Menengok Kemesraan Uni Emirat Arab dan Indonesia
Oleh : Dedi Irawan )*
Kedatangan Putra Mahkota Abu Dhabi, Uni Emirat Arab (UEA) Mohammed Bin Zayed Al Nahyan, rupanya telah menghasilkan memorandum of understanding (MoU) bisnis yang bernilai besar.
Dari 3 MoU yang bersifat bussiness to bussiness, nilai totalnya mencapai 136 triliun rupiah atau senilai 9,7 milliar dollar AS, tutur Menteri Luar Negeri Retno Marsudi.
Menlu Retno menjelaskan, bahwa kesepakatan business to business dilakukan oleh 3 perusahaan, yakni PT Pertamina (persero) dengan ADNOC untuk pengembangan RDMP Balikpapan. PT Chandra ASRI Petrochemicals dan Mubadala untuk proyek Naphta Cracker dan Petrochemical Complex. Lalu PT Pelabuhan Indonesia Maspion dan DP World Asia terkait pengembangan dan pengoperasian terminal kontainer di Kawasan Industri Maspion, Jawa Timur.
Ia juga mengatakan, bahwa pertemuan bilateral antara Jokowi dan Mohammed yang sangat bersejarah tersebut memang berfokus membahas perihal terkait perekonomian dan investasi. Pasalnya kunjungan tersebut merupakan kunjungan kenegaraan pertama dalam 29 tahun setelah kunjungan yang terakhir dilakukan oleh ayah Putra Mahkota Abu Dhabi tersebut.
Meski begitu, terdapat pula 9 MoU lainnya yang bersifat goverment to goverment (pemerintah ke pemerintah). Kesembilan MoU yaitu dibidang peningkatan perlindungan investasi, penghindaran pajak berganda, industri, kepabeanan, pariwisata, kelautan dan perikanan, pertahanan, kekonslueran dan kebudayaan.
Retno menjelaskan bahwa substansi utama yang dibahas dalam pertemuan kedua sahabat ini, adalah cara meningkatkan kerjasama ekonomi kedua negara, dan bagaimana sebagai sesama negara muslim bisa melakukan kerjasama yang membawa manfaat bagi umat dan bagi masyarakat
Dalam kedatangan Putra Mahkota Abu Dhabi ke Indonesia, Presiden Jokowi menjemput langsung di Bandara Soekarno Hatta. Lalu keduanya menaiki mobil yang sama menuju Istana Bogor. Namun dalam perjalanannya, Jokowi berinisiatif untuk mengajak Mohammed berkeliling Jakarta.
Jokowi ingin menunjukkan bahwa pembangunan di Indonesia menunjukkan perkembangan yang pesat. Ia juga menunjukkan kawasan yang menjadi ikon ibu kota Indonesia, yaitu bundaran HI, karena disana telah terdapat MRT (Mass Rapid Transit). Diketahui pula bahwa kunjungan kenegaraan Presiden Uni Emirat Arab Khalifah bin Zayid al – Nahyan dilakukan pada 29 tahun yang lalu atau pada 1990.
Setelah rombongan tiba di Istana bogor, keduanya disambut dengan upacara kenegaraan dan penanaman pohon damar. Kemudian dilanjutkan dengan penandatanganan tiga nota kesepahaman dengan BUMN dan perusahaan swasta di Indonesia.
Jokowi dan Mohammed ternyata juga memiliki hubungan yang sangat dekat, layaknya seorang sahabat. Pertemuan tersebut lantas menjadi pertemuan bilateral terlama yang dilakukan oleh Jokowi, yaitu lebih dari 2,5 jam
Dalam kesempatan tersebut menteri perindustrian Airlangga Hartanto menjelaskan bahwa MoU di bidang perindustrian, yang diteken antara Kementrian Perindustran dan Menteri Energi dan Industri Uni Emirat Arab. Kerjasama tersebut cakupannya luas, namun lebih spesifik terhadap pengembangan kerjasama khususnya dalam hal kecerdasan buatan atau Artificial Inteligence (AI)
Kerjasama ini tentu menunjukkan bahwa pemerintah Indonesia dinilai cukup visioner, sehingga Putra Mahkota Abu Dhabi sampai ingin menjalin kerjasama dengan Indonesia.
Artificial Inteligence (AI) merupakan jantung dari industri 4.0. Kedepan persaingan industri tersebu ada di AI, lantas hal tersebut di kerjasamakan dengan Abu Dhabi, ke depan AI juga akan diaplikasikan lebih luas lagi. Salah satu yang mendasar adalah untuk database ponsel.
Salah satu penerapan AI dalam kehidupan kita saat ini adalah penggunaan Apps Navigasi, dimana para traveler dapat menggunakan aplikasi tersebut dalam kehidupan sehari – hari untuk berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, baik menggunakan Google Maps atau Apple Maps, serta aplikasi serupa juga bermanfaat ketika kita memesan ojek online.
Secara sederhana, google Maps dan Apple Map, menggunakan artificial inteligence untuk menafsirkan ratusan ribu data uang mereka terima untuk memberikan informasi pengguna data lalu lintas secara real time.
Dengan adanya pertemuan bilateral tersebut, tentu menunjukkan bahwa kedua negara memiliki semangat dan visi yang sama terhadap pengembangan AI dalam menyambut era industri 4.0, sehingga Indonesia akan menjadi negara yang tidak hanya berkembang, tetapi juga memiliki daya saing dalam menyongsong era industri 4.0.
)* penulis adalah pengamat hubungan Internasional