan sayur, ikan hias dan air minum isi ulang. Ternyata, ketiga terduga tersebut memiliki ikatan darah satu sama lain. Bahkan, terduga dikenal baik oleh warga masyarakat.
Kepala Desa Waringin mengatakan bahwa mereka warga asli daerah tersebut. Satu keluarga itu sangat berbaur dengan masyarakat. Sedangkan Camat Waringin Kurung, Nanang Supriatna menuturkan bahwa tiga orang yang berhasil tertangkap itu masih memiliki hubungan dengan pelaku terorisme Imam Samudra, beberapa pengeboman di Indonesia, termasuk bom Bali tahun 2002 lalu. Akan tetapi, masih belum diketahui secara pasti ketiga terduga tersebut andil sebagai apa dalam jaringan tersebut.
Sementara itu, terduga teroris yang tertangkap di Sidoarjo, Jawa Timur dibekuk pada Minggu pagi pukul 05.00 WIB. Sejumlah barang bukti seperti notebook dan buku berhasil diamankan.
Berdasarkan data yang dihimpun dari berbagai sumber dan dibenarkan oleh Kabid Humas Polda Jatim Kombes Pol Tronoyudo Wisnu Andiko, terduga teroris yang berinisial MH ini adalah seorang karyawan swasta dan bertempat tinggal di perumahan, tetapi bukan warga asli Sidoarjo, melainkan kelahiran Bojonegoro.
Beberapa buku yang berhasil tersita masing-masing berjudul Inilah Kesesatan Aqidah Syiah, Sayyid Qutub Kekuatan La Ilaha Illallah dan Jihad serta Kitab Tauhid.
Dalam memberantas teroris memang diperlukan peran serta masyarakat yang secara aktif ikut berpartisipasi dalam kegiatan pemberantasan teroris. Pelaksanaan ini dilakukan oleh setiap negara yang memiliki potensi ancaman terorisme dengan menerapkan kebijakan yang bertujuan untuk melakukan penangkalan akses bagi kelompok teroris terhadap tujuan, target, dan dampak negatif yang bersifal global. Untuk itu, masyarakat harus bekerja sama dengan pemerintah untuk ikut serta dalam memberantas terorisme.
)* Penulis adalah warganet, aktif dalam Lingkar Pers dan Mahasiswa Cikini