Mendukung Strategi Upaya Damai Penanganan Papua
Oleh : Robert Krei )*
Masyarakat dari kalangan Akademisi maupun Pemuka Agama mendukung strategi upaya damai penanganan Papua. Perbaikan konsep tersebut diantaranya dengan mengubah tagline beroperasi di Papua menjadi beraktivitas di Papua.
Dalam pelaksanaannya, upaya pendekatan keamanan di Papua memang menyita banyak perhatian. Papua, wilayah paling timur nan kaya akan sumber daya alam ini memang membutuhkan penanganan secara khusus. Jika sebelumnya, dilaporkan terkait pulihnya sektor ekonomi, kini kondisi keamanan menjadi perhatian berikutnya.
Dalam sebuah pertemuan yang dilakukan di Markas Kodam/Cendrawasih, Panglima TNI Jenderal TNI Andika Perkasa melakukan diskusi dengan sejumlah tim kecil Pemuka Agama di Papua. Termasuk para akademisi dari Universitas Cendrawasih.
Dalam acara tersebut dibahas tentang upaya-upaya perdamaian. Andika menyatakan jika dirinya telah mengubah tagline dari beroperasi di Papua, Menjadi beraktivitas di wilayah tersebut. Ia juga menambahkan telah melakukan sejumlah perubahan dalam internal TNI untuk menjalankan tugasnya mengayomi Bumi Cenderawasih.
Dalam prosesinya, Panglima TNI akan mengkomunikasikan segala masukan-masukan dari pemuka agama hingga akademisi Universitas, kepada para pejabat serta petinggi negara di ibukota. Baginya, pertemuan tersebut memberikan informasi yang baru bagi TNI. Guna menyelaraskan upaya demi penyelesaian masalah di wilayah Papua.
Sejalan dengan hal tersebut, Guru besar Hukum Universitas Cenderawasih. Yakni, Prof. Melkhias Betharia menuturkan bahwasanya, persoalan yang mesti dituntaskan di Papua ialah Isu pelanggaran HAM. Dimana hal tersebut cukup menghambat pembangunan di wilayahnya. Menurutnya, pelanggaran HAM atau Hak Asasi Manusia membuat sebuah kristalisasi atas ideologi Papua Merdeka.
Sependapat dengan hal tersebut, Rektor Universitas Cenderawasih, yaitu Apolo Safani menyatakan pihaknya beserta para pemuka agama akan membantu serta memberikan jalan keluar bagi penyelesaian konflik di wilayah Papua.
Isu pelanggaran HAM sebetulnya telah lama sekali ada. Hanya saja pihak-pihak tertentu yang tak bertanggung jawab ingin memperkeruh suasana. Teror-teror, provokasi hingga aksi anarkis dilakukan demi menarik simpatisan. Sehingga, kaum sayap kiri semacam ini akan mudah mendapatkan keinginannya. Yakni, memisahkan diri dari NKRI dan memerdekakan Papua.
Padahal, oknum-oknum ini disinyalir memiliki tujuan lain, bahkan ditunggangi oleh tujuan-tujuan keji demi keuntungan semata. Apalagi, masalah tersebut sempat pelik dan terbawa hingga ke mata internasional. Namun, bersyukur aparatur pemerintahan, TNI-Polri hingga seluruh elemen masyarakat mampu mempertahankan Papua dengan baik.
Maka dari itu, jika mengingat upaya ini hendaklah rencana-rencana berikutnya harus didukung secara menyeluruh. Terlebih para pemuka agama di Papua, serta akademisi Universitas menunjukkan antusiasme yang baik. Mereka, sadar betul jika kedamaian Papua adalah tanggung jawab bersama. Sehingga, tak ada cara lain selain bersatu dan menemukan solusi untuk menyelesaikan beragam konflik tersebut.
Sekilas lalu, pembangunan di wilayah Papua juga dilaporkan mengalami perkembangan cukup pesat. Dibangunnya infrastruktur publik seperti jalan tol, jembatan raya hingga pembukaan jalan demi akses yang lebih baik mampu terlaksana. Bahkan, ekonomi yang sempat terpuruk akibat gempuran pandemi juga dilaporkan berangsur membaik.
Meski tak selalu berjalan mulus karena menyisakan beberapa kendala, namun pencapaian ini dikatakan cukup sempurna. Kolaborasi antar elemen masyarakat faktanya masih jadi senjata kunci terwujudnya cita-cita luhur yang digadang-gadang oleh negara.
Idealnya, jika wilayah lain dari Indonesia saja mampu berkembang dan bangkit, kenapa Papua tidak? Padahal disana ada banyak sekali potensi yang bisa digali dan didongkrak untuk kemajuan bersama. Apalagi, wilayah paling timur yang berbatasan dengan negara tetangga ini memiliki value yang luar biasa.
Sehingga, jika tata kelolanya dimaksimalkan, kondisi keamanannya terjamin, pembangunan terlaksana secara seimbang, bukan tak mungkin Papua lahir bak intan yang menyilaukan.
Maka dari itu, upaya-upaya ataupun rencana yang akan dilakukan harus didukung penuh. Harus dipantau, didorong sampai pelaksanaanya sesuai dengan harapan.
Apalagi jika bukan kerjasama seluruh pihak. Tak hanya pemerintah saja, TNI-Polri, pemuka agama, akademisi saja namun juga masyarakat wajib bergandengan tangan. Sadar diri karena perdamaian ini ialah tujuan bersama, yang dibutuhkan untuk kehidupan yang lebih baik, berkelanjutan yang nantinya diwariskan ke anak-cucu. Betapa bangganya, jika tujuan-tujuan mulia ini terwujud secara Paripurna.
)* Penulis adalah mahasiswa Papua tinggal di Surabaya