Mengapa Jokowi Pantas Mengandeng Ma’ruf Amin?
Di dunia pendidikan, Kiai Ma'ruf diakui sebagai seorang cendekiawan muslim dengan kedalaman dan keluasan ilmu di bidang fikih dan syariah Islam
Oleh : Nabila Az-zahra )*
Lahir di Kresek, Tangerang, dan merupakan cicit dari seorang Imam Besar Masjidil Haram, Kiai Haji Ma’ruf Amin dikenal luas sebagai ulama dan tokoh politisi Indonesia. Sebagai Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Rais ‘Aam Syuriah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (NU) beliau sangat berpengaruh bagi kalangan cendekiawan muslim karena kefasihannnya terhadap keluasan ilmu di bidang fikih dan syariah Islam.
Dalam perjalanan karirnya, beliau telah banyak memberikan pengaruh besar dalam penentuan kebijakan atau fatwa yang selama ini menjadi pertentangan umat beragama. Ma’ruf Amin sangat menjunjung tinggi sikap toleransi antara masyarakat baik dari segi agama dan kepercayaan maupun sosial bermasyarakat. Salah satu fatwa MUI yang beliau yakini untuk membentuk toleransi umat adalah kelompok penghayat aliran kepercayaan, yang kini telah mendapat pengakuan resmi di tahun 2017. Hasil keputusan Mahkamah Konstitusi yakni negara harus menjamin setiap penghayat dapat menulis aliran kepercayaannya di KTP maupun di Kartu Keluarga. Putusan itu memberi angin segar bagi para penganut kepercayaan warisan leluhur yang selama ini terpaksa menulis satu di antara enam agama resmi di KTP mereka.
Di dunia pendidikan, Kiai Ma’ruf diakui sebagai seorang cendekiawan muslim dengan kedalaman dan keluasan ilmu di bidang fikih dan syariah Islam, khususnya di bidang ekonomi syariah. Setelah ditetapkan sebagai pasangan calon Wakil Presiden dengan Jokowi, Kiai Ma’ruf langsung memaparkan gagasannya mengenai strategi pembangunan ekonomi Indonesia ke depan dan menamai gagasan tersebut dengan ‘Arus Baru Ekonomi Indonesia’ atau Ma’rufnomics untuk kedepannya. Berdasarkan penjelasan beliau, Ma’rufnomics disandarkan kepada Sila ke-5 Pancasila yang wujudnya adalah ekonomi kerakyatan yang berkeadilan sosial. Titik penekanannya adalah dengan meratakan kesenjangan antara si kaya dengan si miskin, yang kuat dengan yang lemah, antar daerah dan antar produk lokal dengan global. Serta, membangun yang lemah bukan dengan melemahkan yang kuat, apalagi dengan membenturkan yang lemah dengan yang kuat. Sehingga output-nya adalah kesejahteraan bagi seluruh rakyat guna mewujudkan ekonomi kerakyatan yang berkeadilan.
Tak heran bila beliau didaulat sebagai calon Wakil Presiden mendampingi petahanan Presiden Joko Widodo, meskipun beliau bukanlah kader salah satu partai koalisi pengusung Jokowi. Sosok Ma’ruf Amin sebagai ulama karismatik serta kemampuan dan kapasitasnya dalam bidang ekonomi kerakyatan tentu menjadi salah satu poin penting untuk menjawab persoalan terkini bangsa Indonesia yang sedang bergelut dengan persoalan ekonomi liberal.
Ma’ruf Amin sebetulnya bukan nama baru dipentas politik nasional. Seorang ulama yang sangat mumpuni sehingga mampu mengayomi masyarakat yang sangat plurarisme di Indonesia. Memilih seorang ulama sebagai pemimpin adalah perbuatan baik yang insya Allah akan penuh keimanan dan keberkahan. Mari kita doakan bangsa kita, doakan presiden dan ulama kita mendapat rahmat yang besar dari Allah SWT untuk membangun bangsa kita
)* Mahasiswa Ilmu Agama Islam Universitas Negeri Jakarta