Mendukung Penguatan Peran Perempuan Dalam Memajukan Esports
Oleh: Agung Priatna ) *
Peranan yang dimiliki oleh seluruh atlet esports perempuan dalam kemajuan dunia esports di Indonesia sama sekali tidak bisa dibantah dan dianggap remeh lagi. Justru masih adanya isu terkait ketimpangan gender harus bisa segera diatasi untuk kemajuan ekosistem esports Tanah Air hingga bisa ke kancah dunia.
Isu mengenai ketimpangan gender ternyata memang masih menjadi sebuah tantangan tersendiri bahkan juga masih terjadi di dalam dunia esports. Maka dari itu, sebenarnya menjadi tantangan bagi seluruh pihak untuk bisa menjawabnya supaya terjadi kesetaraan gender sehingga antara para atlet esports perempuan dan laki-laki pun bisa sama-sama membangun ekosistem esports demi kemajuan Tanah Air bahkan bukan tidak mungkin bisa menjadi barometer dunia.
Pasalnya, memang tidak bisa dipungkiri lagi bahwa apabila misalnya ekosistem esports hanya ditopang oleh para pemain laki-laki saja, maka kemajuan pertumbuhannya bisa saja akan menjadi sangat lambat, atau bahkan bisa saja terganggu. Untuk itu, sangat penting peranan dari para perempuan juga.
Menjawab seluruh tantangan tersebut, Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat Pengurus Besar Esports Indonesia (PBESI), Debora Imanuella menjelaskan dalam sebuah talkshow bertajuk ‘Women in Esports’, yang mana acara tersebut merupakan salah satu event dari penyelenggaraan Indonesia Esports Summit dan International Esports Federation (IESF) World Esports Championships 2022 menyatakan bahwa memang kesetaraan gender merupakan sebuah pilar yang sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ekosistem esports.
Hal tersebut menurutnya akan mampu untuk menciptakan sebuah rasa aman serta nyaman bagi para atlet esports perempuan, sehingga mereka juga bisa meningkatkan partisipasinya untuk turut menunjang peningkatan sektort esports Tanah Air bahkan bisa semakin melaju ke kancah dunia.
Lebih lanjut, Debora menyatakan bahwa memang sejauh ini masih saja terus terjadi ketimpangan gender di dunia esports, yang mana hal tersebut tentunya menjadi penghambat paling besar bagi para atlet perempuan untuk bisa menunjukkan bagaimana potensi mereka bisa tampil ke depan.
Untuk itu, menurutnya dengan adanya diskusi ‘Women in Esports’ tentu mampu menjadi sebuah momentum terbak bagi para atlet esports perempuan untuk bisa mendukung satu sama lain. Baginya, konsep gender equity sendiri adalah sebuah pengakuan mengenai kebutuhan dan juga kemampuan para gamers perempuan, yang mana hal tersebut jelas berbeda dengan para atlet laki-laki.
Justru selama ini isu mengenai adanya ketimpangan gender ini sendiri sebagaimana penilaian dari Debora masih belum benar-benat optimal untuk ditangani. Padahal isu tersebut adalah sebuah isu yang sangatlah penting demi bisa menunjukkan bagaimana peranan perempuan. Maka dari itu, momentum tersebut harus bisa dimanfaatkan dengan sebaik mungkin bagi sesama perempuan untuk bisa saling mendukung, melindungi dan juga menginspirasi satu sama lain.
Staf Khusus Bidang Komunikasi dan Hubungan Masyarakat PBESI tersebut kemudian juga menyampaikan kepada seluruh perempuan untuk bisa terus bekerja dengan sangat keras supaya mereka benar-benar bisa berkembang menjadi apapun yang mereka pilih. Pasalnya, seluruh perempuan sejatinya memiliki potensi yang juga sama besarnya dan sama sekali tidak bisa diremehkan jika dibandingkan dengan laki-laki. Para perempuan ini pun bisa menjadi sangat hebat pula.
Debora terus mendukung para perempuan ini bahkan bukan hanya pada dunia esports, melainkan mereka juga bisa terus berkembang entah itu dalam dunia profesional di industri, atau menjadi pemain pro, caster, influencer hingga brand ambassador sekalipun. Justru saat ini adalah waktu yang paling tepat untuk seluruh perempuan tersebut menunjukkan pada dunia bagaimana peran penting mereka, dan hal itu bisa saja direalisasikan jika dilakukan secara bersama-sama.
Sementara itu, seorang Mantan Pemain Pro, Audrey FF turut memberikan sebuah contoh konkret terkait pengalaman pribadi yang pernah dia alami, yakni dirinya pernah menjadi seorang korban perundungan. Hal itu jelas semakin memperjelas bahwa memang isu mengenai ketimpangan gender dalam dunia esports masih terus terjadi.
Bahkan, dirinya menambahkan, tatkala menjadi seorang korban perundungan tersebut, kesehatan mental yang dia miliki sempat terganggu hingga harus menjalani pengobatan dan terapi. Meski begitu, dia sama sekali tidak bisa langsung menilai bahwa seolah memang terjadinya ketimpangan gender ini adalah merupakan unsur kesengajaan. Melainkan, hal tersebut bisa saja terjadi karena nilai-nilai yang telah terlanjut terinternalisasi.
Menanggapi hal tersebut, Audrey kemudian berpendapat bahwa memang sangat penting adanya banyak sosialisasi dan juga edukasi kepada khalayak luas agar segala perilaku ketimpangan gender, yang mungkin bisa saja tidak disadari oleh para pelaku itu menjadi semakin diketahui agar mereka tidak lagi melakukannya sehingga isu ini bisa segera teratasi.
Memang ketimpangan gender ini menjadi sebuah isu yang sangatlah krusial untuk segera bisa diatasi. Karena kalau tidak, jelas akan sangat mengganggu bagaimana pertumbuhan dan perkembangan ekosistem esports di Indonesia. Padahal di sisi lain, peranan yang dimiliki oleh seluruh atlet esports perempuan sendiri sama sekali tidak bisa dianggap remeh dan dipandang dengan sebelah mata karena mereka mampu membantu menopang kemajuan ekosistem esports Tanah Air hingga ke kancah dunia.
)* Penulis adalah kontributor Persada Institute