Mengantisipasi Kenaikan Kasus Covid-19
Oleh : Aulia Hawa )*
Kasus Covid-19 di Indonesia saat ini cenderung mengalami kenaikan meskipun dalam batas aman. Masyarakat diimbau untuk tidak panik namun tetap mengantisipasi dengan selalu taat Prokes serta menjaga pola hidup sehat.
Pandemi telah kita jalani selama lebih dari 2 tahun dan bersyukur saat ini jumlah pasien masih stabil, dan bulan lalu masih 300-an per hari. Namun sejak awal Juni 2022 ada kenaikan jadi 500-an pasien per harinya. Sebenarnya hal ini tidak mengagetkan karena pasca hari raya selalu ada kenaikan jumlah pasien Corona, karena ada pergerakan massal, tetapi masih dalam batas aman.
Rahmad Handoyo, Anggota Komisi IX DPR RI menyatakan bahwa pemakaian masker dan ketaatan protokol kesehatan harus diperketat. Penyebabnya karena kasus Covid-19 naik lagi. Kejadian ini tak hanya di Indonesia tetapi juga di
Amerika Serikat dan negara-negara lain. Dalam artian, krisis kesehatan terjadi secara global sehingga masyarakat harus makin waspada.
Memang beberapa waktu lalu pemerintah mulai melonggarkan peraturan dengan memperbolehkan masyarakat tidak mengenakan masker, dengan syarat berkegiatan di luar ruangan dan tidak banyak orang. Namun dengan kondisi seperti ini maka lebih baik pakai masker, baik di dalam maupun luar ruangan. Hal ini guna menghindari penularan Covid-19 yang diduga akibat adanya varian baru.
Saat ini, masker harganya murah dan bisa didapatkan dengan mudah, bahkan di pinggir jalan juga dijual. Memakai masker tidak akan membuat sesak nafas karena masyarakat sebenarnya sudah terbiasa untuk mengenakannya selama 2 tahun ini. Jangan lupa bawa masker cadangan ketika bepergian karena efektivitas masker hanya maksimal 4 jam.
Pemakaian masker perlu digalakkan lagi karena anak-anak sudah sekolah seperti biasa, dan para guru harus mengingatkan agar semuanya pakai masker. Apalagi anak-anak yang berusia di bawah 6 tahun belum divaksin. Para guru sekolah diharap terus mengawasi murid-muridnya agar tertib pakai masker selama di sekolah.
Sementara itu, masyarakat juga dihimbau untuk mematuhi poin lain dalam protokol kesehatan, terutama jaga jarak. Alangkah menyedihkan ketika ada yang mengira bahwa pandemi sudah usai lalu mengadakan hajatan besar-besaran, yang sudah jelas membuat keramaian. Apalagi setelah lebaran biasanya banyak yang menikah dan langsung dipestakan, padahal seharusnya tamu maksimal 50% dari kapasitas gedung jika taat protokol.
Sebentar lagi juga Idul Adha dan sangat rawan karena proses penyembelihan dan pemotongan daging bisa rawan kerumunan. Oleh karena itu, untuk pencegahannya maka sebaiknya penyembelihan diadakan di rumah pemotongan hewan. Sementara pengantaran daging langsung dilakukan panitia sehingga masyarakat tak perlu antri.
Protokol kesehatan lain yang rawan dilanggar adalah mengurangi mobilitas. Memang kita tidak bisa hanya berdiam diri di rumah sampai pandemi selesai. Namun hendaknya keluar rumah hanya ketika benar-benar diperlukan, seperti untuk bekerja, kuliah, atau sekolah. Mengurangi mobilitas sebenarnya tidak sesulit itu karena bisa belanja secara online dan banyak kurir yang membantu untuk pengiriman barang.
Menaati protokol kesehatan adalah wajib dan tidak bisa diremehkan. Penyebabnya karena masyarakat awam tidak tahu siapa di antara banyak orang yang berstatus OTG (orang tanpa gejala). Sehingga mudah penularan Corona.
Dalam upaya menahan laju penularan Corona maka masyarakat diiimbau untuk selalu menaati poin-poin dalam protokol kesehatan. Jangan malas pakai masker dan jangan pula berkerumun, karena siapa tahu di antara banyak orang ada yang kena Corona gejala ringan. Pandemi masih belum usai dan semuanya harus disiplin dalam menerapkan prokes.
)* Penulis adalah kontributor Pertiwi Institute